Bingung dan bingung, itulah yang aku rasakan sebelum aku
mendapatkan kos-kosan di jogja. Mencari bagaikan harimau yang kelaparan. Jalan
dari gang yang satu menuju gak yang lain. Dari satu kampung menuju kampung yang
lain. Meneglilingi UGM dan UNY. Capek, kaki dan gak kuat jalan, laper dan
lainnya bercampur menjadi satu namun aku tidak menghiraukannya karena kau harus
mendapatkan tempat tinggal sementara. Aku dan temen-temen, awalnya berencana
mencari rumah kontrakan, namun perencanaan itu berubah sesuai dengan kondisi.
Benar apa yang pernah aku katakana pada temanku waktu menuju jogja. Dia takut
menghadapi kemacetan lalu lintas, lalu aku pun berkata “setiap detik perjalanan
kita ini berubah jadi jangan pernah takut pada sesuatu yang belum kita alami”.
Dan benar apa yang aku katakan, kami tidak menemukan kemacetan sama sekali di
perjalanan.
Hari pertama tidak ketemu, begitupun dengan hari kedua
dan hari ketiga. Yang akhirnya kau nginap di kos temen dari temenku, yang
kuliah di jogja. Dia baru semester tiga dan sudah mengenal wilayah jogja.
Sedangkan ke empat temen ku sudah mendapatkan kos di Jln. Colombo. Awalnya aku
di ajak bersama-sama namun karena terlalu kecil dan mahal tidak sesuai harga
aku nekad untuk terus mencari rumah kontrakan dan tidak mau bareng kos sama mereka.
Karena aku selalu ingat akan komitmen yang kami bangun. Namun itu semua tidak
ada maknanya sama sekali. Dan inilah yang aku rasakan, jengkel dan tidak
menyangka bahwa komitmen yang kuat lebur sesaat.
Akhirnya aku kembali ke kos temenku untuk nginap beberapa
hari sambil mencari info tentang rumah kontrakan. Namun apa mau dikata. Aku
diserang demam, batuk filk dan sakit kepala. Dan sakit selama 4 hari. Kondisi
yang tidak aku sangka padahal aku belum mendapatkan rumah kontrakan. Gara-gara
sakit, aku pun berhenti mencari info tentang itu semua malah aku sibuk dengan
mencari obat untuk kesembuhanku. Hari demi hari membuatku boring, tidur menjadi
keseharianku, di temani dengan obat dan air. Sungguh kondisi yang menyedihkan.
Setelah sembuh, tidak ada kata lagi untuk tidur terus,
aku mengajak temen-temenku untuk pergi jalan-jalan menuju malioboro untuk refresing menghilangkan kepenatan selama
empat hari di dalam kamar. Pagi aku berangkat menuju kos temen ku yang ada di
jalan Colombo. Berharap sudah ada info tentang rumah yang mau dikontrakkan.
Namun tidak ada sama sekali, temen-temenku asik dengan kos-kosannya sendir.
Dalam hati aku bingung. Lo gak ngekos sama mereka, dimana kau mau tidur. Aku
merasa malu, nginap terus dikos-kosan temen dari temen ku itu. Akhirnya aku
ambil kesimpulan, dari pada tidak dapat sama sekali lebih baik aku tinggal sama
mereka untuk sementara waktu sebelum menemukan kontrakan yang lebih baik.
Inilah kondisi dalam kamar kos ku. Berantakan dan tidak
teratur Karena memang aku tidak mengaturnya. Tidak ada lemari dan tempat naruh
baju. Apalagi gantungan baju. Nihil, gak ada sama sekali. Akan tetapi inilah
kehidupan yang harus aku jalani dan ku nikmati walau dalam hati dan pikiran ku
menolaknya.
Post a Comment
komentar anda sangat berarti bagi kami, terima kasih telah membaca blog Rantauan Lombok Merantau