Dalam sebuah ilustrasi permainan game yang
bernama red alert. Red alert adalah sebuah permainan perang strategi dan
senjata, bukan senjata kecil. Namun yang paling ditakutkan oleh amerika dalam
game tersebut adalah nuklir dan yuri yang dimiliki oleh rusia dan sekutunya.
Nuklir yang bisa menghanguskan Negara amerika dalam sekejap, sedangkan yuri
adalah sebuah program yang bisa menghipnotis prajurit amerika, sehingga bisa
dengan sekejap berbalik meyerang, namun yang bisa dihipnotiss yuri hanya satu
orang (satu yuri = satu prajurit). Selain nuklir dan yuri, rusia juga memiliki
kapal raksasa yang disebut KIROP.
Dibagian ketiga game ini, amerika memiliki
sebuah senjata baru untuk mengantisipasi nuklir yang dimiliki oleh rusia,
sebuah senjata baru yang diciptakan untuk meremehkan nuklir rusia dan tidak ada
apa-apanya dibandingkan dengan senjata-senjata yang dimiliki oleh amerika.
Namun dalam kecanggihan game tersebut, rusia juga tidak kalah saing, yuri yang
dimiliki oleh rusia, dibuat untuk bisa menghipnotis robot-robot, tank dan
lainnya. Namun sekali lagi bahwa status amerika dalam permainan ini adalah
tidak bisa dikalahkan.
Dalam dunia nyata amerika adalah Negara yang
memang tidak bisa diremehkan oleh Negara manapun, walau rusia memiliki nuklir
yang bisa menghancurkan Negara lain. Akan tetapi, dalam pembahasan ini, saya
tidak membahas Negara-negara yang sudah berkembang pesat seperti Negara-negara
yang sudah saya sebut tadi. Namun lebih kepada pembelajaran berharga tentang
bagaimana mengatur sebuah Negara dengan hebat. Negara-negara yang sudah tidak
berpikir lagi akan hal-hal kecil yang hanya sekedar membuang waktu.
Kembali lagi mengingat sidang paripurna DPR RI
saat membahas kenaikan harga BBM kemarin, sebuah sidang yang dikatakan
kekanak-kanakkan oleh beberapa media yang meliput secara langsung, banyak
bermain dan perang argument, bahkan terdengar celotehan-celotehan yang
seharusnya tidak terdengar sama sekali. Tidak hanya itu, argument dan pendapat
sejati pun tidak menjadi bahan pertimbangan yang mutlak namun kata voting bagai
dewa yang bisa mengakhiri semua peperangan argument tersebut.
Kenaikan BBM yang bisa menyengsarakan rakyat
diputuskan dengan kata voting, siapa yang banyak suara maka dialah yang menang.
Nasib perut rakyat harus dibayar dengan sebuah kesepakatan yang tidak logis,
apalagi DPR adalah wakil rakyat yang harus membela rakyat demi kesejahteraan.
Sehingga dengan kata akhir adalah negera-negara besar sudah (berperang nuklir)
indonesia masih (berperang voting).
(Presiden amerika serikat dan jerman bertemu dan
membahas tentang pengurangan pemaikan nuklir sedangkan rusia semakin membuat
nuklir yang lebih canggih).
1 comment
susah saatnya indonesia membangun kekuatan energi sendiri. iran yg penuh konflik saja berani untuk membangun reaktor nuklir, indonesia dg sejuta orang pinter di bidang energi kok gak dipake ama pemerintah. giliran asep kebakaran hutan sj, eh pak beye malah minta maaf. takut banget diembargo. semua kekuatan padahal udah dimiliki indonesia.
Post a Comment
komentar anda sangat berarti bagi kami, terima kasih telah membaca blog Rantauan Lombok Merantau