Salah satu dampak negative bagi rakyat yang bisa
terpengaruh dengan janji para calon, baik dari tingkat bawah sampai tingkat
atas adalah hilangnya rasa amanah yang sudah didapatkan. Para calon yang sudah
terpilih merasa bahwa apa yang dijanjikan sudah mereka berikan sebelum mereka
terpilih. Misalnya dengan bantuan-bantuan materi maupun bantuan-bantuan yang
bersifat pisik. Pemberian itu pun menjadi tolak ukur bagi para pemenang untuk
melancarkan misi selanjutnya. Entah itu misi secara pribadi maupun misi untuk
mempertahankan kedudukan sebagai calon pemenang. Ada beberapa bagian yang saya
pelajari selama ini dalam melihat rakyat sebagai calon pemilih, antara lain;
A. Pemilih yang kalah.
Rakyat
adalah sumber kemenangan bagi para calon, baik dari tingkat bawah sampai
tingkat atas, tanpa rakyat maka calon tidak bisa menang dan tidak bisa menjadi
wakil dari rakyat. Pemilih yang kalah adalah pemilih yang tidak dapat apa-apa
dari sang calon, biasanya pemilih ini dengan gencarnya mencari simpati calon
dan mendukungnya secara penuh agar mendapatkan imbalan sesuai dengan hasil
kerjanya. Sosialisasi terus dilakukan sebagai bukti bahwa dukungannya adalah
yang utama tanpa berpikir tentang imbalan yang akan didapatkannya.
Update
informasi menjadi bagian terpenting agar tidak ketinggalan informasi, namun
ketika calon yang diunggulkan telah menang dan imbalan tidak didapatkan,
pemilih ini kecewa dan merasa bahwa pejuangannya sia-sia. Apa yang diharapkan
tidak sesuai kenyataan. Sehingga caci maki terhadap calonnya yang telah menang
selalu terlontarkan. Dan untuk pemilihan tahun selanjutnya pasti akan
memusuhinya. Pemilih yang seperti ini bukan hanya merugikan rakyat yang lain
melainkan telah merugikan dirinya sendiri. Sehingga salah satu alasan calon
yang sudah terpilih hilang amanahnya adalah pemilih yang seperti ini.
B. Pemilih yang menang.
Pemilih
yang menang adalah pemilih yang mendapatkan imbalan sesuai dengan hasil
kerjanya. Jika kerja sedikit maka imbalannya pun sedikit, namun jika kerja
banyak untuk mendapatkan suara maka imbalannya pun banyak. Pemilih yang seperti
ini persis sama dengan pemilih yang kalah namun bedanya hanya pada imbalan yang
didapatkan. Tentu saja bahwa pemilih seperti ini juga akan merugikan diri
sendiri dan rakyat banyak. Jika salah milih maka semuanya akan mejadi salah. Dan
alasan yang kedua bagi para calon pemenang adalah pemilih yang seperti ini.
imbalan sudah didapatkan sehingga pemenang berhak melakukan apa saja yang
diingikan agar mendapatkan kekuatan penuh untuk pemenangan pemilihan
selanjutnya maupun melanjutkan misi untuk mengembalikan nilai mata uang yang
telah dikeluarkan sebelumnya.
C. Pemilih netral.
Pemilih
netral adalah pemilih yang biasa-biasa saja. Tidak menjadi pemilih yang kalah
dan pemilih yang menang. Karena pemilih yang netral hanya melaksanakan
kewajibannya sebagai seorang rakyat (wajib memilih). Tidak peduli siapa pun
yang menang namun memilih dengan hati nurani, biasanya para pemilih yang
seperti ini melihat calon dari media dan gaung namanya dimasyarakat. Pemilih yang
seperti ini selalu berhati-hati dalam memilih, mereka berharap jangan sampai
calon yang dipilih meninggalkan amanah yang diberikan, kesejahteaan rakyat
menjadi utama dalam pikiran sempitnya. Namun alasan yang memiliki persen paling
banyak dalam meninggalkan amanah adalah pemilih yang seperti ini.
Rakyat
memang memiliki keunikan dalam memilih, berbagai macam cara dilakukan tanpa
berpikir bahwa itu adalah yang terbaik. Sehingga para calon bertindak dengan
kekuatan yang sudah didapatkannya, tidak berpikir lagi dari mana mereka
berasal, oleh siapa dan untuk siapa mereka bertindak, sehingga banyak para
pemenang terhipnotis dengan uang merah dan hijau serta menjadi tersangka kasus
korupsi, dan ini sudah terbukti dengan banyaknya para pemenang yang telah
menyalahgunakan kekuasaanya sebagai lading yang subur dalam menanam padi.
Post a Comment
komentar anda sangat berarti bagi kami, terima kasih telah membaca blog Rantauan Lombok Merantau