Kini, dia sedang termenung sendiri, menatap
sinar sang surya dibalik jendela dengan pikiran kosong. Berdiri dengan
menggunakan pakaian tidur. Ia baru saja terbangun dari mimpi panjang, mimpi
yang selalu mengusiknya. Dua tahun sudah kehilangan orang yang ia sanyangi. Matanya
yang bening berlinang mengeluarkan air mata, selalu terbayang akan sosok pria
yang gagah dan penuh kelembutan. Tatapan yang tajam penuh harapan, namun ia
hanya bisa menangis dan mengadu pada kamar yang kosong. Kamar yang penuh dengan
kenangan. Semenjak itu, ia menjadi gadis yang pendiam, mengurung diri dalam
kamar dan tak pernah keluar seperti gadis-gadis lain. Ia keluar hanya sebatas
taman yang berada dibelakang rumahnya.
Pagi itu, ia kembali menatap seperti biasa,
melihat disebuah tempat duduk yang biasa ia lalui bersama dia, sosok malaikat
yang pernah singgah di-hati-nya. Matanya tak berkedip, air matanya terus
mengalir. Badannya kurus, Mukanya pucat, entah sampai kapan ia harus seperti
itu. Sedikitpun tak pernah mencoba untuk bangkit. Ia selalu meratap kesedihan,
banyangan dia menjadi hantu yang datang setiap waktu. Apalagi ketika ia
mengusap wajah dan mata orang yang ia cintai saat terlelap untuk selamanya. Mencium
keningnya sampai wajahnya basah dengan air matanya. dan sekarang terkapar dalam tanah sendiri.
Ia hanya bisa bertanya, mengapa dan kenapa ini
semua harus terjadi padanya?
Post a Comment
komentar anda sangat berarti bagi kami, terima kasih telah membaca blog Rantauan Lombok Merantau