Sunday, January 20, 2013

0 Hutang "Socrates"


Mungkin kita semua tahu dan paham tentang “hutang”, dan kata-kata yang paling tepat adalah “hutang harus bibayar”. Karena jika tidak maka itu akan menjadi beban yang besar yang akan kita pikul untuk selamanya. Malahan itu akan kita pertanggungjawbkan kelak dihadapan_Nya. Saya tidak akan berpanjang kalam dengan masalah ini. namun, saya akan mencoba melirik kepada sebuah kisah menarik tentang seorang filsuf yunani klasik yang namanya melegenda yakni Socrates. Socrates lahir sekitar 470 SM. Beliau dikenal sebagai filsuf dan penjuang kebenaran, karena ia rela mengorbankan nyawanya demi membela ide-ide kebenaran yang dipercayainya. Dan meninggal didalam penjara pada usia 70 tahun karena di hukum mati kemudian minum cawan yang berisi racun, waktu itu dikelilingi oleh para sahabatnya dan anak muridnya termasuk Plato. Semua orang yang ada didalam penjara itu, menyuruh Socrates untuk melarikan diri namun Socrates menjawab dengan santai dan menantang mereka dengan kata-kata : saat perpisahan telah tiba, marilah kita tempuh jalan kita masing-masing, aku mati dan kalian hidup. Mana yang lebih baik?

Sebelum ia meninggal dunia, pesan terakhir beliau adalah “Crito, I owe a cock to Asclepius. Will you remember to pay the debt ?, (crito, aku berutang seeokor ayam pada Asclepius. Maukah engkau membayar utangku itu?). itulah kata-kata Socrates disaat detik-detik kematiannya. Menurut sahabat, apakah ini menarik untuk diperbincangkan? Ataukah sudah basi? Secara dunia, bisa ya, bisa tidak namun ketika kita menuju kembali kepada_Nya, apakah kita akan mengatakan “ya atau tidak”. saya rasa jawabannya adalah ya. Penting banget kita untuk mengingat hutang yang kita miliki, baik itu berupa janji maupun materi. Dan sekecil apapun itu kita harus membayarnya. Refleksi adalah jalan yang terbaik. Jangan sampai kita mau menang sendiri. Kita berhutang terus namun tidak mau membayar hutang tersebut.

Selain itu, ada yang lebih menarik lagi dari kata-kata Socrates ketika berpidato didepan para hakim yang menghukumnya. “sekarang, wahai orang-orang yang telah menghukumku, ingin kuramalkan nasib kalian. Sebab, sebentar lagi aku mati dan disaat-saat menjelang kematian manusia dianugrahkan kemampuan meramal. Dan, kuramalkan kalian para pembunuhku, bahwa tak lama sesudah kepergianku, hukuman yang jauh lebih berat dari hukuman yang kalian timpakan kepadaku pasti akan menanti kalian. Jika kalian menyangka bahwa dengan membunuh seseorang kalian dapat menjegal orang itu hingga tak mengecam hidup kalian yang tercela, kalian salah duga. Itu bukan jalan keluar yang terhormat dan membebaskan. Jalan yang paling mudah dan bermartabat bukanlah dengan membrangus orang lain, namun dengan memperbaiki diri sendiri”.

Dari uraikan kata-kata diatas, apa makna yang bisa kita ambil? Dan bagaiman anda memaknainya, itulah pikiran dan pendapat anda. Namun setelah saya mencoba membaca beberapa kali tentang kisah Socrates ini, saya punya kesimpulan bahwa; 1. Sikap Pemberani. Dan, 2. Sikap pengecut. Sekarang bayak orang yang tidak memiliki jiwa pembrani, mereka beteduh pada kekuasaan. Berteduh pada konglomerat. Sehingga tak peduli dengan nasib orang-orang bawah, merugikan rakyat kemudian lari dengan membusungkan dada. Entah itu keluar negeri maupun dalam negeri. Berkedok dibalik kekuasaan karena menganggap Negara ini adalah kekuasaan kantongnya semata.

Begitu jarang orang yang bersifat pemberani di Negara ini. demokrasi dan perubahan hanyalah sebuah symbol yang asik dimainkan. Kemiskinan hanyalah suara yang keluar dari mulut manis. Kemiskinan hanya dijadikan objek yang empuk. Bagaikan roti panggang di malam hari bersama sang kekasih. Namun rakyat semakin miskin dan melarat tanpa ada resolusi yang tepat. Mereka menjadi gelandangan di Negara sendiri, meminta-minta ditengah jalan dengan wajah memeles dan tak berdaya. Kaum generasi muda kemudian semakin asik dengan permainan yang buat. Globalisasi seolah-olah dunia hiburan yang disuguhkan oleh penguasa untuk dinikmati. Tanpa harus berpikir bagaimana cara mengolahnya dengan lebih baik agar seperti yang tertuang dalam pancasila, sila ke lima “keadilan social bagi seluruh rakyat indonesia”.

Utang seekor ayam tetap hutang, akan menjadi beban pemikiran ketika nyawanya sudah berada ditenggorokan. Ini mencerminkan sikap tanggungjawab yang tinggi terhadap perbuatan yang menyangkut hak-hak orang lain. Utang tetaplah utang yang harus dibayar dan dipertanggungjawabkan, meski kematian sudah menunggu beberapa menit, dan meski itu hanya berupa seekor ayam. Persoalan bukan bendanya melainkan nilai moralnya. Dan inilah yang membedakan ksatria dengan pecundang.

My inspiration: kata-kata terakhir tokoh-tokoh dunia saat sakaratul maut.

Post a Comment

komentar anda sangat berarti bagi kami, terima kasih telah membaca blog Rantauan Lombok Merantau

Simak juga Post Sarjana Muda 45 Minggu ini

Hidup hanyalah sekedar jalan-jalan untuk menikmati kehidupan, hidup hanyalah sekedar hembusan nafas untuk melangkah menikmati jeruji Tuhan, hidup hanyalah gambaran Tuhan akan kehidupan yang lebih abadi. Oleh karena itu…, tak perlu rebut, tak perlu risau, tak perlu bingung, tak perlu galau, tak perlu merasa tertipu, tak perlu merasa bahwa hidup ini tak adil, tak perlu memberontak, tak perlu bangga, tak perlu sombong. Yang perlu kita lakukan adalah menikmati setiap proses yang ada, karena proses akan menentukan bahwa jalan-jalan dibumi yang kita lakukan sukses atau gagal. (Surga ataukah Neraka).

Data Pengunjung

Popular Posts

My Archive RLM

 

Negara Pengunjung RLM


PUTRA NTB MENULIS
SEO Stats powered by MyPagerank.Net

Statistic RLM

LOGO

LOGO
PUTRA LOMBOK MENULIS "BATUJAI"

Translate