Tahun 1990-an merupakan awal dari gelombang perubahan
politik dan kepemerintahan yang bersejarah: runtuhnya imperium soviet,
pergantian struktur politik italia pasca PD II, pengurangan kursi secara
besar-besaran pada parta yang berkuasa, di kanada, dalam pemilu 1993 (merosot dari
153 kursi menjadi 2 kursi di parlemen), runtuhnyabdemokratik liberal jepang
setelah monopoli kekuasaan selama empat puluh tahun dan bangkitnya sebuah
gerakan reformasi baru, bangkitnya Ross Perot dan Bersatu Kita Teguh (United We
Stand) dan pemilu 1994 di Amerika. Lagi-lagi, terjadi berbagai perubahan yang
menakjubkan dalam politik dan pemerintahan.
Para politisi, kolumnis dan akademis semua tampak bingung
oleh sekala perubahan ini. Ada sebuah focus yang tak terhindarkan pada luka
yang di derita oleh mereka yang telah lama dominan, dan terjadi disorientasi
pada mereka yang telah lama berkuasa. Penderitaan yang mendalam di masa silam
lebih berat dari pada janji masa depan. Ini adalah sebuah phenomena lama.
Huizenga dalam the waning of the middle ages telah menegaskan tentang
renaisans: menoleh kembali sejarah, apa yang tampak bagi kita adalah sebuah periode
inovasi yang cemerlang dan menggairahkan, tetapi terlihat oleh orang-orang
sezamannya sebuah keruntuhan yang begitu menakutkan dari tatanan yang mapan.
Paradok kepemiliklan. Benturan Sosialisme dan masa depan.
Dalam edisi selanjutnya alfin tofler mengungkap sitem
penciptaan-kemakmuran gelombang ketiga yang dewasa ini menyebar, juga menantang
tiga pilar kenyakinan kaum sosialis. Taruhlah, permaslahan tentang hak milik.
Dari awal, kaum sosialis telah menelusuri kemiskinan,
kemerosotan, pengangguran, dan keburukan-keburukan industrialism lain pada
kepemilikan swasta atas sarana produksi. Cara menyelesaikan penyakit-penyakit
ini adalah pekerja diharapkan memiliki pabrik-pabrik sendiri, baik melalui
Negara maupun kolektif. Ketika itu semua sudah dilaksanakan, segala sesuatunya
akan berubah, tidak adanya persaingan limbah lagi. Perencanaan yang benar-benar
propesional. Produksi untuk pemakaian, bukan untuk keuntungan.
Pada abad 19, ketika gagasan-gagasan diformulasikan,
gagasan-gagasan tersebut tampak mereflesikan pengetahuan paling maju pada saat
itu. Sesungguhnya, kaum marxis mengklaim telah melampau utopianisme bodoh dan
sampai pada “socialism ilmiah” yang sesungguhnya. Sehingga kaum sosialis ilmiah
melihat apa yang kemudian disebut sebagai masa depan industry.
Sehingga kelak, ketika
rezim sosialis bereksperimen dengan koperasi, manajemen kerja,
komunitas, dan skema-skema lain. Kepemilikan Negara menjadi bentuk kepemilikan
yang dominan diseluruh penjuru dunia kaum sosialis.
Post a Comment
komentar anda sangat berarti bagi kami, terima kasih telah membaca blog Rantauan Lombok Merantau