Mungkin aku adalah burung yang memiliki sayap
yang sakit, rontok dan tak bisa terbang dengan bebas mengitari bumi dengan
gagah. Menjelajahi samudra luas dengan penuh kebanggaan, hinggap pada
pohon-pohon yang menjulang tinggi. Sayap ku rusak dan tidak bisa diperbaiki,
dijahit pun tetap tidak bisa kembali seperti semula, entah sampai kapan sayap
ini kembali tegar dan mengibas dengan kokoh. Ingin rasanya terbang walau hanya
sejenak melihat keindahan alam dari titik yang tinggi dan mengabadikannya
sebagai anugrah terindah yang diberikan oleh Allah SWT.
Kini, hanya tetesan air mata melihat nasib sayap
yang begitu menyedihkan, terkulai lemas tak berdaya, terkapar pada lantai yang
kotor dan dihinggapi kuman-kuman perontok tulang. Ku coba bangkit walau sedikit
demi sedikit namun disaat aku bangkit, rasa sakit yang tak terhankan
mengalahkan keberanian jiwa yang membara. Burung-burung yang lain menari indah
dengan ketinggian yang menawan, gagah dan penuh dengan kekuatan (Fawer High), terbang mengitari alam dan
hinggap dengan membusungkan dada, semua burung berteriak memanggilnya penuh
dengan kekaguman. Para hewan liar bersembunyi takut akan sayap-sayap yang kokoh
dan paruh yang tajam, siap menerkam kapan saja.
Sedangkan aku hanya bisa melihat dari dahan yang
rendah dan tak mau memberikan aku tumpangan istirahat walau hanya sebentar, menjatuhkan
diri (patah) agar cengkraman kaki ku yang gemetar terlepas kemudian jatuh tak
berdaya dan hewan-hewan pemangsa siap menerkam aku kapan saja. Dan kini, aku
hanya menunggu keajaiban Tuhan sambil mengerakkan sedikit demi sedikit
sayap-sayap ku yang telah patah. Mencoba menyebuhkannya dengan sedikit semangat
dari sisa keberanian ku. hingga nanti tangan-tangan Tuhan mengerakkan dan
meniupkan obat yang akan membuat ku mampu terbang tinggi dan mengitari bumi ini
dengan sayap-sayap yang telah sembuh, menjelajahi samudra dengan penuh
keberanian dan kebahagiaan.
Catatan ku hari ini, tanggal 18/02/2013.
Post a Comment
komentar anda sangat berarti bagi kami, terima kasih telah membaca blog Rantauan Lombok Merantau