Manusia,
Kebudayaan dan lingkungan, oleh: Dr. Hans J. Daeng
Salah
satu ulasan yang sangat menarik dalam pembahasan Manusia, Kebudayaan dan Lingkungan
yang dibahas dalam bukunya Dr. Hans J. Daeng adalah tentang budaya atraksi Bau
Nyale yang ada dilombok, sebuah perbandingan budaya antara Lombok, Sumba dan
Sumbawa. Namun dalam kritikan saya ini, lebih kepada tradisi Bau Nyale di
Lombok, khususnya Lombok bagian selatan karena tidak semua pantai ada
Nyale-nya.
Sebagai
bentuk rasa kegembiraan atas datangnya hari Bau Nyale, para muda-mudi
berbondong-bondong datang kepantai Lombok Tengah bagian selatan untuk menangkap
atau yang disebut dengan Bau Nyale. Seperti; pantai Selong Belanak, Mawi,
Tampah, Mawun, Are Guling, Kute, Seger, Aan dan yang lainnya. para muda-mudi,
anak kecil dan orang tua datang satu hari sebelum acara Bau Nyale, karena
biasanya, pemerintah setempat membuat agenda menarik yang bisa membuat para pengunjung
merasa tertarik dan tidak bosen, misalnya; acara pewayangan, drama dan yang
lainnya. hal inilah yang menjadi daya tarik tersendiri dalam perayaan Bau Nyale
tersebut.
Dr. Hans
J. Daeng menyebutkan bahwa tradisi muda-mudi sebelum Bau Nyale tiba adalah, pertama; Betandak atau Belakak yang artinya bahwa saling
melempar pantun, guna menarik perhatian perempuan, jika pantun yang dilemparkan
tersebut tidak mampu dibalas maka hal tersebut akan menjadi bahan ejekan, dan
hal tersebut sebagai tanda untuk lebih saling mendekat. Kedua; Bejambek artinya
saling menghidangkan sirih pinang sebagai penerimaan seorang gadis pada pemuda
pilihannya. Dan hal yang lazim terjadi ialah kegiatan betandak dan bejambek
dilanjutkan dengan pernikahan pada masa pascapanen penen padi berikutnya.
Namun,
menurut saya pribadi adalah kesalah-pahaman antara pemberi informasi maupun
yang mendapatkan informasi. Karena Betandak
dan Bejambek yang dimaksudkan
oleh Dr. Hans J. Daeng tidak pernah saya temukan, dan tidak pernah terjadi selama
ini. Hal yang saya tahu adalah ngerayu (merayu)
yang artinya pemuda mencoba mencari pasangan untuk menemaninya semalam suntuk
sebelum tiba Bau Nyale. Namun sebagaian besar para pemuda membawa pasangan
masing-masing sebagai teman, sehingga ngerayu
(merayu) biasanya dilakukan oleh pemuda yang tidak memiliki pasangan.
Dengan
demikian, kelanjutan dari acara betandak dan bejambek adalah pernikahan setelah
pascapanen merupakan hal yang biasa dan bukan dari hasil betandak dan bejambek
melaui acara perkenalan pada atraksi budaya Bau Nyale, pernikahan mereka
dikarenakan sudah memiliki hubungan sebelumnya. Bau Nyale hanya sekedar
kesenangan semata untuk memeriahkan dan mensukseskan budaya. Dengan demikian,
perlu dikaji ulang agar esensi atraksi budaya Bau Nyale tidak salah kaprah.
Kebudayaan
dan Lingkungan: dalam Perspektif Antropologi. Oleh Dr. Hari Poerwanto
Apa yang
disampaikan oleh Dr. Hari poerwanto dalam bukunya yang berjudul kebudayaan dan
lingkungan dalam perspektif antropologi merupakan sebuah paradigma dalam
memandang budaya dan lingkungan. Budaya adalah sebuah tradisi yang harus
dilestarikan tanpa ada pertimbangan bahkan budaya menjadi identitas suatu
Negara. Dengan demikian, budaya merupakan sistem pemaknaan yang dimiliki
bersama yang dihasilkan melaluo proses bersama bukan proses perseorangan.
Inilah kebudian menjadikan landasan dasar bagi masyarakat Indonesia untuk
memahami pentingnya melestarikan budaya. Secara tidak langsung, masyarakatlah
yang membuat budaya tersebut.
Berkaitan
dengan lingkungan, limbah adalah salah satu yang dapat merusak lingkungan, baik
limbah dari industry-industri besar maupun kecil. Pembangunan-pembangunan
industry besar tidak hanya dituntut untuk mengetahui masalah-masalah atau kendala-kendala
yang bersifat fisik tetapi juga berkaitan dengan situasi sosial dan budaya
masyarakat sasaran program. Bagi kehidupan masyarakat, dampak pembangunan yang
tidak mementingkan kepentingan masyarakat setempat, baik dalam pekerjaan maupun
perusakan lingkungan dengan limbah industri memiliki dampak negatif bagi
perkembangan isdustri maupun lingkungan masyarakat sekitarnya.
Dari apa
yang saya pahami, budaya dan lingkungan merupakan satu kesatuan yang harus
dijaga kelestarian dan keindahannya. Karena dengan budaya yang kaya dan
lingkungan yang bersih akan berdampak pada ekonomi dan kemandirian suatu
masyarakat. Namun dalam buku ini, tidak ada strategi baru yang lebih rill,
penjelasan strategi hanya sebatas pengkajian ulang tentang strategi-strategi yang
ada. Sehingga ide-ide baru tentang bagaimana mempertahankan budaya dan
lingkungan akan pengaruh negatif, baik dari dalam maupun dari luar.
Pengembangan
Masyarakat: Wacana dan Praktik. Oleh Dr. Zubaedi, M. Ag., M. Pd.
Sebuah
ide yang cemerlang adalah kata-kata pertama yang ingin saya sampaikan,
pengembangan masyarakat baik dari kalangan kecil hingga sampai kelas menengah
sungguh luar biasa, sehingga saya mendapatkan banyak inspirasi dari buku
tersebut, wacana yang selama ini berkembang begitu relevan dengan wacana yang
diuraikan. Jika seandainya pemikiran ini dapat diterapkan secara terus menerus
oleh masyarakat Indonesia maka kemiskinan yang ada saat ini bisa teratasi.
Namun
yang menjadi pertanyaan saya dalam buku tersebut adalah adakah orang atau
masyarakat Indonesia sadar akan hal tersebut? karena pada kenyataannya,
fenomena yang terjadi dewasa ini tidaklah sama dengan apa yang diuraikan.
Ide-de cemerlang yang digambarkan atau diuraikan hanya sebatas tulisan diatas
kertas putih, masyarakat Indonesia jauh dari apa yang diharapkan. Misalnya;
Indonesia membutuhkan orang-orang yang cerdas untuk mempertahankan bangsa dan
berjuang agar menjadi bangsa yang besar, namun pengembangan baik dibidang
pendidikan, pembangunan, ekonomi maupun pengembangan-pengembangan masyarakat
tidak pernah terealisasi dengan maksimal, bahkan kasus korupsi yang terjadi
semakin meluas.
Ada dua
teori yang bisa saya gambarkan dari hasil analisi saya, yakni; Eyes Theory and the Theory of the Stomach (teori
mata dan teori perut). Pertama; teori
mata adalah sebuah pandangan tentang bagaimana menatap masa depan dengan indah,
baik dalam konteks government sebagai mobilisasi perubahan menuju kesejahteraan, maupun lembaga swasta
sebagai pembantu dalam mewujudkan pembangunan bangsa. Kedua; teori perut adalah pandangan yang pada hakekatnya tidak
pernah puas dengan apa yang dimiliki secara terus menerus. Misalnya;
pembangunan infrastruktur jalan yang ada diseluruh indonesia, daerah atau
pelosok desa, secara sadar telah iri akan pembangunan yang ada dikota maupun
pusat pemerintahan. Pembangunan jalan yang ada tidak pernah dikerjakan dalam
jangka panjang, setiap tahun selalu memiliki anggaran untuk diperbaiki,
sehingga konsep ini saya namakan dengan theory
of the Stomach (teori perut).
Kedua teori merupakan identitas bangsa
Indonesia yang tidak pernah hilang sampai saat ini, bahkan akan terus berjalan
hingga sadar akan nilai penting dalam beraktivitas dengan baik dan lancar
(tidak pernah terganggu). Namun kendati demikian, sebagai warga Indonesia yang
baik, saya berharap perubahan demi kesejahteraan warga Indonesia sesuai dengan
pancasila alinea ke-5.
Post a Comment
komentar anda sangat berarti bagi kami, terima kasih telah membaca blog Rantauan Lombok Merantau