Tuesday, June 9, 2015

0 Cinta Dalam Mimpi Dan Hayalan

Sumber Gambar: aryawardhana.wordpress.com

Aku sadar, dalam puing-puing rasa ini, tumbuh kekuatan untuk dapat bangkit dan bertahan dari setiap bayangan gelap yang masih kau titip padaku. Aku masih ingat ketika bibirmu berucap untuk “setia”, matamu begitu jujur dalam memberikan harapan untuk dapat menjadi satu pada waktunya. Aku masih ingat ketika langkah merayu, menggoda dan menggoda, bahkan menghadangku untuk melangkah mencari cahaya baru. Karena bagimu, kau-lah cahaya satu-satunya yang dapat menerangi setiap jalanku. Bahkan aku masih ingat, ketika tanganmu melambai untuk memberi salam, dimana pada waktu itu, tanganku baru pertama kali berkenalan dengan tangan lembutmu.

Namun, aku juga sadar karena semua orang percaya bahwa “setiap ada pertemuan pasti ada perpisahan”, tapi, aku masih ingat bahwa setiap deretan kata-katamu tak pernah terucap untuk menemukan jalan buntu yang dapat memisahkan kita, bahkan kau selalu bertahan untuk dapat menggapai setiap angen dan harapan yang pernah kita persembahkan pada bulan dimalam hari itu. Kita bercerita banyak pada bulan, tentang mimpi-mimpi indah yang akan kita jalani setiap hari, mengusung canda tawa, didampingi dengan nuansa romantis. Bahkan akan dibantu dengan rasa saling menjaga dan bertanggungjawab atas ikrar yang akan kita ucapkan pada pak penghulu. Dan semua itu, masih terlihat jelas disaat kerinduan itu datang.

Entah, apakah ini takdir atau Tuhan sedang tidur sehingga menggabaikan sumpah yang pernah kita ucap. Ataukah ini memang kehendak yang kau ciptakan sendiri untuk memilih jalan baru yang lebih baik dan bagus. Dan aku tak mengerti akan semua ini. Karena pada dasarnya, aku telah membawamu pada jalan yang mulus tanpa ada duri sedikitpun. Namun, kau tetap abaikan dengan senyum yang tak semanis dahulu. Dan kini, setiap goresan cerita yang aku buat, banyangan itu masih saja ikut meramaikan kata-kata yang ku miliki, walau aku sudah mencoba untuk mengunci otakku agar tidak dilintasi dengan dirimu tempo dulu.

Kini, terkadang aku sering duduk sendiri sambil bercerita pada bulan, kemanakah wanita yang dulu selalu berada disampigku? Akankah kisah-kisah itu terulang kembali agar bulan tak menangis meratapi karena kesendirianku. Bahkan bulan pun mengejekku dengan cara bersanding mesra dengan bintang-bintang disampingnya. Kini, kerapuhan ini telah membuatku tak bisa memahami diriku sendiri. Aku seakan-akan sedang tidur dengan lelap hingga aku tak mengetahui matahari bangun setiap pagi diufuk timur.

Akan tetpai, mungkin dalam kisah kita, hanya satu hal yang dapat aku pahami, bahwa cinta harus dipahami sebelum berjalan bersamanya. Karena bagaimana pun, cinta dapat memberikan penjelesan-penjelesan tanpa menunjukkan jalan pulang. Hingga terkadang membuat kita menjadi tersesat. Dan kini, satu tahun sudah banyangan indah dari setiap cerita yang masih kau titipkan di dalam hatiku, menghantuiku, menyiksaku, mengiringku pada ketidakberdayaan, walau sering sekali aku coba untuk memenjarakan diriku sendiri dalam penjara besi tak berjendela.


Mugkin kini, kau sudah terbang dan membuat sarang untuk dapat bertelur dengan damai, seperti burung-burung dengan sarang indah nan kuat. Dan aku pun ingin bebas untuk mencari sedikit kebenaran dari setiap pertanyaan hatiku. Hingga terjawab dan waktu pun mengizinkanku untuk merasakan kebahagiaan kembali.


Read More...

Tuesday, June 2, 2015

0 Cinderela Pergerakan..., Bangkitlah!!!



Dalam sejarah, cinderela pergerakan memainkan peranan penting dalam menopang kemajuan organisasi. Lahirnya KOPRI adalah bukti sejarah betapa sang cinderela pergerakan menjadi inspirator pemersatu. Dengan spirit membangun persatuan, mereka mampu mematahkan gagasan kesatuan organisasi sebagai gagasan teori. Dalam organisasi, perubahan juga dikendalikan sang cinderela pergerakan, sebab mereka diyakini memiliki gagasan-gagasan yang cemerlang, brilian, dan luar biasa dalam menyusun perubahan sehingga lebih cepat menangkap semangat perjuangan.

Cinderela pergerakan hingga kini menjadi jantung pembaruan organisasi. Kiprah dan keikut sertaan sang cinderela pergerakan dalam segala sektor diharapkan dapat memberikan kontribusi besar dalam membangun organisasi yang saat ini berada dalam krisis moral. Semangat perubahan cinderela pergerakan harus tetap berjalan dan tertanam sebab, dalam kondisi apapun cinderela pergerakan berpotensi menjadi penyeimbang sistem atau semacam kontrol dalam organisasi. Inilah peran sang cinderela pergerakan yang slalu dinantikan organisasi.

Rentangan tidak selamanya berjalan dalam garis yang lurus, begitu juga dengan gerak sang cinderela pergerakan yang senantiasa berada dalam gerakan yang bimbang. Terkadang berada dalam garis yang progresif dan menanjak, tetapi juga tidak jarang mengalami masa-masa kritis. Jika kondisi cinderela pergerakan mengalami kondisi kritis, ini menandakan tantangan makin besar. Ada sistem yang tidak berjalan yang cendrung memperlemah peran dan kekuatan cinderela pergerakan sebagai agent of change dan agen of control.

Kini, eksistensi cinderela pergerakan sebagai penerus generasi untuk masa mendatang kian lumpuh dan rapuh. Pandangan tersebut ditopang oleh kenyataan bahwa cinderela pergerakan dominan terjerembab dalam prilaku yang tidak lagi produktif. Wacana organisasi menjadi wacana praksis yang populer di kalangan cinderela pergerakan. Mereka larut dalam kebanggaan budaya luar yang mengikis semangat berorganisasi. Kepedulian terhadap organisasi tidak lagi mewarnai prilaku cinderela pergerakan. Akhirnya semangat perjuangan dan perubahan hilang dari prilaku sang cinderela pergerakan.

Kendati  demikian, wacana menghimpun kembali kekuatan cinderela pergerakan yang tidak hanya berserak perlu dilakukan. Peran cinderela pergerakan harus dikembalikan. Jika tidak, martabat, moral, dan keberlangsungan organisasi akan dipertarungkan masa kini dan akan datang. Lantas, jika cinderela pergerakan masih dihiasi oleh prilaku yang tidak lagi produktif dan apatis akan kondisi organisasi maka, organisasi tidak hanya dipandang sebelah mata, tetapi juga akan digilas oleh kekuatan-kekuatan dari luar.


INTIM 02
Read More...

Saturday, January 31, 2015

0 Toleransi dan Keberagaman Masyarakat Sasak: Sebuah Opini dalam Perspektif Pekerja Sosial



Sekapur Sirih
Masyarakat sasak merupakan masyarakat yang memiliki banyak warna, tidak hanya dari sisi budaya, melainkan dari sisi bahasa mewarnai kehidupan sehari-hari. Perbedaan budaya dan bahasa serta yang lainnya menjadi bentuk keberagaman yang bernilai tinggi dan tidak bisa ditawar dengan mata uang. Namun kehadiran dunia modern sebagai bentuk tawaran yang lebih baik serta professional telah merubah berbagai sisi keberagaman yang ada. Mengutip bahasa Ishak Harianto dalam tulisannya (Etika Kultural Masyarakat Sasak) yang dipublikasikan di berugaqinstitute.blogspot.com bahwa redup merupakan jawaban yang pas bagi keberagaman masyarakat sasak terhadap tawaran dunia modern saat ini. Keberagaman telah berengkarnasi dalam bentuk yang baru sesuai dengan terjemahan segelintir orang dalam memandang masa depan. Keberagaman tidak menjadi nilai jual yang tinggi seutuhnya melainkan menjadi nilai jual yang bisa diandalkan dalam menyambung nyawa dan mengangkat harkat dan martabat.
A.      Keberagaman Masyarakat Sasak
Berbicara masalah keberagaman masyarakat sasak sebagai warna kehidupan nyata yang bisa dilihat dewasa ini tidak terlepas dari berbagai macam pengaruh situasi dan kondisi beberapa puluhan tahun yang lalu. sebelum datangnya belanda untuk mengusir penjajahan bali, sampai pada pembebasan sasak sebagai masyarakat yang tertindas dari penjajahan belanda. Atau bahkan sebelum adanya tuan guru sampai tuan guru memiliki peranan penting dalam agama dan perpolitikan masyarakat sasak. namun, dalam tulisan ini, penulis tidak akan membahas mengenai persoalan awal ini, akan tetapi penulis akan mencoba melihat keberagaman yang ditawarkan oleh dunia modern dewasa ini. Yang mana, keberagaman merupakan produk yang ditawarkan secara menyeluruh dalam menerima kehadiran dunia modern sebagai dunia baru dalam menjalani kehidupan. Dalam hal ini, ada beberapa keberagaman yang penulis coba analisa sesuai dengan tawaran dunia modern, yang pada dasarnya bukan sesuatu yang baru.
1.         Keberagaman Aturan
Perubahan sebagai bentuk pandangan baru dihadapan semua orang, tentu saja hal ini akan melahirkan paradigma baru. Pengertian baru sebagai bentuk keuntungan menjadi bagian yang lazim dan resolusi yang dicanangkan dalam menggapai kondisi kehidupan yang lebih baik. Halal dan haram, baik dan buruk menjadi dua sisi yang selalu bertarung diberbagai sisi kehidupan. Halal menjadi haram, haram menjadi halal dan baik menjadi buruk, buruk menjadi baik selalu di-klasik-kan untuk menyembunyikan kebenaran, kemudian aturanlah yang menjadi pembela kebenaran dan kebohongan dalam sistem kehidupan saat ini. Manusia hanyalah pembuat dan pelaku aturan yang terkadang mengorbankan kehidupan sosial dan keadilan. Dan kemiskinanlah yang menjadi kambing-hitam dari tawaran dunia modern tentang aturan.
Melirik tentang keberagaman, aturan adalah contoh paling nyata dalam kehidupan manusia, di mana begitu banyak aturan yang dihadapkan kepada manusia yang dibuat oleh manusia sendiri. Aturan pemerintah, agama, adat istiadat, dunia kerja dan yang lainnya, yang melahirkan beribu keturunan aturan dari setiap induk yang ada dan induk utama dari semua ini adalah dunia modern. Jilbab misalnya, jika keberagaman bukan dilahirkan dari dunai modern, maka pelarang jibab dalam aturan PT Tiara Mall beberapa minggu yang lalu tidak akan pernah terjadi. Walau pada dasarnya dunia modern menawarkan keberagaman, tetapi para pelaku terkadang menerjemahkan keberagaman sebagai bentuk keuntungan tersendiri dalam membentuk kekuasaan. Sehingga aturan akan terbentuk sebagai wujud dan manisvestasi dari kepentingan.
Aturan dalam dunia kerja modern dewasa ini sudah tidak menghargai keberagaman yang ada, mulai dari wajah, kulit, tinggi badan, penampilan, dan lainnya. Ketika tinggi badan, wajah yang cantik, kulit yang putih dan bersih, penampilan yang menarik dijadikan sebagai tolak ukur yang tinggi, maka yang tidak sesuai dengan aturan tersebut menjadi termarjinalkan secara professional, dan sayangnya pada kasus dunia kerja moder tidak membahas akan hal tersebut, seperti isu pelarangan jilbab pada kasus Tiara Mall yang ada di Lombok beberapa minggu yang lalu. Di mana hanya membesar-besarkan pelarangan jilbab, tapi pada konteks diskriminasi yang lain tidak pernah dibahas. Lalu, apakah ini yang dinamakan keberagaman dalam masyarakat? apakah keberagaman hanya dipahami dalam konteks agama, suku ataupun yang lainnya.
Dengan demikian, keberagaman dalam konteks aturan yang dihadapkan pada masyarakat sasak dari berbagai sisi, kemiskinan yang dijadikan sebagai alasan empuk dalam membuat berbagai macam hiasan untuk rakyat miskin, kemudian dijadikan sebagai kebutuhan utama dan dibuat untuk ketergantungan. Padahal kemiskinan tidak bisa dijadikan sebagai ukuran utama dalam membuat kebijakan, sedangkan kemiskinan memiliki berbagai bentuk nyata sebagai penyebab kompleks. Budaya patriarki, kekurangan modal sosial, kesadaran, ketahanan mental masyarakat, kreativitas merupakan deretan penyakit yang pernah digambarkan oleh Prof. Muhammad Yunus ketika melihat kemiskinan yang melanda masyarakat Bangladesh. Sehingga semua ini perlu didevinisikan untuk menjawab keberagaman penyakit yang menjangkit masyarakat kelas bawah (masyarakat miskin).
2.         Keberagaman Bahasa
lain gerupuk lain jaje, lain gubuk lain bahase” merupakan ungkapan yang tak tabu bagi masyarakat sasak, sebuah ungkapan yang memiliki makna akan banyaknya bahasa yang dimiliki. Sesama Lombok tengah misalnya, begitu banyak logat bahasa yang digunakan dan ini merupakan bentuk keragaman bahasa yang patut dihormati dan dihargai sebagai warna dalam kehidupan sehari-hari karena bahasa mengajarkan berbagai macam makna dalam menjalani kehidupan.
Tawaran dunia modern sebagai dunia yang lebih baik terhadap masyarakat sasak dan masyarakat lainnya merupakan salah satu yang tidak bisa dihindari. Tawaran dunia modern telah melamahkan berbagai bentuk komitmen dalam menjaga berbagai macam keberagaman yang ada. Bahasa adalah salah satu dari sekian keberagaman yang tergiur akan tawaran dunia modern. Bahasa sasak sebagai bahasa resmi sudah mulai ditinggalkan oleh sebagian besar masyarakat, bahasa Indonesia dan bahasa tetangga (bahasa Negara maju dan berkembang) giat dipelajari sebagai bentuk penyelamatan hidup (masa depan). Generasi yang lahir diatas tahun 2000-an telah mulai dan akan berbahasa nasional dan internasional dalam menunjang karir atau masa depan.
Ketika persoalannya demikian, bagaimana seharunya kita memaknai keberagaman? Apakah sebagai keutuhan ataukah sebagai jawaban yang kita persembahkan kepada dunia modern?
3.         Keberagaman Budaya
Dan bagaimana dengan budaya turun temurun yang dijalankan oleh masyarakat sasak selama ini, apakah kebaragama budaya yang dimiliki telah diciderai oleh dunia modern? Jawabannya adalah ya.
Mari kita perhatikan kondisi baru tentang makam loang balok, sebuah kondisi dengan keberagaman baru yang kelihatan akur dari berbagai sisi. Keakuran ini bak pasangan sejoli yang bersumpah untuk sehidup semati, namun dihadapkan dengan berbagai persoalan yang menantang dan rumit, tetapi dapat bertahan sampai ajal menjemput. Atau bagaimana budaya pra-senggigi dengan pasca-senggigi yang diwarnai dengan berbagai bentuk keragaman yang ada. Yang pada dasarnya keakuran yang ada telah menenggelamkan keragaman lokal. Akan tetapi perselingkungan keberagaman demikian tidak berdampak signifikan terhadap nila-nilai tradisional karena keberagaman seperti ini bersuara atas nama kesejahteraan sosial yang meluluhkan hati masyarakat.
4.         Keberagaman Sosial
Kehidupan sosial yang terbangun tanpa tembok pemisah (filter) adalah salah satu identitas masyarakat sasak, masyarakat hidup dengan nilai-nilai tradisional tanpa mengenal sifat individualisme seperti yang ditawarkan dunia modern saat ini. Kehidupan sosial masyarakat sasak yang menggambarkan keberagaman tanpa tendensi apapun telah lama mengakar dan membentuk hubungan sosial yang tinggi, gotong royong dengan konsep solidaritas mekanis masyarakat sasak patut untuk dilindungi dan dijaga kelestariannya sebagai upaya menjaga keberagaman lokal masyarakat sasak. Dan kesejahteraan sosial yang dijadikan sebagai senjata utama dunia modern telah tercapai dan akan semakin terwujud ketika masyarakat makin bergantung pada keadilan dan kesejahteraan yang dibawa dan ditawarkan oleh dunia modern.
Kehadiran dunia modern yang dilengkapi dengan canggihnya tekhnologi komunikasi membawa keberagaman sosial yang semakin kompleks, tidak melepas dan melewatkan sedikitpun situasi dan kondisi masyarakat, keberagaman yang satu melahirkan keberagaman yang lain. Bahkan meciptakan keberagaman yang lebih spesifik (individu) yang tak dapat dielakkan oleh masyarakat. Hal ini dikarenakan hukum alam tentang regenerasi manusia, seperti halnya yang dijelaskan oleh Alvin Toffler tentang masyarakat selalu menciptakan kondisi baru yang memberikan amanah pada generasi baru tentang perubahan yang akan mereka lalui, sedangkan perubahan yang dijalani dijadikan bahan awal untuk memberikan pemahaman kepada generasi berikutnya. Sehingga keberagaman dewasa ini merupakan awal dari kebergaman baru yang akan diciptakan oleh generasi berikutnya. Sama halnya dengan keberagaman yang dijalankan oleh masyarakat zaman dahulu, yang dirubah oleh masyarakat dewasa ini.
Dengan demikian, percaya atau tidak ini merupakan perbincangan pada masa Thomas Kuhn ketika memulai berbicara masalah paradigma yang mengancam paradigma lama, dan hal tersebut mejadi salah satu sumbangsih pemikiran terbesar dan dijalankan sampai saat ini, mulai dari tukang becak sampai tukang politik. Bahwa mereka dituntut untuk menciptakan kreasi baru demi bertahan hidup, karna kreasi lama akan tergilas dan tidak berjalan berkelindan dengan tantangan hidup dewasa ini, begitu juga seterusnya sampai pada puncak akhir dunia (kiamat).
Dunia kesehatan misalnya, semua orang percaya bahwa pengobatan tradisional dengan pengobatan zaman sekarang sangat jauh berbeda. Dokter, bidan dan lainnya yang diciptakan oleh perguruan tinggi telah membawa perubahan dengan label “empiris” dengan doktrin “penyakit modern harus diatasi dan disembuhkan dengan gaya modern”. Selain itu, dunia pendidikan telah mengajarkan sejarah merupakan sesuatu yang harus dikenang dan menjadi pelajaran untuk memulai memahami hal-hal baru tentang dunia pendidikan, berbicara tentang masa lampau adalah sesuatu yang expired. Sehingga, yang berlalu biarkanlah berlalu, dan menciptakan dunia baru.
Penulis saat ini sedikit memahami dan menyadari bahwa keberagaman sosial yang ada, di mana keberagaman merupakan bagian dari warna yang indah seperti pelangi harus dijunjung tinggi tanpa mendeskriditkan apapun merupakan sebuah kenyataan yang berbanding terbalik. Bagi penulis keberagaman tidak hanya dipandang dari agama, budaya, bahasa dan yang lainnya, namun apapun yang bentuknya berbeda dari setiap manusia, hewan dan tumbuhan merupakan sebuah keberagaman yang perlu diterjemahkan secara utuh tanpa melihat apa, siapa, bagaimana, mengapa, kapan dan dimana. Sehingga menemukan keberagaman yang nyata.
B.       Toleransi dalam Kehidupan Masyarakat Sasak
Berbicara masalah toleransi, maka penting kiranya bertanya tentang apa yang dimaksud dengan toleransi dalam masyarakat sasak dewasa ini? Apakah toleransi hanya dimaknai sekedar saling menghargai dan menghormati satu sama lain, atau tolerasi dijadikan sebagai topeng dalam menitipkan berbagai tujuan dan kepentingan pribadi. Pasalanya, memahami toleransi yang ada, tidak bisa dipandang dari sudut pradigma masyarakat sasak saat ini saja, karena setiap perubahan waktu membawa pengertian yang berbeda, dari generasi satu ke generasi berikutnya atau dari tradisional ke modern. Masyarakat sasak saat ini misalnya, dihadapkan dengan berbagai macam toleransi, dimulai dari tata krama atau sopan santun sampai pada tataran politik (tiang-enggih “bahasa halus masyarakat sasak” s/d peperangan kekuasaan yang terkadang melahirkan kematian). Kematian tidak hanya diartikan sebagai hilangnya nyawa seseorang, namun karir atau masa depan merupakan bentuk dari kematian yang diakibatkan oleh politik.
Tiang-enggih merupakan bahasa halus yang digunakan oleh masyarakat sasak sebagai bentuk rasa hormat kepada yang lebih tua atau dewasa. Penggunaan tiang-enggih tidak hanya diperuntukkan untuk kamu bangsawan, akan tetapi pada hakekatnya bahasa tiang-enggih diajarkan kepada generasi dalam menggunakan bahasa yang sopan, baik dalam ruang lingkup keluarga maupun secara sosial. Tetapi pengajaran bahasa tiang-enggih oleh orang tua kepada generasi tidak diajarkan secara keseluruhan oleh masyarakat sasak, hanya beberapa kalangan masyarakat sasak yang mengajarkan generasinya untuk menggunakan bahasa tiang-enggih sebagai bentuk kesopanan dalam berbicara. Ada dua variasi dalam pengucapan tiang-enggih dalam tataran masyarakat sasak. Pertama, di Desa Batujai, pengucapan tiang-enggih diperuntukkan kepada kaum bangsawan sebagai bentuk rasa hormat, tidak menegaskan kepada pengucapan yang menyeluruh. Kedua, di Desa Sakra Dusun muntung tengak, pengucapan tiang-enggih menegaskan makna secara menyeluruh. Sedangkan banyak desa-desa yang ada di Lombok tidak mengajarkan kepada generasi dalam menggunakan bahasa tiang-enggih sebagai bahasa sopan santun.
Dari segi ini, tentu saja bahasa akan melahirkan karekter yang berbeda-beda antra masyarakat yang satu dengan masyarakat yang lainnya. penggunaan bahasa tiang-enggih tidak bisa digeneralisasikan dan diharapkan sebagai bahasa yang halus dalam komunikasi sosial (social communication) pada masyarakat sasak. Misalnya: ketika kaum bangsawan yang selalu mendengar ucapan (tiang-enggih) dari kalangan non-bangsawan akan merasa dihormati dan dihargai, namun ketika ucapan itu tidak lagi didengar, maka rasa hormat dan dihargai tidak lagi menjadi tolak ukur sebagai kaum bangsawan. Karena pengakuan yang diakui sebagi bentuk keberagaman atau bentuk perbedaan akan hilang secara perlahan bilamana rasa dihormati dan dihargai menjadi bentuk akhir keinginan. Begitu juga dengan orang tua yang ucapannya tidak lagi disambut dengan tiang-enggih sebagai rasa hormat, tidak akan melunturkan identitasnya sebagai orang tua.
Kata “kamu” dalam penggunaan bahasa Indonesia, bagi masyarakat jawa dan lainnya tidak memiliki makna yang negatif, karena kata “kamu” meruapakan penggunaan bahasa sesuai dengan EYD. Tetapi, bagi sebagian besar masyarakat sasak, penggunaan kata “kamu” dapat memiliki makna yang negatif, karena pengucapan “kamu” tidak pantas diucapkan kepada orang yang lebih dewasa. Bahasa yang sederhana ini menunjukkan identitas penting bagi masyarakat sasak, yang menganggap bahwa bahasa memiliki efek kuat terhadap status dan yang lainnya. Bagi menurut penulis, toleransi dalam penggunaan bahasa adalah bentuk rasa hormat dan saling menghargai terhadap budaya, aturan dan norma-norma sosial yang terbangun sejak dahulu. Tidak seperti tawaran “dunia modern” tentang toleransi dalam aturan, budaya, bahasa, sosial dan lainnya yang memiliki berbagai macam terjemahan sehingga memudahkan seseorang berkembang dengan lebih cepat.
Toleransi sebagai asumsi dasar dalam menilai keberagaman dalam masyarakat, terkadang tidak bisa dijadikan ukuran dalam menentukan tindakan apabila toleransi dipadukan dan diselaraskan dengan tawaran dunia modern. Karena toleransi agama, adat istiadat, sifat manusia, aturan maupun yang lainnya merupakan suatu bentuk keberagaman yang diterjemahkan secara modern sesuai dengan tuntutan perubahan zaman. Misalnya: ketika PT Tiara Mall sebagai pembuka lapangan pekerjaan memiliki aturan managemen sebagai wujud keberlangsungan, maka penting kiranya masyarakat memahami bahwa hal tersebut benar dan tidak bisa didemonstrasikan dengan tidak menerima aturan tersebut, baik secara lisan maupun tertulis. Karena pada dasarnya, apapun bentuk aturan demi keberlangsungan, segogyanya harus dihormati dan dihargai sebagai bentuk rasa toleransi sesama pencari nafkah. Pasalnya, toleransi tidak menuntut masyarakat untuk bertindak kontradiktif dengan tawaran dunia modern. Tetapi, perlu disadari secara untuh tentang bagaimana bersikap toleransi yang tidak menyakiti satu sama lain, baik aturan dengan objek aturan, PT Tiara Mall dengan masyarakat, maupun pemerintah sebagai pemangku kebijakan dalam mempertahankan nilai-nilai toleransi.
 Dengan demikian, apakah semua pihak tidak menciderai nilai-nilai toleransi? Pemerintah, masyarakat maupun PT Tiara Mall pada dasarnya sudah menciderai toleransi dengan sudut pandang yang berbeda.
C.       Kesimpulan dan Rekomendasi
Kesejahteraan perlu diterjemahkan secara universal, tidak hanya pada konteks kemiskinan sebagai acuan dalam membangun dunia yang lebih baik. Namun, kesejahteraan perlu membicarakan dan mendiskusikan tentang tujuan yang ditawarkan oleh dunia modern dalam bentuk apapun. Begitu juga dengan toleransi dan keberagaman, tidak hanya perbedaan-perbedaan yang dipahami selama ini sebagai bentuk keberagaman, melainkan ditawarkan sebuah makna dan pengertian yang sesuai dengan tawaran dunia modern saat ini guna memahami dan mengiringi tujuan besar dunia modern. Dan tidak hanya dalam konteks ini, namun konteks-konteks yang lain pun perlu kiranya diberikan jawaban untuk dipresentasikan pada dunia modern.
Ada satu pertanyaan penulis yang belum penulis pahami jawabannya, yakni: apa manfaat sesungguhnya toleransi dan keberagaman dalam konteks “tawaran modern” yang diracik dengan berbagaimacam bumbu menarik oleh manusia? Jika hanya sekedar saling menghargai dan menghormati antar sesama, maka dunia pendidikan telah menjawabnya: jawaban tersebut sudah expired (basi). Pasalnya, penulis merasa bahwa ada penghalang yang kuat antara toleransi dan keberagaman dengan sistem kenegaraan (UU, pancasila, cita-cita luhur para pejuang kemerdekaan indonesia dan lainnya). serta bagaimana para koruptor, premanisme birokrasi, ketidakjujuran diberbagai sisi yang dilakukan oleh orang-orang yang memahami dunia modern dan kemandulan aturan memandang toleransi dan keberagaman. Tidak jelaskan saling menghargai dan menghormati sebagai bentuk memahami keberagaman yang ada.


Read More...

Tuesday, January 27, 2015

0 Cinta Hanyalah Rasa


Apalah arti cinta jikalau perasaan hanyalah tentang rasa
Bukan kebahagiaan ataupun penderitaan
Bukan pula tentang keinginan
Dan bukan pula tentang makna
Apalah arti kebahagiaan jikaulau cinta hanyalah kata-kata
Bukan tentang hubungan
Yang ada hanyalah kesenangan
Karena syaitan begitu lembut menggoda

Cinta bukan menunjukkan rasa bahagia
Cinta bukan menggambarkan penderitaan
Begitu juga, sejatinya tidak melukiskan tentang hubungan
Melainkan cinta mengajak untuk merangkai waktu
Karena cinta bersuara atas nama perubahan

Cinta bukanlah permainan kata-kata lebay yang menghanyutkan
Cinta bukanlah drama kolosal yang menakjubkan
Tapi cinta tentang menghargai proses
Di mana proses adalah sentuhan waktu yang tak bernilai
Dan rangsangan jiwa untuk mengenal, siapa dirimu dengan berlalunya waktu…!!!

Cinta hanyalah media untuk mengenal rasa
Dan waktulah yang sejatinya berbicara masalah cinta.


Read More...

Monday, April 7, 2014

0 Janji Manis PEMILU untuk Kesejahteraan Rakyat





Perdebatan setiap hari didalam ruang kelas “ruang masa depan” tentang kesejahteraan masyarakat tidak pernah usang, bahkan terus merajai di otak-otak para penerus bangsa. seminar-seminar nasional dan international tentang pemberantasan kemiskinan terus digalakkan oleh para pemikir bangsa, mulai dari tataran mahasiswa, hingga tataran pemerintah. Namun kenyataan yang dihadapi masih saja semakin menakutkan. Padahal, tempat pelaksanaan pembeicaraan tersebut selalu berada ditempat-tempat yang mewah; kampus, hotel, dan yang lainnya. dengan demikian, kita masih dapat bertanya; kesejahteraan sesungguhnya untuk siapa?


Kehadiran BPJS sebagai salah satu solusi nasional dalam mengentaskan kemiskinan dan mewujudkan keadilan sejatera untuk rakyat indonesia, masih saja terjadi hal-hal yang tidak seharusnya terjadi, banyak rumah sakit mengidap buah simalakama, menerima “bangkrut”, menolak “akan menjadi tudingan buruk bagi masyarakat” hingga pada akhirnya tumpang tindih terjadi, kemudian berdampak pada terlantarnya masyarakat miskin dalam menikmati pasilitas kesehatan dari pemerintah. Namun, alih-alih BPJS masih dalam tahap awal dan akan terus ditingkatkan, hal ini menjadi buah bibir yang manis didengar oleh masyarakat banyak (miskin).


Momentum PEMILU menjadi salah satu bukti bahwa rakyat adalah penguasa yang sesungguhnya, nama “kemiskinan” dan “kesejahteraan” menjadi barang dagangan yang laku terjual, baik mulai dari tataran elit, hingga kelas teri. Bumbu-bumbu kesejahteraan pun dikemas dengan semaksimal mungkin agar mendapat perhatian lebih dan dukungan dari rakyat banyak, mulai dari pemberian tunai sebesar satu juta rupiah untuk setiap kepala keluarga, hingga pemberdayaan masyarakat melalui pemberian dana bagi pemerintah desa hingga mencapai satu (1) miliar lebih. Hujan kata-kata indah ini tentang kesejahteraan seolah-olah masyarakat miskin sedang dibanjiri uang. Akan tetapi dalam pandangan saya; seolah-olah masyarakat sedang diberi mimpi yang indah, hingga harus terlena dan terlelap dengan damainya. Namun setelah mereka bangun harus berjuang dan bertanya, kemana suara indah yang mereka dengar tadi? Dan jawabanya; mereka berlari dan bersembunyi dibalik kata “pemerintah”




dan akan kah rakyat terbebas oleh janji manis PEMILU untuk kesejahteraan?


Read More...

0 Pemikiran Muhammad Yunus "Grameen Bank"

M. Yunus

Kemiskinan merupakan masalah kompleks yang dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling berkaitan, antara lain: tingkat pendapatan, kesehatan, pendidikan, akses terhadap barang dan jasa, lokasi, geografis, gender, dan kondisi lingkungan. Mengacu pada strategi nasional penanggulangan kemiskinan definisi kemiskinan adalah kondisi di mana seseorang atau sekelompok orang, laki-laki dan perempuan, tidak terpenuhi hak-hak dasarnya untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat.

Definisi ini beranjak dari pendekatan berbasis hak yang mengakui bahwa masyarakat miskin mempunyai hak-hak dasar yang sama dengan anggota masyarakat lainnya. Kemiskinan tidak lagi dipahami hanya sebatas ketidakmampuan ekonomi, tetapi juga kegagalan memenuhi hak-hak dasar dan perbedaan perlakuan bagi seseorang atau sekelompok orang dalam menjalani kehidupan secara bermartabat. Hak-hak dasar yang diakui secara umum meliputi terpenuhinya kebutuhan pangan, kesehatan, pendidikan, pekerjaan, perumahan, air bersih, pertanahan, sumberdaya alam, dan lingkungan hidup, rasa aman dari perlakukan atau ancaman tindak kekerasan dan hak untuk berpartisipasi dalam kehidupan sosial-politik, baik bagi perempuan maupun laki-laki.

Kemiskinan adalah salah satu kenyataan yang tidak bisa dipungkiri oleh setiap negara, hadirnya kemiskinan yang melanda ditengah-tengah kehidupan masyarakat menjadi tantangan dalam mewujudkan negara yang sejahtera dan maju. Selain itu, kemiskinan terjadi yang diakibatkan oleh berbagai faktor dan berkaitan satu sama lain, misalnya; ketidakmampuan dalam mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari, baik itu berupa makanan, pakaian, air, dan yang lainnya. Edi Suharto, mengatakan , kemiskinan merupakan masalah sosial yang bersifat global. Artinya, kemiskinan merupakan masalah yang dihadapi dan menjadi perhatian banyak orang di dunia ini. Meskipun dalam tingkat yang berbeda, tidak ada satu pun negara di jagat raya ini “kebal” dari kemiskinan. Semua negara di dunia ini sepakat bahwa kemiskinan merupakan problema kemanusiaan yang menghambat kesejahteraan dan peradaban.

Indonesia sendiri pada maret tahun 2013 masyarakat yang dinyatakan sebagai masyarakat miskin sebanyak 28,07 juta jiwa (11,37%), berkurang sebesar 0,52 juta orang dibandingkan dengan penduduk miskin pada September 2012 yang sebesar 28,59 juta orang (11,66 persen). Selama periode September 2012-Maret 2013, jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan berkurang 0,18 juta orang (dari 10,51 juta orang pada September 2012 menjadi 10,33 juta orang pada Maret 2013), sementara di daerah perdesaan berkurang 0,35 juta orang (dari 18,09 juta orang pada September 2012 menjadi 17,74 juta orang pada Maret 2013).

Selama periode September 2012-Maret 2013, persentase penduduk miskin di daerah perkotaan dan perdesaan tercatat mengalami penurunan. Persentase penduduk miskin di daerah perkotaan pada September 2012 sebesar 8,60 persen, turun menjadi 8,39 persen pada Maret 2013. Sementara penduduk miskin di daerah perdesaan menurun dari 14,70 persen pada September 2012 menjadi 14,32 persen pada Maret 2013. Peranan komoditi makanan terhadap Garis Kemiskinan jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan). Sumbangan Garis Kemiskinan Makanan terhadap Garis Kemiskinan pada Maret 2013 tercatat sebesar 73,52 persen, kondisi ini tidak jauh berbeda dengan kondisi September 2012 yang sebesar 73,50 persen.

Kemiskinan yang menyebabkan kelaparan yang terjadi tahun 1974 di Bangladesh merupakan sebuah kisah manis yang dialami oleh Muhammad Yunus, di mana Yunus mendedikasikan hidupnya untuk membantu kaum miskin. Kondisi kelaparan dan phenomena permasalahan sosial yang terjadi membuat Yunus teriris dan ingin membantu permasalahan tersebut. Bersama dengan murid-muridnya, ia mencoba menyelidiki permasalahan demi permasalahan yang ada, mulai dari tanah lapang yang tidak dijadikan sebagai lahan atau ladang pertanian, sampai pada pemberian bantuan pinjaman melalui “Bank Desa”.

Setelah melakukan pendekatan dari desa yang satu ke desa yang lain, Yunus mulai mempelajari hal-hal yang dianggap menjadi permasalahan utama, terutama pada ladang-ladang yang tidak dijadikan sebagai lahan pertanian, jawaban yang didapatkan adalah buruknya saluran irigasi. Bersama dengan murid-muridnya, Yunus bertanya kepada masyarakat miskin tentang keterampilan yang dimiliki, bagaimana cara mereka menjalankan kehidupan sehari-hari, dan bagaimana cara memenuhi kebutuhan hidup mereka setiap hari. Pada tahap ini dalam karirnya, Yunus merasa bahwa ia lebih menyukai pengalaman pribadi dan kontak secara langsung dengan masyarakat desa, dan menggabungkannya dengan mencoba mempelajari dari buku-buku dan dalam kelas. Hal ini ia lakukan untuk menggabungkannya dengan dunia akademis dengan dunia praktis

Dalam upaya ini, Yunus mendirikan Proyek Universitas Pembangunan Desa Chittagong, di mana siswa memperoleh kredit akademik sambil membantu masyarakat miskin setempat. Mereka berfokus pada teknologi irigasi dan membantu penduduk desa menanam padi dengan kwalitas tinggi. Yunus juga bereksperimen bersama koperasi pertanian, yang ia danai sendiri. Keberhasilan proyek ini, tidak menjadikan Yunus berhenti, bahkan ia berpikir bahwa ia tidak berbuat cukup untuk membantu yang termiskin dari yang miskin, misalnya; orang-orang yang tak bertanah, seperti Sufiya Begum, seorang ibu yang berusia 21 tahun, dari tiga yang membuat bangku bambu di dekat desa Jobra.

Selain itu, permasalahan yang dihadapinya adalah ketergantungan masyarakat pada pinjaman riba, serta bunga yang mencapai 10% seminggu sampai 10% per/hari dari rentenir lokal. Dengan data-data yang ia peroleh, Muhammad yunus bersama dengan mahasiswanya mencatat seluruh penduduk desa di Jobra yang meminjam uang di bank dan rentenir lokal, dan pada akhirnya Yunus memutuskan untuk memberikan pinjaman modal kepada penduduk miskin dengan uangnya sendiri tanpa dikenai bunga sepeser pun. Pada tahun 1976, Yunus mendekati cabang lokal dari Janata Bank, salah satu bank pemerintah terbesar di Bangladesh.

Salah satu alasan terbesar Muhammad Yunus dalam bekerja sama dengan janata bank adalah memberikan pinjaman modal kepada penduduk yang termiskin. Namun, tidak semudah yang dibanyangkan, permasalahan lain muncul sebagai tantangan berat bagi Yunus, misalnya; masyarakat miskin yang buta huruf, mereka tidak dapat mengisi formulis yang diperlukan, dan tidak memiliki jaminan yang jelas, sehingga pihak bank menjadikan ini adalah permasalahan yang krusial. Hal ini tidak menjadikan Muhammad Yunus putus asa, semangat memperjuangkan rakyat miskin semakin menguat. Setelah melakukan negosiasi, dan hal ini berlangsung selama enam bulan, akhirnya pihak bank setuju untuk memberikan pinjaman kepada Yunus, bukan kepada rakyat miskin yang tidak memiliki jaminan.

Di sisi lain, pihak bank mengharuskan dia untuk bertindak sebagai perantara, dokumen resmi yang diperlukan untuk setiap pinjaman tidak bisa dianggap sebagai bahan permainan, karena bank tidak mau berurusan dengan orang miskin secara langsung. Kenapa Yunus berpikir orang miskin akan mampu membayar pinjaman tanpa jaminan ini? Jawaban Muhammad Yunus sangat sederhana "Orang miskin tahu bahwa kredit ini adalah kesempatan mereka untuk keluar dari kemiskinan," katanya. "Jika mereka jatuh bertabrakan dengan pinjaman yang satu ini, mereka akan kehilangan satu-satunya kesempatan untuk keluar dari kemisnkinan".

Bank “Desa”

Bank desa adalah salah satu wadah sentuhan secara langsung yang dikelola oleh Muhammad Yunus, meskipun pada awalnya ia tidak memiliki pengalaman dalam pengelolaan bank, terutama pada pengelolaan untuk memberikan pinjaman kepada penduduk miskin. Salah satu cara yang dilakukannya adalah melihat secara langsung lembaga keuangan yang dioperasikan oleh bank-bank lain. Namun disisi lain, penemuan Yunus tentang keuntungan dari kesalahan peminjam seringkali bank tradisional melakukan hal-hal yang terbalik dari perjanjian biasanya, misalnya; keterlambatan pengembalian pinjaman membuat bank menaikkan suku bunga. Hal ini membuat Muhammad Yunus berpikir bahwa tumpukan pinjaman yang semakin besar akan menyulitkan peminjam untuk dapat mengembalikan pinjaman, dan Yunus mencoba memberikan pengarahan agar pinjaman dapat dilunasi sesegera mungkin.

Model awal dalam pinjaman yang diberikan oleh Muhammad Yunus berlangsung selama satu tahun, dan pinjaman harus dibayar dengan jumlah kecil setiap minggu sehingga tidak membebankan peminjam (penduduk miskin). Dalam hal ini, Yunus mencoba melakukan cara baru dan menemukan bahwa pembayaran akan lebih mudah dilakukan apabila para peminjam membentuk kelompok-kelompok, jika salah satu gagal maka peminjam yang lain tidak bisa mendapatkan pinjaman. Yunus juga memerlukan anggota untuk mengumpulkan tabungan, yang kemudian bisa dipinjamkan kepada anggota lain dari kelompok peminjam. Hasilnya, Pada tahun 1998 pinjaman senilai $100 Juta telah diselamatkan dengan cara ini. Ia melakukan semua transaksi ini ditempat terbuka, tidak ada rahasia, sehingga semua orang bisa melihat sistem pinjaman yang dilakukan, penerapan sistem yang diberlakukan oleh Yunus adalah self-policing, dan tidak pernah melibatkan pengadilan atau siapun di luar Grameen Bank.

Dalam keberlangsungan lain dari norma, Yunus meminjamkan uang hampir secara eksklusif untuk perempuan, hal ini dikarekanakan bawah Yunus menemukan sesuatu yang berbeda, pemberian kredit kepada perempuan lebih menciptakan banyak perubahan, lebih cepat, daripada meminjamkan uang kepada kaum laki-laki. “tidak hanya wanita yang merupakan gambaran mayoritas dari penduduk miskin, setengah pengangguran, dan yang kurang beruntung secara ekonomi dan sosial”. Ia menjelaskan, “tetapi mereka lebih muda dan berhasil dalam meningkatkan kesejahteraan anak-anak dan laki-laki”. Selain itu, perempuan cendrung lebih fokus pada peningkatan kehidupan anak-anak mereka. ketika ia mendapatkan uang tambahan, seorang wanita yang khas membeli alat-alat memasak, perbaikan rumah atau memperbaiki tempat tidur mereka. Sebaliknya, pria cendrung menghabiskan dana pinjaman untuk diri mereka sendiri. Banyak penelitian peminjam pria dan wanita menghasilkan pola ini.

Pertumbuhan, Perubahan dan Masa Depan Kemiskinan

Sejak akhir 1970-an, program pinjaman Yunus 'terus-menerus berubah dan berkembang untuk memenuhi kebutuhan masyarakat miskin. Pada tahun 1977, pertemuan dengan direktur Bangladesh Krishi ("Pertanian") Bank menyebabkan perluasan program pinjaman melampaui Jobra ke distrik Tangail, daerah miskin di Bangladesh dekat ibukota negara Dhaka. Dua tahun kemudian, Yunus mengambil cuti untuk mengajar dan membuka cabang resmi pertama dari Grameen Bank sebagai cabang dari Krishi Bank, ini tumbuh dengan pesat. Pada akhir 1981, pinjaman sebesar $ 13.400.000. Pada tahun 1982, dengan uang Ford Foundation serta pinjaman dari Dana Internasional untuk Pembangunan Pertanian, Grameen Bank pindah lebih dari lima kabupaten dan dicairkan lagi dana sebesar $ 10.500.000.

Pada tahun yang sama, sebuah kudeta menggulingkan pemerintahan sipil Bangladesh. Kudeta terjadi pada waktu Yunus menghadiri konferensi. Dengan darurat militer baru menyatakan, Yunus tidak dapat meninggalkan konferensi. Pria yang akan menjadi menteri keuangan pemerintah baru terjebak di sana juga. Yunus mengambil kesempatan untuk menjelaskan Grameen Bank untuk masa depan menteri, yang menjadi sekutu. Dengan bantuannya, Yunus merestrukturisasi Grameen Bank menjadi lembaga yang independen. Dengan kemerdekaan, bank tumbuh lebih cepat, menambah 100 cabang per tahun. Yunus mulai menawarkan berbagai jenis pinjaman yang berbeda dan diperluas ke negara-negara miskin lainnya, termasuk Malaysia, Filipina, India, Nepal, dan Vietnam. Grameen bahkan mulai beroperasi di AS Dengan dukungan Presiden Bill Clinton, Grameen mulai program di Arkansas. Program serupa diikuti di South Dakota, Oklahoma dan Illinois. Yunus memulai program antikemiskinan lainnya yang melibatkan budidaya ikan, produksi tekstil dan telepon seluler.

Lembaga yang dimulai di desa Jobra pada tahun 1976 dengan pinjaman $ 27 telah menjadi program antikemiskinan yang mengesankan. Grameen Bank memiliki hampir 2.000 cabang dan staf sekitar 11.000. besaran dana yang telah dipinjamkan sekitar $ 3900000000, dengan tingkat pemulihan 98%. Sekitar 90% dari pinjaman yang dibiayai dari dana sendiri, dengan menggunakan tabungan deposan, yang kebanyakan adalah juga peminjam. Sejak tahun 1998, Grameen Bank tidak menggunakan dana donor dalam program pinjaman. Berbeda halnya bila dibandingkan tahun pertama dan dua tahun kemudian ketika Bangladesh hancur oleh badai, Grameen Bank selalu membuat keuntungan tahunan.

Prestasi ini tampaknya sangat tidak mungkin pada tahun 1976, namun Yunus percaya bahwa “sebelum kita benar-benar menerjemahkan sesuatu menjadi kenyataan, kita harus mampu untuk bermimpi tentang hal itu. Setiap mimpi sosial ekonomi tersebut tidak lain adalah langkah pertama dalam proses pemetaan menuju ke tujuan”. Oleh karena itu, Yunus membayangkan sebuah dunia yang bebas dari kemiskinan pada tahun 2050. “Kemiskinan tidak termasuk dalam masyarakat manusia yang beradab, tempat yang tepat adalah di museum”, katanya. “Kami telah menciptakan sebuah dunia tanpa perbudakan, dunia tanpa cacar, sebuah dunia tanpa perbedaan ras.


Read More...

Simak juga Post Sarjana Muda 45 Minggu ini

Hidup hanyalah sekedar jalan-jalan untuk menikmati kehidupan, hidup hanyalah sekedar hembusan nafas untuk melangkah menikmati jeruji Tuhan, hidup hanyalah gambaran Tuhan akan kehidupan yang lebih abadi. Oleh karena itu…, tak perlu rebut, tak perlu risau, tak perlu bingung, tak perlu galau, tak perlu merasa tertipu, tak perlu merasa bahwa hidup ini tak adil, tak perlu memberontak, tak perlu bangga, tak perlu sombong. Yang perlu kita lakukan adalah menikmati setiap proses yang ada, karena proses akan menentukan bahwa jalan-jalan dibumi yang kita lakukan sukses atau gagal. (Surga ataukah Neraka).

Data Pengunjung

Popular Posts

 

Negara Pengunjung RLM


PUTRA NTB MENULIS
SEO Stats powered by MyPagerank.Net

Statistic RLM

LOGO

LOGO
PUTRA LOMBOK MENULIS "BATUJAI"

Translate