Pagi
yang sunyi tanpa ada yang berisik, suara ayam berkokok yang biasanya ku dengar
kini tidak ada lagi, cahaya matahari pun tak tampak dari jendela kamarku.
Mungkin karena cahaya yang masuk ditutupi dengan warung yang ada depan kamarku.
Pagi itu aku bangun duluan dari pada temen-temenku yang masih lelap karena ke-capek-an, aku bangkit dan menuju
kamar mandi. Membersihkan badan karena selama diperjalanan aku gak pernah
mandi, hanya membersihkan muka dengan sabun pembersih, rasanya begitu berbeda,
segar dan agak dingin. Tidak seperti aku mandi waktu di rumah ku. Selesai
mandi, aku ganti pakaian ku yang aku beli di Lombok dan memakai sedikit hand
body. Berjalan keluar melihat suasana pagi. Suasana yang berbeda dan penasaran
didalam lubuk hati ku. Ternyata matahari dah cukup tinggi, menunjukkan
kira-kira pukul sembilan pagi lebih yang ku sangka bahwa masih sekitar jam
tujuh atau setengah delapan.
Rumah
tempak aku ngekos adalah rumah yang sederhana namun cukup menampung sekitar 20
anak. Dekat pinggir jalan dan menghadap ke timur. Pengalaman pertama pun
dimulai, biasanya dimataram maupun dirumahku sendiri, aku jarang melihat sepeda
yang mondar mandir, malah orang gengsi memakai sepeda untuk jalan-jalan. Paling
tidak sepeda motor buntut ketimbang memakai sepeda. Bingung, heran dan merasa
kagum mulai bercampur menjadi satu. Namun waktu itu aku tidak terlalu
menghiraukan karena perutku sudah memanggil untuk di isi. Kebetulan tempat
makan di depan mata jadi aku tidak perlu jalan kaki lagi untuk membeli nasi
untuk sarapan. Assalamualaikum mbak. Dari dalam terdengar suara menyahut dengan
manis. Waalikumsalam. Kamu mau makan ya? Silahkan nasinya ambil sendiri dan
sayur juga. Ternyata yang jualan seorang cewek, berumur sekitar dua puluh tujuh
tahun dan delapan belas tahun.
Tanpa
bingung lagi, aku pun mengambil nasik dan beberapa lauk yang sudah tersedia.
Aku makan dan akhirnya perutku sudah terisi dan tidak memanggil lagi untuk di
isi.
“berapa
mbak”?
Sebelum
dia menjawab, dia menyakan kepada saya, apa-apa saja yang saya ambil.
“tadi
kamu pakai apa”?
“hati,
daging dan beberapa sayuran mbak”?
Setelah
dihitung-hitung, total harga yang aku makan adalah sembilan ribu. Dalam hati
aku merasa bahwa ini sangat murah sekali, tidak seperti biasanya. Dipikiran ku
berkisar sekitar lima belas ribu-an. Akan tetapi aku tidak ambil pusing mungkin
inilah harga makanan disini. Kembali lagi pada keheranan ku tentang sepeda.
Semakin lama semakin banyak orang yang menggunakan sepeda, mondar mandir di
depan kos ku, baik itu cewek maupun cowok, anak-anak maupun orang tua. Dalam
hati aku bertanya, apakah karena memang
senang memakai sepeda atau bagaimana? Ataukah karena disni diwajibkan untuk
memakai sepeda. Aku hanya bisa tersenyum dan mengatakan inilah pare, inilah ampung
inggris yang terkenal dimana-mana.
Kampun
pare adalah kampung inggris, satu-satunya tujuan orang datang kesini hanya
untuk belajar bahasa inggris, karena semua yang datang tujuannya untuk belajar
bahasa inggris maka orang yang datang kesini untuk belajar pasti bisa bahasa
inggris. Karena niatnya cumen satu yakni belajar bahasa inggris. Dari arah gak
menuju kos ku. Terlihat seorang cowok yang berjalan, badan kurus seperti aku
dan tingginya mungkin tinggian aku. Stelah sampai didepanku, aku coba menyapa
cowok tadi.
Hay
mas, mau kemana?
Hay, aku mau ke dalam. Oh ya, kamu
baru datang ya?
Iya
nih, nama kamu siapa?
Nama ku, “roni”, kamu?
Namaku
“han’s”, nama yang biasanya aku pake.
Aku
sama roni pun masuk ke dalam kamarku, roni menayakan pada kami, dimana kami mau
kursus bahasa inggris. Dan mau ngekos dimana? Kami menjawab bahwa kami bingung
mau kursus dimana dan kos dimana karena kami disini tidak tau apa-apa. Yang
kami tau disini adalah hasan basri saja. Roni pun menyahut dan bertanya,
Oh,,,kamu
kenal sama hasan basri.
Ya, dia temen kuliah kami. ying,
menjawab. Tapi karena dia duluan wisuda makanya dia duluan kesini.
Oh
githu ya, terus kalian rencananya apa sekarang? Gini aja, kebetulan tempat ini
juga merupakan tempar kursus, namanya ALIFIA INSTITUTE, kaian kursus disini
saja. Dan tingga disini aja, semua kursus disini sama saja kok, gak ada yang
beda.
Terus berapa biaya untuk kursus
disni?
Cumen
350rb, itu semua sudah termasuk biaya kursus dan tempat tinggal. Kalau kalian
berminat, kalaian bisa langsung daftar sekarang. Itupun kalau temen-temen mau
kursus disini.
Kamipun
tak berkata apa-apa, selain meng-iya-kan karena kami anggap sudah ada didepan
mata tempat kursus, ngapain cari lagi di tempat lain. Oh ya, ngomong-ngomong,
kamu dari mana?
Sama,
sama dengan kalian, aku juga anak Lombok!
Lombok mana?
Lombok
tengah “janapriye”.
Pade ilik aran, muk paranm ilik
embek jagakn (kita berasal dari daerah yang sama, kirain kamu berasal dari
mana). Celetusan ku ketika aku tahu bahwa dia berasal dari Lombok, apalagi
sama-sama dari Lombok tengah.
Akhirnya,
kami pun daftar di ALIFIA INSTITUTE dengan biaya 350rb/bulan kecuali ridho
hanyabayar untuk kos saja. Nama ku diurutan pendaftaran yang pertama, di ikuti
dengan ahmad syar’I, saprin dan terakhir sahabat muhtar toyyib. Setelah
pendaftaran selesai, kami keluar untuk menghirup udara kampung paris sambil
melihat kondisi di sekitar. Pamakai sepeda berada dimana-mana. Semua jalur
dikuasai oleh pengendara sepeda. Sepeda motor hanya beberpa yang terlihat, yang
mendominasi adalah sepeda ontel.
Setelah
perjalanan melihat keadaan sekeliling agar tidak terlalu kantrok dilihat orang
karena tidak tahu jalan, kami pun pulang kembali ke kos. Waktu terus berganti
dan hari kedua segera kami siap untuk jelajahi kemarin. Pembicaraan malam pun
di barengi dengan tiga gelar kopi hitam dan sebungkus rokok surya yang tidak
pernah ketinggalan. Karena melihat banyak orang yang menggunakan sepeda, aku
pun mengawali pembicaraan dengan topic “sepeda”. Bagaimana kalao besok pagi
kita sewa sepeda, tetapi mau nyewa dimana? Pertanyaaku yang pertama kali.
Besok
dah kita cari sama-sama. Toyib menjawab.
Kamu ndak sewa sepeda atau gimana
ying?
Ya,
kalau kalian semua sewa sepeda, saya juga harus sewa donk, aku gak mau
ketinggalan. Saprin menjawab dengan suara kegirangan.
Kalau
begitu, besok kita sewa bersama-sama dan berpetualangan bersama-sama dengan
menggunakan sepeda,
Pembicaraan
demi pembicaraan pun terus berlangsung, kopi yang menemani malam juga mau
habis. Dan waktu pun sudah menunjukkan pukul setengah satu. Bersiap merapikan
tempat tidur dan siap bermimpi indah malam itu. Matikan lampu dan go to my
dream.
Sekitar
jam empat lebih, suara yang keras terdengar dari luar, wake up, wake up, wake
up dan wake up….sambil pintu di gedor dengan kencang. Dalam hati aku merasa
jengkel sekali. Aku tak peduli dan mengambil selimut ku yang sudah berada di
bawah kakiku. Dan kembali memejamkan mata. Disaat aku bangun kemudian ambil HP
untuk lihat jam. aku kira masih jam tujum akan tetapi sudah sekitar jam sepuluh
lebih. Aku bangun dan pergi ke kamar mandi untuk membersihkan badan. Gosok gigi
dan yang lainnya. Hari kedua ini sungguh hari yang aku nanti, karena hari ini
aku dan temen-temen yang lain mau pergi sewa sepeda untuk mengelilingi kampung
inggris.
Ridho
sudah bangun dan mandi duluan, kelihatannya sudah siap untuk pergi sewa sepeda,
kami berangkat dan melihat-lihat disekeliling dimana ada penyewaan sepeda.
Sekitar seratus meter dari kos ku, ada sebuah tempat penyewaan sepeda yang
beragam, baik untuk perempuan, laki-laki, anak-anak maupun orang tua. Sebelum
itu, aku mencoba untuk melihat di beberapa tempat untuk penyewaan sepeda motor
namun nihil. Gak ku temukan sama sekali.
Kamu
dah dapat sepedanya?
Loem, ne masih milih-ilih dulu, kamu
mau nyewa disini atau gimana?
Lihat-lihat
dulu, mudahan ada yang cocok.
Sambil
melihat-lihat kondisi sepeda, ridho sudah menemukan sepeda yang mau disewanya.
Tinggal saya yang belum. Namun karena kondisi sepeda tidak ada yang bagus bagi
yang cowok, aku tidak nyewa ditempat itu, aku cari ditempat yang lain. Ridho
mendapat model cewek, karena sama saja gak ada bedanya. Namun dalam hati aku
sidikit gengsi memakai sepeda model cewek. Dalam hati aku berkata “this is the
first experient, that amazing”. Karena sepeda mondimanasi kampung inggris. Kami
berdua kembali ke kos, sambil tersenyum toyib mengatakan
“wow.
Kamu sudah punya sepeda baru.” Dan bertanya berapa kamu sewa. Dengan rasa
seneng dijawab oleh
“iya,
iya donk, aku kan mau jalan-jalan pakai sepeda”. Sewa selama sebulannya empat
puluh ribu.
“ya
dah, ayok kita pergi nyewa juga, siapa tahu dapat yang lebih bagus”
Kami
bertiga pun berjalan, saya pun ikut bersama toyyib dan ying, karena tadi gak
ada sepeda yang cocok untuk ku sewa, tidak jauh dari tempat yang tadi, ada
beberapa sepeda yang membuatku tertarik dan masuk melihat mana yang cocok untuk
ku pakai.
“Mas,
bisa kami sewa sepeda”
“oh,
bisa mas. Mas mau sewa sepeda yang mana”
“kami
lihat-lihat dulu mas, ntar lo ada yang cocok baru kami kasih tau”
“Silahkan
mas, masih banyak yang belum disewakan, mas tinggal pilih saja”
Kami
pun melihat beberapa sepeda yang cocok buat kami. Setelah beberapa kali memilih
akhirnya aku pun menemukan sepeda yang cocok, model cowok dan seperti sepeda
punyaku dulu waktu aku SMA. Karena aku gak bisa pake sepeda motor maka aku
dibelikan sepeda oleh bapak ku untuk pergi sekolah. Dan waktu tu ketika aku
belajar, aku sering jatuh dan pernah hamper menabrak cidomo (dokar). Setelah dipilih-pilih oleh
toyyib dan ying, mereka pun mengambil keputusan sepeda mana yang mau di ambil.
Aku warna merah, toyyib warna hijau putih model cewek dan ying warna putih
hitam dengan model cowok.
“mas,
kami mau ngambil yang ini”
“sudah
cocok yam as, silahkan registrasi di kasir depan”
“ya
mas”
Kami
menghampiri kasir depan, dan disana duduk seorang cewek, namun kelihatan dewasa
banget.
“syaratnya
apa mbak untuk sewa sepeda”
“cukup
hanya KTP dan uang sewanya empat puluh ribu, mas”
“mbak,
bisa gak kartu identitasnya dijadikan satu”
“gak
bisa lo bertiga mas, lo berdua baru bisa”
“ya
dah mbak, lo begitu saya sama toyyib dan saprin sendirian saja”
Setelah
beberapa pertanyaan dari mbak kasirnya, kami pun bisa memakai dan membawa
sepeda ke kos selama satu bulan, dan dalam hati aku bilang “wow, saatnya
berpetualangan”. Aku pun naik dan mengayuh sepeda ontel ku. Sungguh cara hidup
yang sehat dan sederhana, seandainya semua orang memakai sepeda mungkin udara
tidak akan tercemar oleh polusi asap motor. Atau paling tidak memakai sepeda
motor yang menggunakan listrik seperti di Negara-negara berkembang dan maju.
Dan inilah hari kedua ku yang menyenangkan.
Setelah
sampai kos, aku pun menaruh sepeda ku dengan baik dan masuk menuju kamarku.
“boy,
kemana kita jalan-jalan hari ini”
“aku
gak tau boy, kita kan sama-sama pendatang disini”
“ya,
tapi kan kita mau berpetualangan boy, gak penting tahu jalan saat ini yang
penting kita nikmati kemana kita pergi sambil melihat keadaan disekeliling”
Kami
pun memulai petualangan. Mengayuh sepeda dengan semangat dan penuh harapan akan
ada tantangan baru yang menghadang. Ayuhan demi ayuhan, jalan demi jalan kami lalui, menuju gank-gank kecil dan jalan
besar. Kami berhenti pada salah satu tempat nangkring. Suasa yang asik, banyak
orang yang sedang lagi minu mopi.
“pesan
apa mas”
“kopi
item dan jus mas”
Pojok
adalah tempat yang asik untuk menghilangkan capek karena petualangan yang tak
dapat kami haturkan bagaimana menyenangkannya.
“mas,
kami duduk di pojok itu ya”
“ya
mas, bentar lagi kami antar”
“oke,
ma kasih ya mas”
“Berembe boy, endekm lelah”,[1]
kata-kata
pertama yang keluar dari mulut ku.
“Lelah boy, laguk asik, demen te
lampak-lampak kadu sepede, sehat isikn”[2]
“Aok boy, mene doank entan jak tetap ite
sehat”
Disela-sela
pembicaraan kami, pesanan kopi pun datang
“mas
ini kopinya”
“ya
mas, ma kasih ya”
Penjual
itu pergi sambil mengatakan, monggo dinikmatin kopinya. Kami tersenyum dan
menjawab. Ma kasih mas. Penjual ang ramah dan banyak pengunjungnya. Inilah tata
cara dalam berdagang agr tidak kabur pembelinya. Menikmati kopi di temani
dengan rokok surya sungguh mengasikkan untuk melepas kelelahan mengayuh sepeda
ontel. Asing namun sepeda adalah dominan dipake di kampung inggris jadi kami
tidak merasa malu untuk memakai sepeda berkeliling menjelajah walau hanya
sebatas kampung inggris.
Setelah
minum kopi dan menghabiskan beberapa batang rokok, kami memulai lagi untuk
mengayuh sepeda menuju titik-titik keramaian. Mengayuh dan terus mengayuh
hingga pada salah satu keramaian, dimana anak-anak sekolahan dijemput sama
bapak, ibu maupun kakaknya, ada juga yang dijemput sama pacarnya. Kami berhenti
ditempat jualan jus dan empek-empek. Lagi-lagi pedagang yang ramah. Kami
disuguhkan dua buah tikar untuk tempat kami duduk.
“pesan
apa mas”
“jus
mangga, apokat dan jus jeruk mas”
Kami
duduk dengan asik sambil melihat orang-orang yang sedang menunggu anak, adek
dan pacarnya yang pulang sekolah.
“anak
nabi adam, ke enges cewek no dok”[3]
“ah,
side jekn endekm bau engat dengan inges, lagus pacu boy, inges gati”[4]
Semua
mata tertuju pada wanita cantik yang sedang menunggu adeknya yang sebentar lagi
mau pulang sekolah. Semuanya semakin asik ketika anak-anak SMA keluar, rapi,
cantik bikin mata menj adi betah untuk memandang.
Post a Comment
komentar anda sangat berarti bagi kami, terima kasih telah membaca blog Rantauan Lombok Merantau