Di tengah dunia yang begitu
gemuruh ini, kadang diriku pun ikut gemuruh bersama angin politik, bersama
tiupan emosi, bersama kedengaran kecemburuan yang menyumbati telinga. Dunia
semakin panas dengan langkah kapitalis di balik satu ciptaan-Nya, hanyalah
kehilangan kemanusiaan di balik satu manusia, fakta. Hari- hari aku lewati hanya begitu saja
bersama semua gemuruh ini, hati selalu pedis dan menderita akan suara
kecemburuan manusia dan terdengar suara tangisan manusia, nafas pun hampir
terputus di tengah jagat raja. Sebagian gunung aku telah mendaki bersama
kepedihan hati tanpa memuji atas kasih setia-Nya.
Di pertengahan gunung, aku
hampir terantuk kaki, ternyata di belahan Roh nafas, ada jaringan yang
memaparkan rencanaku, impianku kepada kawan-kawannya. Sungguh aku tidak
mengatakan sepata kata kepada bangsa dan orang berseragam itu. Dimana
aku menyimpang rahasiaku, kalau orang berserangam rapi itu menangkap aku?
Biarkanlah hidup ini begitu merana tanpa rencana demi bangsa dan rakyatku.
Sungguh, aku tidak tahan untuk hidup. Di jagat alam pikir, hanyalah ingin
pulang ke sebuah desa saja. Namun TUHAN tidak menerima rencanaku dan aku tinggal
dan hidup dalam lantaran bau sampah di pingiran kota, jagat raya pun
mengenaliku sejak jaringan itu ada.
Semuanya telah berlalu bersama
gemuruh global. Melihat semua tangisan, melihat semua pertumpahan darah,
melihat bunyi rentetan senjata yang kena pada tubuh manusia sungguh ingin
menangis bersama mereka, namun sayangnya aku tidak bisa menangis langsung,
sejak aku berada di sebuah desa yang sangat jauh dari kota dan aku teringat
semua kekerasan itu sungguh aku tidak bisa terbayangkan hanya menambah luka
yang tidak bisa terobati. Sejak
aku berada di desa pun selalu terdengar tangisan manusia itu. Wahhh kemana aku
pergi agar aku tidak mendengar lagi tangisan manusia itu, tiada tempat untuk
aku pergi hanyalah ada jalan terbaik adalah mencari DIA yang mati demi umat
manusia sebab perasaan tenang dan akan terasa dekat dengan DIA.
Di tengah pertarungan-pertarungan politik itu aku pun binggung bersama politik seakan-akan pemilu ini yang mengatur kehidupan aku. Namun di samping aku ada sebuah buku yang begitu tebal dan buku itu mendekati aku, aku pikir tandanya Tuhan menunjukkan jalan kebenaran, sebab Tuhan adalah tujuang akhir hidup manusia dan kebenaran hidup manusia. Sekalipun dunia mengencar aku, politik mengancam aku dan sekalipun diriku dirabek- rabek, dihina dan dicungkil balik pedisnya peluruh cangih, suara kebenaranku akan tetap pada bangsa dan rakyat sebab kebenaran tetap kebenaran, kebenaran adalah Allah, Allah adalah kebenaran hidup manusia
Di tengah pertarungan-pertarungan politik itu aku pun binggung bersama politik seakan-akan pemilu ini yang mengatur kehidupan aku. Namun di samping aku ada sebuah buku yang begitu tebal dan buku itu mendekati aku, aku pikir tandanya Tuhan menunjukkan jalan kebenaran, sebab Tuhan adalah tujuang akhir hidup manusia dan kebenaran hidup manusia. Sekalipun dunia mengencar aku, politik mengancam aku dan sekalipun diriku dirabek- rabek, dihina dan dicungkil balik pedisnya peluruh cangih, suara kebenaranku akan tetap pada bangsa dan rakyat sebab kebenaran tetap kebenaran, kebenaran adalah Allah, Allah adalah kebenaran hidup manusia
Post a Comment
komentar anda sangat berarti bagi kami, terima kasih telah membaca blog Rantauan Lombok Merantau