Deraian demi deraian air mata kini menjadi saksi
bisu, menetes perlahan namun menyiksa, cerita cinta yang telah lama kita bina
menjadi debu yang berguguran. Entah apa yang telah membuat ini semua menjadi
perpisahan, padahal kita telah mengukir cinta yang kita jalani dalam sebuah
kertas yang suci. Kini, semuanya menjadi bisu, semua berpaling seolah tak ingin
ini terjadi, namun mereka berguman penuh dengan penghinaan. Aku hanya bisa
tersenyum walau luka sangat perih, terbuka bagaikan kena sayatan pisau yang
haus akan darah. Walau kini, engkau telah pergi namun bayangan mu masih
menyisakan cerita indah saat kita bersama dahulu. Mungkin hati tak bisa
merelakan kepergian mu, namun ini akan membuat aku semakin tersiksa.
Lembaian tangan mu masih ku ingat, begitu indah
dan mengagumkan, membuat aku harus meneteskan air mata yang tak berdosa. Kini,
kau mungkin sudah bahagia, tertawa dan tersenyum penuh cahaya, bersama
orang-orang terpilih dan gagah perkasa. Aku selalu menatap langit, berharap
bintang berkumpul menjadi satu dan membentuk wajag mu, bulan tersenyum
memberikan kabar gembira kepada ku, namun ini adalah khayalan yang tak akan
pernah pasti. Aku hanya bisa berdoa dan berharap bisa melihat mu kembali dalam
wajah yang indah, senyum yang menawan, tutur kata yang penuh dengan kesopan,
serta lembutnya tangan mu bagaikan bidadari.
Biarkanlah semua ini menyatu dalam diri ku,
menjadi kenangan indah yang akan aku bawa selamanya, dan akan aku ucapkan
ketika aku bertemu dengan mu dan meminta mu untuk tidak meninggalkan aku. Izinkanlah
aku mengukir nama mu dengan indah dalam hati ku, mempolesnya dengan hati-hati
agar tak salah, mewarnainya dengan sisa tinta cinta yang aku miliki, dan
membentuknya menjadi sebuah nama yang abadi, terus ku bawa sampai mati. Walau kini,
engkau telah pergi, tak akan ku nodai cinta kita, cinta sejati yang pernah kita
bincang dibawah pohon nan sejuk, dengan hembusan angin yang membisikkan tentang
ikatan suci cinta kita.
Sekarang, aku hanya bisa merelakan mu, pergi
untuk selamanya, bersandar pada tanah yang penuh kegelapan, ditemani kain putih
yang suci dan hewan-hewan liar yang suka kepada mu. Disini, aku duduk terdiam,
menunggu panggilan Tuhan agar bisa melihat mu. Sedih…,sedih…dan sedih…, adalah
kebiasaan yang tak hilang, rindu akan sosok lembut mu yang selama ini menemani
ku. ingin aku bangkit dari luka ini, namun kau lemah kan aku dengan banyangan
mu yang selalu menghantui, datang di setiap aku sedang tidak terjaga. Terus membangunkan
ku sehingga tetesan air mata terus terjatuh melewati pipi ku dan membasahi
bumi.
Kini aku
merindukan mu “CINTA”
By; Nink51h
Post a Comment
komentar anda sangat berarti bagi kami, terima kasih telah membaca blog Rantauan Lombok Merantau