Sunday, February 3, 2013

0 Bagian Pertama


A.  Kerajaan kecil.

dibawah pohon mangga tua milik pak jayus, terdapat sebuah kerajaan kecil yang hidup dengan bahagia, kehidupan yang rukun dan saling menjaga satu sama lain, tidak seperti pak jayus dan istrinya yang selalu bertengkar setiap hari, keluarga yang berantakan dan memiliki anak-anak yang nakal, tidak pernah mau menuruti keinginan orang tuanya. Kehidupan itu muncul setelah mereka memiliki seorang anak perempuan yang tomboy dan keras kepala, walau umurnya sudah sepuluh tahun, kebiasaan nakalnya makin menjadi-jadi. Orang tuanya selalu kwalahan akan sikap anaknya tersebut.

“buk, lihat anak mu yang satu itu, kerjaannya bikin pusing terus, ibu terlalu memanjakannya sehingga ia berprilaku seperti itu”
kata pak jayus kepada istrinya.
“eits, jangan salah kan ibu, selama ini ayah tak pernah mendidiknya, ayah hanya sibuk dengan pekerjaan ayah, tak pernah mengurus mereka?”
Jawab buk jayus.
“gak salahin gimana, ibu yang gak becus mendidik mereka, aku kerja banting tulang untuk siapa, untuk ibu dan mereka agar gak menderita kayak anak-anak miskin yang gak berpendidikan”
balas pak jayus.
“terserah apa kata bapak deh, aku dah bosen dengar ocehan bapak setiap hari. Kalau makan, ibu sudah siapkan dimeja makan. Ibu mau pergi dulu, malas lama-lama kau bapak selalu menyalahkan ibu”
jawab buk jayus dengan muka merah dan cemberut lalu pergi begitu saja tanpa ada kata-kata lagi kepada suaminya.
“buk, buk, mau pergi kemana? Ayah belum selesai ngomong”

pak jayus berteriak memanggil istrinya namun tak ada jawaban sama sekali, pak jayus pun kesal dan memukul meja dan kesakitan, tangannya dipegang dan merintih kesakitan sambil berguman “dasar istri gak berbakti kepada suami”. Pak jayus bangkit dari duduknya menuju kamar, mengganti pakaian kemudian pergi ke kamar mandi untuk menghilangkan kelelahannya karena kerja. Dibalik kegaduhan dan pertengkaran keluarga pak jayus, tumbuh tiga anak mereka yang semakin nakal dan selalu berbuat aneh, membuat pak gayus semakin jarang pulang kerumah.

Sore itu, anak pak gayus yang bungsu (Dera) terlihat marah dan kesel, wajahnya penuh dengan kemurkaan, memukul dan melempar semua yang ada dikamarnya karena tidak tahan mendengar ayah dan ibunya setiap hari bertengkar, dera keluar dari kamar sambil wajahnya penuh dengan kekesalan dan memilih duduk dibawah mangga kesayangannya ibunya yang selama ini tidak pernah berbuah. Buahnya selalu rusak ketika masih dalam pertumbuhan dan tidak ada yang selamat satu pun. Dera yang sedang menagis semakin marah ketika kakinya sakit gara-gara digigit semut, Dera mengusap kakinya dan membunuh semua semut yang menggigit kakinya kecuali semut-semut yang melepas gigitan sebelum tangan Dera membunuhnya. “dasar semut menjengkelkan, gak tau orang lagi marah malah membuat ku semakin marah, akan ku bunuh kalian semua” guman Dera.

Dera yang kesakitan bangun dan kembali kekamarnya. Para semut berlarian, memasuki istananya, ketakutan karna ada monster yang datang menyerbu ketengannya mereka, mereka lagi berjuang matia-matian malah diganggu tanpa perasaan.

“monster itu telah pergi, ayo kita selamatkan temen-temen kita?”
Kata panglima semut sambil berteriak.
“dasar monster tidak punya perasaan, mentang-mentang tubuhnya besar, dengan seenaknya merusak dan menggangu ketenangan kita”
Salah seorang pekerja berguman sambil marah kepada Dera.

Para prajurit semut pun dengan segera menyelamatkan temennya, berlari menuju semut-semut yang sedang merintih kesakitan gara-gara tangan Dera memukul dikakinya saat berusaha menggigit untuk mengusir Dera dari istananya, ada yang sudah meninggal dan ada yang terluka dan berteriak kesakitan, “tolong…, tolong…, tolong…,” terdengar suara yang minta tolong. Saat mereka dibantu dan mau dibawa lari keistana pengobatan semut, mereka tak bisa diselamatkan. Tangan Dera terlalu kuat memukul mereka sehingga tak mampu bertahan.

“kak, kakak tidak kenapa-napa?”
salah seorang semut sedang membopong kakaknya yang sedang terluka parah.
          “kakak tidak kenapa-napa? Kakak ingin minum, kakak merasa kehausan”
“tunggu sebentar kak, hans mau mengambilkan kakak air dulu, kakak yang kuat ya?”
“Ren, jaga kak sebentar, aku mau ambil air dan obat di istana”
“ya, kak tapi jangan lama-lama, kasian kak edy”
Hans berlari pergi keistana dan mengambil air serta obat buat kakaknya.
“kak, kak edy, gak kenapa-napa?”
“ren, kakak dah gak kuat, rasanya sakit banget”
“kakak pasti sembuh, kakak yang kuat ya?”
Rena menagis tidak tahan melihat edy kesakitan
“kakak dah gak kuat lagi, jaga hans baik-baik ya, aku sayang banget sama dia, melebihi sayang kamu ke hans, jika kakak pergi, dia tidak punya siapa-siapa selain rena, jaga hans baik-baik ya dek?”
ady memejamkan matanya dan sudah tidak bernafas lagi, rena menagis tak kuasa melihat kejadian itu semua, “kak, ady…, kak edy…, kak edy jangan pergi kak. Hans cepet, kak ady hans, kak dy sudah gak bernafas lagi” rena berdiri, berteriak memanggil hans yang tak kembali. saat rena berteriak, hans muncul dari kejauhan sambil berlari.
“ada apa ren?”
“kak, cepat kak. Kak edy dah gak ada?”
“apa?”
Hans duduk dan menatap kakaknya, sambil sesekali ia menggoyangkan badan kakaknya supaya membuka matanya namun matanya tetap tertutup dan kaku.
“kakak” hans berteriak dengan kencang sehingga para semut yang lain datang bergerombolan.
“Ada apa ini nak?” kata ibu dan ayah rena dengan serentak
“kak ady ma, kak edy meninggal, ia mati dibunuh sama monster itu saat kak edy berusaha mengusirnya”
Rena memluk ibunya sambil menagis karena kehilangan edy yang selama ini selalu menjaganya seperti hans.
“nak, sudah nak, kakak mu sudah meninggal, biarkan dia istirahat dengan tenang”

Suasana hening dicampur dengan suara tangisan dan air mata, semua berkumpul menjadi satu, dan edy di bawa ke tempat pemakaman bersama seluruh semut yang telah meninggal demi melindungi istana, setelah penguburan selesai semua berkumpul diruang rapat dan disaksikan oleh ratu semut…,

“kita harus membalas ini semua, jangan sampai ada lagi kejadian yang akan menimpa kita semua, sehingga harus berguguran nyawa yang harus melayang gara-gara keganasan monster itu, selama ini kita sudah terlalu lama menahan penderitaan gara-gara monster yang tidak memiliki perasaan itu”
panglima perang semut mengadukan kejadian yang selama ini selalu terjadi pada sang ratu.
“terus bagaimana caranya, kita ini kecil, sekali diinjak maka kita semua akan mati”
kata hans
“ya, bagaimana caranya kita mengalahkan moster itu?”
suara semua rakyat saling bersahutan.
“mohon keputusan ratu akan masalah ini”
kata panglima semut.

Semua terdiam dan saling memandang dan berguman dengan kecil, para penasehat, para pemikir dan para prajurit pun terdiam dan semua terdiam membisu memikirkan bagaimana cara mengalahkan monster yang tidak punya perasaan tersebut. Kemudian ratu berkata “kita memang ditakdirkan oleh Yang Maha Kuasa kecil seperti ini, namun percayalah bahwa Tuhan Maha Bijaksana dan Maha Mengetahui apa yang terjadi sama Hamba_Nya”

“namun, apakah kita akan selalu berdiam diri seperti ini terus, ratu?”
kata penasehat yang gelisah akan musibah yang selalu menimpa.
“walau kita harus melawan, kita tidak akan pernah bisa menang, jika berkumpul menjadi satu dan membentuk kekuatan, kita tidak akan pernah bisa melawan monster itu yang jauh triliunan lebih besar dari pada kita” sang ratu berkata.
“tapi ratu?”
para pemikir berkata sambil bingung.

Sebelum para pemikir melanjutkan kata-katanya, sang ratu memotongnya.

“yang terpenting sekarang ini adalah bagaimana kita semua bertahan hidup dan sebisanya menghindar dari monster itu agar kita tidak mengalami musibah lagi”

Kebisuan pun terjadi, gak ada yang berani berkomentar, namun hans masih sakit hati dengan perbuatan monster itu yang telah membunuh kakaknya dengan keji, rasanya hans ingin balas dendam dan membuat peringatan kepada moster yang tidak tahu aturan, “awas kau monster, aku akan membuat peringatan dengan mu agar kau tak bisa melupakan kejadian ini seperti aku tidak bisa melupakan kematian kakak ku dengan tragis” guman hans yang sedang sakit hati karena tidak rela kehilangan kakaknya.

“kak, apa yang kau pikirkan, kakak masih marah dengan kematian kak edy?
rena bertanya dengan nada lembut, mencoba menghibur hans yang sedang lagi sakit hati.
“gak ada apa-apa kok? Kak masih gak rela aja atas kepergian kak edy yang begitu cepat?”
“terus, memang kak mau berbuat apa, kita ini bangsa kecil kak?”
“walaupun kita bangsa kecil namun kita gak boleh putus asa, kita ini dilahirkan sebagai bangsa yang pemberani dan takut dengan siapun”
“kak, aku kawatir jika kakak melakukan sesuatu yang enggak-enggak, aku gak mau kehilangan kakak setelah kak ady, aku sayang sama kakak”
“aku tau dek, tapi aku butuh waktu untuk berpikir dan butuh kesendirian agar pikiran ku tenang, kakak pergi dulu ya?”

Hans meninggalkan ruang rapat, ia menuju keluar untuk menenangkan pikirannya, rena merasa kasihan dan gak mau terjadi sesuatu sama hans, rena pun mengikuti hans secara diam-diam dari belakang.

“pak, buk. Aku pergi dulu ya”
rena minta izin sama orang tuanya
“mau kemana nak?”
Bapak dan ibunya rena bertanya
“aku mau ikuti ka khans, buk. Rena takut terjadi sesuatu ma dia, boleh kan buk?”
“ya sayang, pergilah temani hans, jangan biarkan dia sendiri”
jawab ibunya rena

rena pun mengikuti hans dengan langkah yang pelan, rena gak mau ketahuan dan membuat hans marah kepadanya. Hans yang sedih, berjalan menuju pohon yang berada tidak jauh dari istananya (pohon kecil samping pohon mangga), hans berjalan dibawah rerumput yang hijau, sedih dan tak rela akan kematian kakaknya, “kenapa harus kakak ku sih yang meninggal? kenapa tidak aku saja? Kenapa?”  hans berteriak sambil mengeluarkan air mata. Ia terus berjalan menuju semak-semak dan sampai pada pohon kecil dan duduk sambil menghadap rumahnya Dera. “jika aku bisa membunuh mu, maka aku akan membunuh mu sekarang juga, tapi aku terlalu kecil untuk melawan mu, walau seluruh penghuni istana meyerang mu, namun tak akan pernah bisa mengalahkan mu” hans berguman sambil terus menatap rumahnya Dera.

Hans tak menyadari kedatangan rena, rena diam-diam terus mengikuti hans, dan tak sengaja menginjak daun kering dan akhirnya hans mendengar akan hal tersebut. Hans menghadap kebelakang, “siapa itu, apakah ada orang disini?” hans berteriak sambil siap-siap jika terjadi sesuatu. Dan akhirnya rena ketahuan akan kehadirannya.

“ternya kamu dek, ada apa mengikuti kakak?”
Tanya hans kepada rena.
“gak ada kak, aku hanya khawatir sama kakak, takut terjadi apa-apa”
“kakak gak kenapa-napa kok, kakak hanya ingin butuh sendiri untuk menenangkan diri”
“boleh aku menemani kakak? rena akan selalu ada buat kakak”

Hans dan Rena menikmati pemandangan malam itu, malam yang sunyi, hanya suara kodok yang bertengger, sahut menyahut satu sama lain, tak lama setelah itu, datanglah seeokor ular besar yang menghampiri mereka berdua. Hans dan Rena ketakutan, mereka bersembunyi dibalik pohon itu, ketakutannya pun hilang setelah ular itu pergi jauh darinya, mereka kira bahwa ular tersebut akan memangsanya. “kak, ular kan gak memangsa semut, ngapain mesti takut” kata rena kepada hans. Mereka pun akhirnya lega. Hati dan pikiran hans kini telah tenang, walau perasaan tak rela masih tersisa dihatinya. Wajar saja, karena kakak satu-satunya telah meninggalkan dia selamanya.

Diperjalanan pulang, hans dan rena harus menghadapi sang kodok yang mencari makan, kodok itu menjulurkan lidahnya tertuju pada hans dan rena, namun hans dan rela selalu bisa mengkelit dari lidah panjang sang kodok, hans dan rena berlari menuju semak-semak agar kodok tak menemukannya. bahaya yang mereka hindari namun mereka malah menemukan bahaya yang lebih besar lagi, para serangga kelaparan mengejar hans dan rena, sampai-sampai mereka berdua ketakutan dan kwalahan, namun bahaya yang dihadapi dapat mereka hindari, yang pada akhirnya masuk keistana dan tandanya bahwa mereka berdua sudah selamat dari bahaya.

“ada apa nak, kok kalian berdua kelihatan takut dan nafas kalian kayak gthu?”
ibunya rena bertanya karena melihat hans dan rena lari terburu-buru masuk kedalam istana.
“kami dikejar serangga dan hampir ditangkap sama kodok”
Jawab rena kepada ibunya.
“kami gak apa-apa buk, kami bisa meyelamat kan diri dari mereka dan cepat-cepat masuk istana ini, kalau tidak kami bisa dimangsa”
Jawab hans.




Post a Comment

komentar anda sangat berarti bagi kami, terima kasih telah membaca blog Rantauan Lombok Merantau

Simak juga Post Sarjana Muda 45 Minggu ini

Hidup hanyalah sekedar jalan-jalan untuk menikmati kehidupan, hidup hanyalah sekedar hembusan nafas untuk melangkah menikmati jeruji Tuhan, hidup hanyalah gambaran Tuhan akan kehidupan yang lebih abadi. Oleh karena itu…, tak perlu rebut, tak perlu risau, tak perlu bingung, tak perlu galau, tak perlu merasa tertipu, tak perlu merasa bahwa hidup ini tak adil, tak perlu memberontak, tak perlu bangga, tak perlu sombong. Yang perlu kita lakukan adalah menikmati setiap proses yang ada, karena proses akan menentukan bahwa jalan-jalan dibumi yang kita lakukan sukses atau gagal. (Surga ataukah Neraka).

Data Pengunjung

Popular Posts

My Archive RLM

 

Negara Pengunjung RLM


PUTRA NTB MENULIS
SEO Stats powered by MyPagerank.Net

Statistic RLM

LOGO

LOGO
PUTRA LOMBOK MENULIS "BATUJAI"

Translate