Ini malam hari
Malam yang sunyi terbalut sepi
Awan pun menghitam
Hujan tak kunjung mereda
Pantas sajalah semua orang tertidur pulas dengan mimpinya
sendiri-sendiri
Di atas kasur empuk dan pelukan selimut lembut.
Malam menjadi
hangat
Tidur menjadi
nyenyak
Semua orang
pulas dengan pesona malam
Bermimpi indah
penuh kebahagiaan
Hingga pagi
menjemput.
Tetapi tidak untuk pemuda ini
Dia hanya terdiam
Mata tak terpejam walau kantuk sesekali menghampiri
Terdiam, melamun, merenung, memikirkan dan mengharapkan
Itulah yang ia lakukan di malam sunyi.
Suasana yang
hening
Tanpa ada
bintang menyinari
Tak ada
hembusan angin yang sejuk
Sehingga daun-daun
pun malu untuk bergoyang
Apalagi sambutan
nada jangkrik yang hilang.
Dengan tembok sebagai sandarannya
ia membisu sejenak, lantas menulis di secarik kertas
Cukupkah bertaubat hanya dengan berucap istighfar
Astaghfirullah…,
Sedang jiwa raga tak kuasa terus melakukan dosa yang sama
Kemudian ucapan keluar
Nafas
menghembus dengan pelan
Air mata
menjadi pengiring yang setia
Tangan menegadah
keatas
Kepala menghadap
penuh dengan keiklasan
Sambil bibir
berucap.
Ku hanya ingin bertobat..., Bertobaat
Ucapan itu memecah kesunyian kamar
Dimana yang lainnya tertidur pulas
Ya allah, apa yang mesti kuperbuat
Diriku memang kerap tersesat
Banyak lakukan maksiat
Juga sering tinggalkan shalat
Namun malangnya diriku tak pandai tuk bertaubat.
Ya Allah…,
Kumemohon padaMu ampuni dosaku
Engkau Maha Penerima Taubat, terimalah taubatku
lirihnya
Air mata meluncur tak terasa menghujani sebuah buku
Ia usap air mata yang membasahi pipi
Juga yang menetesi buku yang digenggamnya
Buku yang hendak kan ia berikan pada keponakannya
Itu menjadi saksi bisu suasana hatinya saat itu.
Mungkin
buku ini akan cocok untukmu, anak cilik
Kata hatinya
sambil terus mengelus-elus cover buku yang berjudul
Belajar
Mencintai Rasulullah yang dipegangnya itu
Aku, saya,
diriku
Haruslah berubah
jadi orang yang lebih baik
Aku kan
coba gunakan sisa hidup ini.
Aku tak ingin terus dibelenggu nafsu-nafsu tak menentu waktu
Keponakanku tak boleh sepertiku
Meniru kejelekanku, atau
Siapa pun itu tak boleh seperti diriku
Hatinya terus berkata
Tanpa jeda dan berharap tanpa henti.
Tiba-tiba
saja ia tuliskan sebuah kata mimpi
Sambil melihat
teman-temannya yang sedang tertidur
Ia
tuliskan kembali sederet kalimat
Ketika
kita dilahirkan dan kita pun bermimpi
Lalu
terbangun dari mimpi itu.
Apakah hidup kita kan lebih baik dari mimpi
Kemudian ia goreskan sebuah garis melengkung
Yang diakhirinya dengan sebuah titik tepat di bawah garis itu
Hingga membentuk sebuah tanda tanya besar
Walau ia tak ingin cepat-cepat tidur
Namun rasanya kantuk yang datang menghampiri tak tertahankan lagi.
Jam dinding
kamar sudah menunjukkan pukul 2 pagi lebih
Ia pun terlelap
tidur bersama harapannya dengan buku tetap
Digenggam
dipelukannya, buku yang hendak kan ia berikan
Pada
keponakannya itu. Dan mimpi pun hadir temani tidur
Lelapnya, sama seperti manusia
lainnya.
Kini, tubuhnya tak bergerak
Hanya nafas yang keluar dari hidungnya
Pelan, pelan dan pelan
Penuh dengan nafas pengharapan kepada Tuhan
Karna Tuhan Maha Pengasih Lagi Maha Pengampun.
Sumber @ Inspirasi; Apa Hidup Lebih Baik Dari Mimpi
Post a Comment
komentar anda sangat berarti bagi kami, terima kasih telah membaca blog Rantauan Lombok Merantau