Pada sebuah perbincangan yang menarik beberapa
hari yang lalu, sebuah perbincangan mengenai kehidupan dunia selanjutnya,
dimana peradaban dunia akan dikuasai oleh teknologi komunikasi yang pada
dasarnya bahwa teknologi komunikasi sudah berkembang pesat dewasa ini. tanpa
teknologi komunikasi, manusia akan merasa kaku dan tidak bisa berbuat apa-apa
karena sudah terbiasa menggunakannya, sampai-sampai untuk memperkenalkan sebuah
sajian resep masakan yang enak dipublikasikan lewat teknologi komunikasi (internet).
Sehingga untuk menyajikan resep masakan yang enak buat keluarga didapatkan
lewat teknologi komunikasi.
Ada beberapa hal yang menarik dari pembicaraan
tersebut, yakni budaya komunikasi yang erat pada masyarakat harus luntur dengan
adanya budaya individualisme yang sedang gencar dibicarakan dilangan mahasiswa
saat ini. ini lah pembicaraan yang dilakukan di angkringan pinggir jalan depan UAD Jogjakarta.
Bang, menurut
abang, apa sih budaya individualisme itu?
Budaya individualisme adalah budaya yang
mementingkan kepentingan pribadi dibandingkan yang lainnya, orang lain adalah
nomor seratus dan kepentingan pribadi wajib didahulukan.
Menurut saya
bang, kepentingan pribadi memang harus didahulukan dari kepentingan orang lain,
toh apakah dia juga mementingkan kepentingan kita?
Secara prinsif individualisme, ya. Akan tetapi
dalam prinsif sosial, kita sebagai warga Negara indonesia yang baik dan benar
harus memiliki sifat sosial yang tinggi, sifat yang akan menjamin kehidupan
kita diakhirat nanti. Apalagi kita ini adalah umat muslim yang sudah diajarkan
tentang bagaimana pentingnya membantu orang lain dalam kesusahan, jangan hanya
berlimpah harta namun tak memiliki sifat darmawan sama sekali, uang disimpan
sendiri dan tak pernah mau berbagi.
Ya juga sih
bang. Terus menurut abang, komunikasi yang selama ini dibangun oleh masyarakat,
apakah akan luntur dengan budaya individualisme?
Banyak hal yang harus kita pertimbangkan sebagai
umat muslim dalam menjaga keharmonisan bermasyarakat, dari sisi individualisme
dalam ruang lingkup keluarga untuk menjamin kesejahteraan hidup adalah sesuatu
yang penting dalam kehidupan ini, menjamin generasi kita agar tidak menjadi
budak dikehidupan nanti. Namun dari sisi sosial, kita tidak boleh berpaling
muka akan penderitaan atau kesusahan orang lain, saling membantu dan melindingi
sesama adalah anjuran wajib bagi orang-orang yang mampu, karena dibalik rezeki
yang didapatkan ada bagian orang lain yang wajib diberikan, entah dengan cara
apapun.
Budaya komunikasi masyarakat terutama pada
masyarakat desa masih mampu terjaga dengan baik serta mampu memasukkan budaya
baru dan tidak meninggalkan budaya lama. Sehingga itu menjadi sebuah kekayaan
budaya bagi Negara indonesia ini, apabila budaya lama tidak terjaga dengan baik
maka kekayaan budaya yang dimiliki oleh indonesia tidak akan sebanyak yang kita
kenal saat ini, baik dari sabang sampai marauke. Kembali lagi kepertanyaan
bahwa Kalau kita mau melihat budaya komunikasi kota dengan budaya komunikasi
desa, memiliki perbedaan yang sangat signifikan, antara nafsi-nafsi dengan
saling memberi.
Namun, bukan berarti kita harus menyalahkan
komunikasi yang dibangun diperkotaan, umpamanya budaya komunikasi kota (budaya
kaya) sedangkan budaya komuniasi desa (budaya miskin). Budaya komuniasi kota
atau budaya kaya adalah sebuah kalangan orang-orang kaya yang hidup serba
berkecukupan, sebuah kehidupan yang dibentengi dengan tembok besar dan
aktivitas yang berjalan sendiri dan ini pada ruang lingkup masyarakat kota
bukan dilihat dari perorang. Misalnya pada perumahan elit, dimana perumahan
elit ini dihuni oleh pejabat-pejabat tinggi atau konglomerat. Secara sederhana
para penghuni tersebut adalah bagian dari masyarakat yang harus mentaati segala
peraturan yang ada. Namun apakah mereka berkomunikasi secara efektif satu sama
yang lainnya?
Budaya komunikasi desa adalah sebuah komunikasi
yang dibangun antar keseluruhan penghuni desa. Sebuah budaya komunikasi bebas
yang tidak memandang status antara si kaya dan si miskin, tak ada tembok
penghalang dan saling berintraksi dengan baik satu sama lain, itu adalah
pemahaman awan yang dilandaskan pada dasar kebersamaan pada masyarakat desa. Namun
pada dewasa ini, desa pun mulai terkikis, budaya individualisme sudah menyerang
sedikit demi sedikit.
Jika perkembangan budaya individualisme terus
menyerang pada masyarakat desa maka budaya sosial masyarakat akan luntur, salah
satu yang menyebabkan hal tersebut adalah pembangunan rumah yang berdasarkan
dibangun atas dasar kepentingan bukan atas dasar masyarakat itu sendiri,
misalnya; villa, hotel, rumah BTN dan sebagainya.
Berarti individualisme
ini sangat berbahaya dong bang, bagi keharmonisan hidup yang kita jalani
sekarang ini? kehidupan yang saling berbagi, menyapa serta berbagi cerita dengan
tetangga disaat pagi mulai tersenyum, ngopi bersama dan lainnya.
Itulah sebenarnya tugas kita dan seluruh
mahasiswa indonesia untuk menjaga persatuan dan kesatuan bangsa ini melalui
menghancurkan budaya individualisme dan menerapkan budaya sosial yang tinggi
agar NKRI tidak terpecahkan. Namun dewasa ini, kebanyakan yang menerapkan budaya
individualisme adalah kalangan generasi muda, dikarenakan kurang berkomunikasi
dengan generasi lain, terlihat dari pertikaian organisasi pada tataran
mahasiswa, saling menjelekkan bahkan saling membunuh ketika masalah tidak bisa
diselesaikan, ada yang membunuh secara langsung dan ada yang membunuh secara
karekter mahasiswa lain sehingga menimbulkan permusuhan berkepanjangan.
Dari hal tersebut sudah bida kita banyangkan
bagaimana bentuk sosial yang terbangun pada generai berikutnya, apabila
permasalah para organisasi kampus dibawa pada ranah permusuhan berkepanjangan. Contoh
sederhana yang bisa kita ambil adalah bagaimana bentuk pemerintahan SBY, ketika
sudah dinyakan sah sebagai presiden RI banyak permusuhan yang terjadi, sebuah
permusuhan yang ditujukan kepada bapak SBY akan ketidak puasan kekalahan
partainya, yang seharunya para politik elit tersebut saling mendukung demi
kejayaan bangsa indonesia bukan mementingkan partainya yang harus selalu menjadi
penguasa.
Terus menurut
abang, solusi yang tepat untuk menyelesaikan ini atau mengakhiri atau kata yang
lebih tepat adalah melekatkan budaya sosial pada keseluruhan tataran masyarakat
indonesia saat ini, seperti apa?
Untuk menyelesaikan semua ini agar NKRI tetap
terjaga dengan utuh, yakni;
Pertama; generasi mudah harus lebih tegas dan
kritis dalam melihat sisi-sisi kehidupan selanjutnya, artinya bahwa mahasiswa
tidak boleh terpengaruh dengan keadaan sebentar (sogokan uang) terhadap
misi-misi yang berkepentingan terhadap golongan, dimainkan seperti drama klasik
yang professional dan membuat mahasiswa harus terhibur akan permainan tersebut.
Sehingga pada akhirnya mahasiswa hanya bisa menonton dan tidak bisa berbuat
apa-apa dengan musibah global yang akan terjadi.
Kedua; masyarakat harus menyadari secara utuh
akan kehadiran budaya individualisme, jangan hanya dijadikan sebagai ladang yang
empuk untuk mendapatkan kesenangan yang bersifat pada kepentingan pribadi bukan
pada kepentingan sosial masyarakat tersebut. Karena sekarang banyak kita lihat
bahwa kepentingan-kepentingan tersebut banyak menyebar diseluruh pelosok desa
dan memiliki sasaran pada masyarakat yang memiliki pertumbuhan ekonomi yang
pasti.
Ketiga; ketiga elemen penting dalam pertumbuhan
ekonomi bangsa harus saling mengerti dan member solusi yang baik agar tidak
terjadi hal tersebut, ketiga elemen tersebut adalah generasi muda, pemerintah
dan pengusaha indonesia baik pengusaha luar maupun dalam negeri. Selama ini
ketiga elemen ini tidak pernah sinergis dalam membangun indonesia menuju lebih
baik, para pengusaha saling menjatuhkan, para elit politik pun seperti itu
sehingga pada tataran mahasiswa, ikut-ikutan saling menjatuhkan, padahal
seharunya kita sebagai generasi bangsa indonesia harus saling membangun agar
NKRI tidak terpecah belahkan. I LOVE INDONESIA.
Mendengar penjelasan tersebut, sedikit membuat
pikiran saya terbuka, sebuah pelajaran sederhana dari minum kopi pada
angkringan depan UAD Jogja.
Post a Comment
komentar anda sangat berarti bagi kami, terima kasih telah membaca blog Rantauan Lombok Merantau