A. Kerajaan
kecil.
dibawah
pohon mangga tua milik pak jayus, terdapat sebuah kerajaan kecil yang hidup
dengan bahagia, kehidupan yang rukun dan saling menjaga satu sama lain, tidak
seperti pak jayus dan istrinya yang selalu bertengkar setiap hari, keluarga
yang berantakan dan memiliki anak-anak yang nakal, tidak pernah mau menuruti
keinginan orang tuanya. Kehidupan itu muncul setelah mereka memiliki seorang
anak perempuan yang tomboy dan keras kepala, walau umurnya sudah sepuluh tahun,
kebiasaan nakalnya makin menjadi-jadi. Orang tuanya selalu kwalahan akan sikap
anaknya tersebut.
“buk, lihat anak mu yang satu
itu, kerjaannya bikin pusing terus, ibu terlalu memanjakannya sehingga ia
berprilaku seperti itu”
kata pak jayus kepada istrinya.
“eits, jangan salah kan ibu,
selama ini ayah tak pernah mendidiknya, ayah hanya sibuk dengan pekerjaan ayah,
tak pernah mengurus mereka?”
Jawab buk jayus.
“gak salahin gimana, ibu yang gak
becus mendidik mereka, aku kerja banting tulang untuk siapa, untuk ibu dan
mereka agar gak menderita kayak anak-anak miskin yang gak berpendidikan”
balas pak jayus.
“terserah apa kata bapak deh, aku
dah bosen dengar ocehan bapak setiap hari. Kalau makan, ibu sudah siapkan
dimeja makan. Ibu mau pergi dulu, malas lama-lama kau bapak selalu menyalahkan
ibu”
jawab buk jayus dengan muka merah
dan cemberut lalu pergi begitu saja tanpa ada kata-kata lagi kepada suaminya.
“buk,
buk, mau pergi kemana? Ayah belum selesai ngomong”
pak jayus berteriak memanggil
istrinya namun tak ada jawaban sama sekali, pak jayus pun kesal dan memukul
meja dan kesakitan, tangannya dipegang dan merintih kesakitan sambil berguman “dasar
istri gak berbakti kepada suami”. Pak jayus bangkit dari duduknya menuju kamar,
mengganti pakaian kemudian pergi ke kamar mandi untuk menghilangkan kelelahannya
karena kerja. Dibalik kegaduhan dan pertengkaran keluarga pak jayus, tumbuh tiga
anak mereka yang semakin nakal dan selalu berbuat aneh, membuat pak gayus
semakin jarang pulang kerumah.
Sore itu, anak pak gayus yang
bungsu (Dera) terlihat marah dan kesel, wajahnya penuh dengan kemurkaan,
memukul dan melempar semua yang ada dikamarnya karena tidak tahan mendengar
ayah dan ibunya setiap hari bertengkar, dera keluar dari kamar sambil wajahnya
penuh dengan kekesalan dan memilih duduk dibawah mangga kesayangannya ibunya
yang selama ini tidak pernah berbuah. Buahnya selalu rusak ketika masih dalam
pertumbuhan dan tidak ada yang selamat satu pun. Dera yang sedang menagis
semakin marah ketika kakinya sakit gara-gara digigit semut, Dera mengusap
kakinya dan membunuh semua semut yang menggigit kakinya kecuali semut-semut
yang melepas gigitan sebelum tangan Dera membunuhnya. “dasar semut
menjengkelkan, gak tau orang lagi marah malah membuat ku semakin marah, akan ku
bunuh kalian semua” guman Dera.
Dera yang kesakitan bangun dan
kembali kekamarnya. Para semut berlarian, memasuki istananya, ketakutan karna
ada monster yang datang menyerbu ketengannya mereka, mereka lagi berjuang
matia-matian malah diganggu tanpa perasaan.
“monster
itu telah pergi, ayo kita selamatkan temen-temen kita?”
Kata panglima semut sambil
berteriak.
“dasar monster tidak punya
perasaan, mentang-mentang tubuhnya besar, dengan seenaknya merusak dan
menggangu ketenangan kita”
Salah seorang pekerja berguman
sambil marah kepada Dera.
Para prajurit semut pun dengan
segera menyelamatkan temennya, berlari menuju semut-semut yang sedang merintih
kesakitan gara-gara tangan Dera memukul dikakinya saat berusaha menggigit untuk
mengusir Dera dari istananya, ada yang sudah meninggal dan ada yang terluka dan
berteriak kesakitan, “tolong…, tolong…, tolong…,” terdengar suara yang minta
tolong. Saat mereka dibantu dan mau dibawa lari keistana pengobatan semut,
mereka tak bisa diselamatkan. Tangan Dera terlalu kuat memukul mereka sehingga
tak mampu bertahan.
“kak,
kakak tidak kenapa-napa?”
salah seorang semut sedang
membopong kakaknya yang sedang terluka parah.
“kakak
tidak kenapa-napa? Kakak ingin minum, kakak merasa kehausan”
“tunggu sebentar kak, hans mau
mengambilkan kakak air dulu, kakak yang kuat ya?”
“Ren, jaga kak sebentar, aku mau
ambil air dan obat di istana”
“ya, kak tapi jangan lama-lama,
kasian kak edy”
Hans berlari pergi keistana dan
mengambil air serta obat buat kakaknya.
“kak, kak edy, gak kenapa-napa?”
“ren, kakak dah gak kuat, rasanya
sakit banget”
“kakak pasti sembuh, kakak yang
kuat ya?”
Rena menagis tidak tahan melihat
edy kesakitan
“kakak dah gak kuat lagi, jaga
hans baik-baik ya, aku sayang banget sama dia, melebihi sayang kamu ke hans,
jika kakak pergi, dia tidak punya siapa-siapa selain rena, jaga hans baik-baik
ya dek?”
ady memejamkan matanya dan sudah
tidak bernafas lagi, rena menagis tak kuasa melihat kejadian itu semua, “kak,
ady…, kak edy…, kak edy jangan pergi kak. Hans cepet, kak ady hans, kak dy
sudah gak bernafas lagi” rena berdiri, berteriak memanggil hans yang tak
kembali. saat rena berteriak, hans muncul dari kejauhan sambil berlari.
“ada apa ren?”
“kak, cepat kak. Kak edy dah gak
ada?”
“apa?”
Hans duduk dan menatap kakaknya,
sambil sesekali ia menggoyangkan badan kakaknya supaya membuka matanya namun
matanya tetap tertutup dan kaku.
“kakak” hans berteriak dengan
kencang sehingga para semut yang lain datang bergerombolan.
“Ada apa ini nak?” kata ibu dan
ayah rena dengan serentak
“kak ady ma, kak edy meninggal,
ia mati dibunuh sama monster itu saat kak edy berusaha mengusirnya”
Rena memluk ibunya sambil menagis
karena kehilangan edy yang selama ini selalu menjaganya seperti hans.
“nak, sudah nak, kakak mu sudah
meninggal, biarkan dia istirahat dengan tenang”
Suasana hening dicampur dengan
suara tangisan dan air mata, semua berkumpul menjadi satu, dan edy di bawa ke
tempat pemakaman bersama seluruh semut yang telah meninggal demi melindungi
istana, setelah penguburan selesai semua berkumpul diruang rapat dan disaksikan
oleh ratu semut…,
“kita harus membalas ini semua,
jangan sampai ada lagi kejadian yang akan menimpa kita semua, sehingga harus
berguguran nyawa yang harus melayang gara-gara keganasan monster itu, selama
ini kita sudah terlalu lama menahan penderitaan gara-gara monster yang tidak
memiliki perasaan itu”
panglima perang semut mengadukan
kejadian yang selama ini selalu terjadi pada sang ratu.
“terus bagaimana caranya, kita
ini kecil, sekali diinjak maka kita semua akan mati”
kata hans
“ya, bagaimana caranya kita
mengalahkan moster itu?”
suara semua rakyat saling
bersahutan.
“mohon keputusan ratu akan
masalah ini”
kata panglima semut.
Semua terdiam dan saling
memandang dan berguman dengan kecil, para penasehat, para pemikir dan para
prajurit pun terdiam dan semua terdiam membisu memikirkan bagaimana cara
mengalahkan monster yang tidak punya perasaan tersebut. Kemudian ratu berkata “kita
memang ditakdirkan oleh Yang Maha Kuasa kecil seperti ini, namun percayalah
bahwa Tuhan Maha Bijaksana dan Maha Mengetahui apa yang terjadi sama Hamba_Nya”
“namun, apakah kita akan selalu
berdiam diri seperti ini terus, ratu?”
kata penasehat yang gelisah akan
musibah yang selalu menimpa.
“walau kita harus melawan, kita
tidak akan pernah bisa menang, jika berkumpul menjadi satu dan membentuk
kekuatan, kita tidak akan pernah bisa melawan monster itu yang jauh triliunan
lebih besar dari pada kita” sang ratu berkata.
“tapi ratu?”
para pemikir berkata sambil
bingung.
Sebelum para pemikir melanjutkan
kata-katanya, sang ratu memotongnya.
“yang terpenting sekarang ini adalah
bagaimana kita semua bertahan hidup dan sebisanya menghindar dari monster itu
agar kita tidak mengalami musibah lagi”
Kebisuan
pun terjadi, gak ada yang berani berkomentar, namun hans masih sakit hati
dengan perbuatan monster itu yang telah membunuh kakaknya dengan keji, rasanya
hans ingin balas dendam dan membuat peringatan kepada moster yang tidak tahu
aturan, “awas kau monster, aku akan membuat peringatan dengan mu agar kau tak
bisa melupakan kejadian ini seperti aku tidak bisa melupakan kematian kakak ku
dengan tragis” guman hans yang sedang sakit hati karena tidak rela kehilangan
kakaknya.
“kak,
apa yang kau pikirkan, kakak masih marah dengan kematian kak edy?
rena
bertanya dengan nada lembut, mencoba menghibur hans yang sedang lagi sakit
hati.
“gak
ada apa-apa kok? Kak masih gak rela aja atas kepergian kak edy yang begitu
cepat?”
“terus,
memang kak mau berbuat apa, kita ini bangsa kecil kak?”
“walaupun
kita bangsa kecil namun kita gak boleh putus asa, kita ini dilahirkan sebagai
bangsa yang pemberani dan takut dengan siapun”
“kak,
aku kawatir jika kakak melakukan sesuatu yang enggak-enggak, aku gak mau
kehilangan kakak setelah kak ady, aku sayang sama kakak”
“aku
tau dek, tapi aku butuh waktu untuk berpikir dan butuh kesendirian agar pikiran
ku tenang, kakak pergi dulu ya?”
Hans
meninggalkan ruang rapat, ia menuju keluar untuk menenangkan pikirannya, rena
merasa kasihan dan gak mau terjadi sesuatu sama hans, rena pun mengikuti hans
secara diam-diam dari belakang.
“pak,
buk. Aku pergi dulu ya”
rena
minta izin sama orang tuanya
“mau
kemana nak?”
Bapak
dan ibunya rena bertanya
“aku
mau ikuti ka khans, buk. Rena takut terjadi sesuatu ma dia, boleh kan buk?”
“ya
sayang, pergilah temani hans, jangan biarkan dia sendiri”
jawab
ibunya rena
rena
pun mengikuti hans dengan langkah yang pelan, rena gak mau ketahuan dan membuat
hans marah kepadanya. Hans yang sedih, berjalan menuju pohon yang berada tidak
jauh dari istananya (pohon kecil samping pohon mangga), hans berjalan dibawah
rerumput yang hijau, sedih dan tak rela akan kematian kakaknya, “kenapa harus
kakak ku sih yang meninggal? kenapa tidak aku saja? Kenapa?” hans berteriak sambil mengeluarkan air mata. Ia
terus berjalan menuju semak-semak dan sampai pada pohon kecil dan duduk sambil
menghadap rumahnya Dera. “jika aku bisa membunuh mu, maka aku akan membunuh mu
sekarang juga, tapi aku terlalu kecil untuk melawan mu, walau seluruh penghuni
istana meyerang mu, namun tak akan pernah bisa mengalahkan mu” hans berguman
sambil terus menatap rumahnya Dera.
Hans
tak menyadari kedatangan rena, rena diam-diam terus mengikuti hans, dan tak
sengaja menginjak daun kering dan akhirnya hans mendengar akan hal tersebut. Hans
menghadap kebelakang, “siapa itu, apakah ada orang disini?” hans berteriak
sambil siap-siap jika terjadi sesuatu. Dan akhirnya rena ketahuan akan
kehadirannya.
“ternya
kamu dek, ada apa mengikuti kakak?”
Tanya
hans kepada rena.
“gak
ada kak, aku hanya khawatir sama kakak, takut terjadi apa-apa”
“kakak
gak kenapa-napa kok, kakak hanya ingin butuh sendiri untuk menenangkan diri”
“boleh
aku menemani kakak? rena akan selalu ada buat kakak”
Hans
dan Rena menikmati pemandangan malam itu, malam yang sunyi, hanya suara kodok
yang bertengger, sahut menyahut satu sama lain, tak lama setelah itu, datanglah
seeokor ular besar yang menghampiri mereka berdua. Hans dan Rena ketakutan,
mereka bersembunyi dibalik pohon itu, ketakutannya pun hilang setelah ular itu
pergi jauh darinya, mereka kira bahwa ular tersebut akan memangsanya. “kak,
ular kan gak memangsa semut, ngapain mesti takut” kata rena kepada hans. Mereka
pun akhirnya lega. Hati dan pikiran hans kini telah tenang, walau perasaan tak
rela masih tersisa dihatinya. Wajar saja, karena kakak satu-satunya telah
meninggalkan dia selamanya.
Diperjalanan
pulang, hans dan rena harus menghadapi sang kodok yang mencari makan, kodok itu
menjulurkan lidahnya tertuju pada hans dan rena, namun hans dan rela selalu
bisa mengkelit dari lidah panjang sang kodok, hans dan rena berlari menuju
semak-semak agar kodok tak menemukannya. bahaya yang mereka hindari namun
mereka malah menemukan bahaya yang lebih besar lagi, para serangga kelaparan
mengejar hans dan rena, sampai-sampai mereka berdua ketakutan dan kwalahan, namun
bahaya yang dihadapi dapat mereka hindari, yang pada akhirnya masuk keistana
dan tandanya bahwa mereka berdua sudah selamat dari bahaya.
“ada
apa nak, kok kalian berdua kelihatan takut dan nafas kalian kayak gthu?”
ibunya
rena bertanya karena melihat hans dan rena lari terburu-buru masuk kedalam
istana.
“kami
dikejar serangga dan hampir ditangkap sama kodok”
Jawab
rena kepada ibunya.
“kami
gak apa-apa buk, kami bisa meyelamat kan diri dari mereka dan cepat-cepat masuk
istana ini, kalau tidak kami bisa dimangsa”
Jawab
hans.
Post a Comment
komentar anda sangat berarti bagi kami, terima kasih telah membaca blog Rantauan Lombok Merantau