BLSM adalah hasil dari kenaikan harga BBM, yang
diberikan kepada rakyat selama empat bulan dengan anggaran Rp.9,32 triliun yang
pada awal sebelum penetapan berkisar sekitar Rp.11,6 triliun yang diberikan
selama lima bulan. Kalau kita kurangi, selisih anggaran yang diberikan kepada
rakyat adalah Rp.2,28 triliun.
Namun yang menarik bagi saya adalah ada uang pengamanan
yang dianggaran oleh pemerintah untuk menjaga penyaluran BLSM ini, uang
pengamanan ini pun tidak berjumlah sedikit, berkisar sekitar Rp. 360 miliar. Saya
yakin bahwa banyak ketimpangan-ketimpangan yang akan terjadi jika para media
betul-betul mengawasi dan mengontrol secara indevenden terhadap penyaluran BLSM
kepada rakyat.
Beberapa perbandingan dari media Online
Badan Anggaran DPR
RI menyetujui anggaran untuk Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM)
Rp9,32 triliun yang akan diberikan selama empat bulan. "Bantuan akan
diberikan selama dua tahap, pada akhir Juli dan akhir September, setelah
lebaran," ujar Ketua Badan Anggaran DPR RI Ahmadi Noor Supit pada Rapat
Panitia Kerja (Panja) Belanja Pemerintah di Jakarta, Kamis. Dengan demikian
rapat panja belanja tersebut memotong anggaran BLSM dari sebelumnya dalam draf
awal RAPBN-Perubahan sebesar Rp11,6 triliun yang diberikan selama lima bulan,
menjadi Rp9,32 triliun.
Selisih senilai Rp
2,31 triliun akan dimanfaatkan untuk biaya penyaluran dan pengamanan BLSM Rp360
miliar, infrastruktur modal Rp500 miliar, tambahan kebutuhan mendesak Rp196,4
miliar dan infrastruktur dasar Rp1,25 triliun. "Dana tambahan mendesak
akan diproyeksikan untuk Komisi Pemilihan Umum yang meminta tambahan
anggaran," kata Ahmadi. Sedangkan jumlah penerima bantuan tersebut tidak
mengalami perubahan yaitu sebanyak 15,5 juta rumah tangga sasaran dengan
nominal per bulan sebesar Rp150.000.
Rapat panja belanja
juga menyetujui alokasi Bantuan untuk Siswa Miskin (BSM) Rp7,5 triliun,
anggaran untuk raskin sebesar Rp4,3 triliun dan menambah program infrastruktur
dasar dari Rp6 triliun menjadi Rp7,25 triliun. "Khusus untuk pembangunan
dan pengembangan infrastruktur dasar, DPR menyetujui agar setiap desa
memperoleh Rp250 juta.
Anggota DPR dari
fraksi PDI Perjuangan Rieke Diah Pitaloka mengatakan jika pemerintah menaikan
harga BBM maka rakyat miskin akan semakin susah. Bahkan jumlah rakyat miskin
akan semakin meningkat. Menurut Rieke, program Bantuan Langsung Sementara
Masyarakat (BLSM) merupakan program yang tidak efisien. Berdasarkan fakta Badan
Pusat Statistik (BPS), setelah BLSM diluncurkan pemerintah pada 2009, jumlah
orang miskin bertambah pada 2011 menjadi 100,8 juta jiwa.
"Kenaikan
harga BBM akan menambah jumlah masyarakat miskin, pemerintah seharusnya melihat
ke arah sana," ujar dia saat ditemui di Gedung DPR, Jakarta, Senin (17/6).
Dia mengatakan, fraksi PDIP menolak secara tegas kenaikan harga BBM. Sebaiknya
program BLSM dihapus dan anggaran sebesar Rp 6,9 triliun dialihkan ke dalam
program yang pro desa. Dengan anggaran sebesar Rp 6,9 triliun bisa membentuk
28.000 desa di Indonesia. "Kenaikan harga BBM akan memukul mayoritas
rakyat Indonesia jadi sebaiknya pemerintah memikirkan akan hal itu," ujar
dia
Rieke mengatakan
tidak hanya akan menambah jumlah rakyat miskin, kenaikan harga BBM juga akan
menyebabkan inflasi sebesar 7,2 persen yang menyebabkan kebutuhan pokok per
bulan naik Rp 200.000. Rieke mengatakan jika pemerintah tidak menaikan harga
BBM maka inflasi akan berada di level 6 persen.
Perubahan anggaran
BLSM dari Rp11,6 triliun menjadi Rp9,3 triliun karena penyaluran BLSM yang
dikurangi dari lima bulan menjadi empat bulan. Alokasi penghematan Rp2,3
triliun itu akan dialihkan untuk berbagai kebutuhan lain. "Sisa anggaran
dialihkan untuk operasional penyaluran BLSM Rp360 miliar, infrastruktur dasar
Rp1,25 triliun, infastruktur modal Rp560 miliar, dan kebutuhan mendesak Rp196,4
miliar," katanya. Maka, menurut Ahmadi, alokasi pengembangan infrastruktur
dasar di pedesaan meningkat dari Rp6 triliun menjadi Rp7,2 triliun.
DPR meminta
pemerintah untuk menyalurkan BLSM paling lambat pada September mendatang,
apabila kebijakan menaikkan harga BBM bersubsidi ditetapkan pada Juni ini.
"Jadi, Juli diberikan langsung dua bulan dan September diberikan lagi dua
bulan, setelah Lebaran selesai," ungkapnya. Pemerintah dan Panja juga
menyepakatan alokasi Bantuan Siswa Miskin (BSM) Rp7,5 triliun dan anggaran
penyaluran beras miskin (raskin) Rp4,3 triliun untuk 15 bulan. Keputusan panja
belanja pusat ini akan dibawa dalam rapat akhir Banggar. Jika disepakati, akan
ditetapkan dalam sidang paripurna pengesahan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara Perubahan 2013.
Pelaksana tugas
Direktur Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan Askolani menyatakan tak ada
masalah dengan penurunan alokasi anggaran bantuan langsung masyarakat sementara
(BLSM) menjadi hanya empat bulan dari sebelumnya diusulkan lima bulan.
Alasannya, selisih anggaran tetap akan disalurkan kepada masyarakat dalam
bentuk infrastruktur dasar dan infrastruktur modal. "Selain pemberian
BLSM, (anggaran) akan disalurkan untuk pengembangan infrastruktur desa. Selain
itu, program Keluarga Harapan dan program Beras Miskin ditambah," kata
Askolani saat ditemui di kompleks parlemen Senayan pada Kamis, 13 Juni 2013.
Panitia Kerja
Belanja Pemerintah Pusat Badan Anggaran hari ini menyepakati adanya perubahan
perhitungan BLSM yang sebelumnya lima bulan dengan anggaran sebesar Rp 11,6
triliun menjadi Rp 9,32 triliun untuk empat bulan. Dengan anggaran tersebut,
jumlah penerima dan besaran bantuan masih sama dengan yang diusulkan, yakni Rp
150 ribu per orang setiap bulan untuk 15,5 juta rumah tangga sasaran. Artinya,
ada selisih penghematan anggaran sebesar Rp 2,31 triliun. Selisih
penghematan tersebut akan dialokasikan untuk biaya penyaluran dan pengamanan
BLSM sebesar Rp 360 miliar, infrastruktur modal Rp 500 miliar, dan tambahan
kebutuhan mendesak sebesar Rp 196,4 miliar. Sementara itu, alokasi terbesar
dari selisih penghematan akan digunakan untuk pembangunan infrastruktur dasar
bersifat bantuan sosial senilai Rp 1,25 triliun.
Penyaluran BLSM ini
merupakan upaya pemerintah untuk meredam efek negatif kenaikan harga bahan
bakar minyak subsidi pada masyarakat miskin. Yang terpenting, menurut dia,
tercapainya tujuan pemerintah untuk mengendalikan subsidi dan mencapai
ketahanan energi. "Jadi, ini bukan masalah (jumlah) budget saja, tapi
kualitas anggaran yang bisa dialokasikan juga untuk pembangunan. Ini yang
menyeimbangkan pola belanja kita.”
Hasil dari
keputusan panja ini akan dibawa dalam rapat akhir Badan Anggaran pada Sabtu, 15
Juni 2013 untuk disahkan sebelum akhirnya dibawa dalam sidang paripurna pada
Senin, 17 Juni 2013. "Saya sudah tanyakan ke Sekretariat (Badan Anggaran),
Sabtu akan ada raker, kemungkinan pagi,"
Bantuan Langsung
Sementara Masyarakat (BLSM) hanya akan dikucurkan selama empat bulan. Lebih
sedikit dari pada yang diajukan dalam pemerintah yakni selama lima bulan. Dengan
adanya pengurangan bulan tersebut maka anggaran untuk BLSM hanya ditetapkan
sebesar Rp9,318 triliun. Anggaran tersebut lebih rendah Rp2,306 triliun dari
pada yang diajukan dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
Perubahan (RAPBN-P) Tahun 2013 yakni sebesar Rp11,625 triliun. Kesepakatan
pemotongan jumlah bulan pembagian BLSM tersebut diambil dalam rapat kerja
antara Badan Anggaran (Banggar) DPR dan pemerintah, kemarin. Ketua
Banggar Ahmadi Noor Supit menjelaskan selisih antara anggaran BLSM yang
diajukan dan yang disepakati (Rp2,306) akan digunakan untuk sejumlah
kegiatan.
“Untuk biaya
penyaluran dan pengamanan BLSM sebesar Rp360 miliar dan infrastruktur
dasar yang bersifat bantuan social sebesar Rp1,25 triliun,”ucap Ahmadi,
di Gedung DPR/MPR, Kamis (13/6/2013). Ahmadi menambahkan selisih anggaran
tersebut juga akan dimanfaatkan untuk belanja modal untuk infrastruktur
sebesar Rp500 miliar dan sisanya sebesar Rp196,4 miliar untuk tambahan kebutuhan
mendesak. “Ini supaya manfaat jangka panjang kenaikan harga BBM lebih besar,”
imbuhnya. Kendati memotong jumlah bulan, Banggar dan pemerintah sepakat untuk
tidak mengurangi jumlah rumah tangga sasaran (RTS) dan besaran BLSM.
Jumlah RTS tetap sebanyak 15.530.897 sementara besaran BLSM Rp150.000. BLSM
merupakan salah satu dari lima kompensasi yang diajukan pemerintah sebagai
bagian dari rencana kenaikan harga BBM bersubsidi.
Selain BLSM,
kompensasi lainnya adalah penambahan anggaran untuk bantuan siswa miskin, beras
miskin (raskin), program keluarga harapan PKH), serta infrastruktur dasar.
Kecuali BLSM dan infrastruktur dasar, kompensasi lainnya hanya diperkuat dengan
tambahan anggaran. Dari lima kompensasi, hanya BLSM yang mendapat sorotan
tajam dan mengundang pro-kontra. Program tersebut dinilai sarat dengan
kepentingan politik karena dianggap menguntungkan partai politik tertentu.
Sebagai catatan, pada saat kenaikan harga BBM tahun 2005 dan 2008, pemerintah
juga mengucurkan BLSM.
Dengan adanya tambahan
anggaran infrastruktur dasar dari BLSM maka anggaran untuk kompensasi
infrastruktur dasar menjadi Rp6 triliun. Sementara itu, anggaran untuk bantuan
siswa miskin sebesar Rp7,5 triliun, PKH sekitar Rp700 miliar, dan raskin Rp4,3
triliun.
Post a Comment
komentar anda sangat berarti bagi kami, terima kasih telah membaca blog Rantauan Lombok Merantau