Saat ini, menjelang Pemilihan Presiden, neoliberalisme ramai
diperbincangkan di ruang publik. Fenomena ini patut disambut dengan suka cita
sekaligus curiga. Kita bersuka cita, karena wacana yang tadinya hanya beredar
di kalangan aktivis dan akademisi, pada akhirnya bisa masuk ke dalam perdebatan
publik. Tetapi kita juga curiga, karena yang membawa wacana ini ke dalam
perdebatan publik adalah para elit politik, yang biasanya memiliki kepentingan
pribadi tertentu. Oleh karena itu, adalah penting bagi kita untuk memiliki
pemahaman yang jernih tentang neoliberalisme, agar tidak mudah termakan oleh
retorika para elit, yang kemungkinan besar hanya menggunakan wacana ini untuk
mencitrakan dirinya sebagai ”kerakyatan” demi Pemilihan Presiden mendatang.
Terkait dengan hal itu, setidaknya ada lima tema penting mengenai
neoliberalisme yang perlu dibahas, yaitu:
1. Apa Sebenarnya Neoliberalisme Itu dan
Apa Solusinya?
Makna dominan dari neoliberalisme yang
ada sekarang ini tampaknya hanya merujuk kepada wacana dan kebijakan ”pasar
bebas” serta para penyokongnya, sehingga kesan yang tercipta, neoliberalisme
itu seakan-akan hanya persoalan pasar bebas. Tetapi betulkah demikian? Betulkah
neoliberalisme itu hanya merupakan persoalan pasar bebas, atau jangan-jangan ia
merupakan ekspresi dari sesuatu yang lebih mendalam, seperti kapitalisme dan
kepentingan kelas yang berkuasa di dalamnya? Jawaban terhadap pertanyaan ini
bisa memiliki implikasi politik yang berbeda. Kalau neoliberalisme dianggap
hanya sebagai persoalan pasar bebas, maka solusinya bisa hanya berupa
regulasi-regulasi saja, tetapi kalau neoliberalisme dianggap sebagai ekspresi
dari kapitalisme pada fase tertentu, maka bisa jadi pokok persoalannya adalah
kapitalisme dan solusinya adalah mengganti kapitalisme dengan sistem sosial
lain yang lebih manusiawi.
Terkait dengan pembahasan tentang apa
itu neoliberalisme, perlu juga dibahas alternatif dari neoliberalisme. Kritik
terhadap struktur sosial yang menindas harus diikuti dengan pencarian
kemungkinan untuk merubah dan melawannya. Di sini, perlu dibahas wacana-wacana
yang ditawarkan oleh berbagai pihak sebagai alternatif dari neoliberalisme,
seperti wacana ”ekonomi kerakyatan” yang ramai digembar-gemborkan sekarang ini,
wacana ekonomi konstitusi yang diangkat oleh sebagian kalangan gerakan, dan
wacana sosialisme yang juga diangkat oleh sebagian kelangan gerakan. Selain
membahas alternatif dari neoliberalisme, perlu juga dibahas tentang bagaimana
cara mewujudkan alternatif itu, apa strategi dan taktiknya, perlukah kalangan gerakan
membentuk blok anti-neoliberalisme yang meluas, bagaimana kemungkinan membentuk
blok anti-neoliberalisme itu, dsb.
2. Neoliberalisme dan Pemilihan Presiden
Indonesia
Kalau neoliberalisme adalah sistem yang
menindas rakyat banyak, maka adalah penting bagi kita untuk bisa
mengidentifikasi siapa di antara para capres dan cawapres itu yang merupakan
penganut neoliberal dan anti-neoliberal? Apakah betul ada di antara mereka yang
anti-neoliberal dan siapa itu kalau memang ada, atau jangan-jangan semuanya adalah
penganut neoliberal, sehingga saling tuding di antara mereka sebenarnya
hanyalah ”maling teriak maling” demi kepentingan pribadi terkait dengan
Pemilihan Presiden saja? Ada setidaknya dua cara untuk mengidentifikasi hal
ini, yaitu pertama, dengan melihat
rekam jejak para capres dan cawapres ini, dan kedua, dengan melihat apa yang mereka maknai sebagai
neoliberalisme. Kalau mereka berusaha mereduksi pemaknaan terhadap
neoliberalisme, sehingga pemaknaan itu mengeksklusi hal-hal yang bisa menganggu
kepentingan pribadi mereka, padalah hal-hal itu sah untuk dimaknai sebagai
neoliberalisme, maka pengakuan mereka sebagai anti-neoliberalisme tentu bisa
sangat dipertanyakan atau bahkan digugat.
3. Neoliberalisme dan Solusinya di Sektor
Perburuhan
Sebagai kelas sosial yang berada di
jantung produksi kapitalisme, buruh memiliki kapasitas untuk meruntuhkan
kapitalisme. Tetapi di sisi lain, keberadaannya juga sangat tergantung kepada
sistem kapitalisme itu sendiri. Mobilitas kapital, situasi industrialisasi,
ketimpangan pasar tenaga kerja, semuanya sangat berpengaruh terhadap kondisi
kaum buruh. Oleh karena itu adalah penting untuk mencari tahu apa implikasi
dari neoliberalisme, yang merupakan salah satu bentuk dari kapitalisme,
terhadap kehidupan kaum buruh. Apa saja ongkos sosial-ekonomi dari
neoliberalisme yang ditanggung oleh kaum buruh? Bagaimana praktek-praktek labor market flexibility, seperti outsourcing, mempengaruhi kehidupan kaum
buruh? Dan apa solusi dari persoalan
perburuhan yang disebabkan oleh berbagai praktek neoliberalisme ini?
4. Neoliberalisme dan Solusinya di Sektor
Agraria dan Lingkungan Hidup
Sektor agraria adalah sektor yang
peranannya sangat penting dalam masyarakat, karena ia memproduksi salah satu
kebutuhan dasar manusia, yaitu bahan pangan, sehingga ia sangat terkait dengan
persoalan ketahanan pangan masyarakat. Terlebih lagi di Indonesia, di mana
penduduknya masih banyak yang bekerja di sektor agraria. Menurut data BPS, pada
bulan Agustus 2008, dari jumlah total penduduk berumur 15 tahun ke atas
sebanyak 102.552.750 orang, jumlah yang bekerja di sektor pertanian, kehutanan,
perburuan dan perikanan adalah 41.331.706 orang atau 40,3%-nya. Bandingkan
dengan sektor manufaktur yang jumlah pekerjanya hanya sebesar 12.549.376 orang,
atau 12,2% persen dari jumlah total penduduk yang berumur 15 tahun ke atas.
Sektor agraria, dengan demikian, masih menjadi sektor yang paling banyak
menyerap tenaga kerja di Indonesia.
Oleh karena itu, adalah penting untuk
membahas dampak dari kebijakan neoliberal terhadap sektor agraria. Apa dampak
liberalisasi pasar pertanian terhadap nilai tukar petani? Apakah pencabutan
subsidi, seperti misalnya, pencabutan subsidi BBM, memiliki dampak terhadap
harga input produksi pertanian dan nilai tukar petani? Demikian pula, karena
sektor agraria sangat terkait dengan alam, maka persoalan lingkungan hidup juga
perlu dibahas. Apa dampak kebijakan neoliberalisme terhadap kondisi lingkungan
hidup di Indonesia? Apakah kerusakan lingkungan hidup, seperti misalnya,
deforestasi yang mengakibatkan banjir, berdampak pada produksi pertanian?
Selain membahas ongkos sosial-ekonomi dan lingkungan hidup dari neoliberalisme
yang ditanggung oleh kaum tani, penting juga untuk membahas apa solusi dari
persoalan agraria yang disebabkan oleh berbagai kebijakan neoliberal ini.
5. Neoliberalisme dan Solusinya di Sektor
Perempuan
Subordinasi perempuan adalah salah satu
bentuk penindasan yang paling tua di muka bumi ini. Penyebabnya adalah sistem
patriarki, di mana terdapat relasi kuasa dan dominasi antara laki-laki dan
perempuan. Kapitalisme yang mensosialisasikan berbagai elemen dalam masyarakat
memang relatif berhasil membawa perempuan keluar dari ruang domestik ke ruang
publik. Tetapi sistem patriarki tidak lantas hancur. Sebaliknya, kapitalisme
tampak malah memanfaatkan sistem patriarki yang masih ada, sehingga yang
terjadi kemudian adalah penindasan berlapis dua, di mana setelah dihisap
melalui kerja di pabrik, kelas pekerja perempuan dihisap lagi melalui kerja
domestik untuk reproduksi tenaga kerja mereka dan keluarga mereka. Sekarang
ini, di kala kapitalisme sedang berada di fase yang bentuknya brutal, yaitu
neoliberalisme, penting untuk dicari tahu bagaimana implikasi berbagai
kebijakan neoliberal terhadap kaum perempuan. Apakah kesulitan-kesulitan ekonomi
yang muncul akibat neoliberalisme berimplikasi pada peningkatan diskriminasi
dan kekerasan terhadap perempuan? Dan apabila kondisi kaum perempuan semakin
memburuk akibat neoliberalisme, maka apa solusinya?
sumber; Jurnal Bersatu.
Post a Comment
komentar anda sangat berarti bagi kami, terima kasih telah membaca blog Rantauan Lombok Merantau