hujan datang lagi
membuat semua
menjadi berbeda
bumi yang kering
menjadi basah
kamar yang sepi
menjadi ramai
dengan nada rintik
hujan yang tak karuan
menatap
langit-langit yang sedang bocor
membuat kaki ini
harus terdiam
tak ada langkah
yang bisa dilakukan
terdiam menunggu
nada hujan berhenti
pada atap genteng
dan sudut kamar
saat aku asik
menulis
aku kira air mata
ku yang keluar
namun air mata atap
yang sudah rapuh
karena sudah lama
tak dibelai
sehingga membuat ku
berpindah dari keasikan
kini, aku terpaku
melihat suasana
badan lemas tak
berdaya
karena perut belum
terisi dari tadi pagi
aku tatap rintikan
huan yang semakin cepat
berharap berhenti
sejenak agar ada sempet
berjalan menuju pasar
untuk membeli sayur
dan buah-buahan
pencuci mulut.
Namun semakin lama
nada hujan semakin cepat
Membasahahi bumi
yang sudah lama tersenyum
Membuat ku harus
menahan lapar…, lapar…, dan lapar
Nasi yang sedang
dimasak kini mulai mengeluarkan bau
Bau harum membuat
perut semakin menagih
Namun tak ada lauk
sebagai pelengkap
Ingin ku buat perut
ini terdiam
Dengan berbagai
lauk yang biasa kami buat
Namun hujan masih
membunyikan nadanya
Nada yang tak tahu
kapan usai
Dan kini perut ku
betul-betul marah.
Post a Comment
komentar anda sangat berarti bagi kami, terima kasih telah membaca blog Rantauan Lombok Merantau