Hampir
tujuh bulan sudah aku meninggalkan rumah dengan penuh harapan, berjuang untuk
mendapatkan cita-cita. Agar bisa merubah dan membaggakan orang tua, bangsa dan Negara.
Perjalanan ini seolah-olah telah membuat ku semakin berpikir dan dewasa, jauh
dari kasih sayang orang tua maupun yang lainnya. Berteduh di rumah orang dengan
menjalankan hidup yang penuh tanda Tanya. Semangat dan komitmen menjadi tenaga
yang kuat yang tercipta dari sebuah isak tangis keluarga, agar aku bisa menjadi
orang yang tak bisa di bodohi sama orang lain, begitu pun dengan kawan-kawan
ku, se-iya dan se-kata terus saling memberi dan memperingati agar masa lalu
yang suram tidak terulang kembali.
Perjuangan
bagi orang begitu mudah karena komitmennya selalu teguh dan dijalankan, namun perjuangan
itu akan sulit jika komitmen telah luntur, berubah sesuai dengan jarum jam yang
berjalan. borkomitmen belum tentu menjadi pijakan yang kuat dalam menjalani rintangan
kehidupan, setiap detik selalu berubah dan tak beraturan. Tidak berkomitmen
juga belum tentu menjadi buruk namun bisa menentukan target yang tepat ketika
tak ada janji yang mengikat. Lebih baik tidak berkomitmen dari pada berkomitmen
namun berubah setiap detik. Semua ini memang aneh dan inilah yang aku rasakan
saat ini. komitmen ku telah telah diracuni dengan bubuk-bubuk dunia yang penuh
dengan misteri. Tak ada yang pasti kecuali kepastian_Nya.
Penyesalan
selalu datang terlambat, namun proses yang akan dijalani selalu terpikirkan
lebih awal sehingga lebih baik gagal karena mencoba dari pada mencoba untuk
gagal. Menjalani apa adanya namun terus berkarya walau tidak dipandang sama
orang lain adalah hal yang sedang aku lakukan saat ini, aku tak peduli apa kata
orang, namun yang aku pedulikan adalah apa yang bisa aku perbuat untuk diri ku
sendiri dan keluarga ku, karena itu semua adalah amanah yang telah aku buat sendiri.
Mungkin bagi anda sebuah proses sudah tidak berguna lagi dalam dunia saat ini,
namun proses begitu berharga bagi aku yang hanya seoarang anak petani. Hidup yang
penuh dengan keterbatasan.
Dan
kini baru aku mengenal mu (dunia)?
Terima
kasih telah mengijinkan aku untuk menginjak mu.
By; Sasak Tulen
Post a Comment
komentar anda sangat berarti bagi kami, terima kasih telah membaca blog Rantauan Lombok Merantau