Satu tahun perjalanan kedepan akan menjadi moment
penting bagi bangsa indonesia, terutama para partai yang akan bertarung untuk
menunjukkan jati diri yang terbaik kepada rakyat, moment ini pun sangat berarti
bagi media sebagai pengntrol dan mempublikasikan kepada rakyat agar rakyat
tidak buta informasi. Sensasi-sensasi positif akan terus dilakukan agar memilih
dukungan yang banyak dan menjadi pemenang dipemilihan nantinya. Dengungan
partai menjadi tontonan yang menarik untuk mengetahui rancangan kedepan
terhadap bangsa indonesia agar rakyat tidak sengsara lagi oleh para koruptor
pengecut yang telah merugikan bangsa indonesia dan membuat rakyat semakin
menderita.
Saat ini, para pemain elit plitik sudah muncul
sebagai sosok pahlawan kesiangan, berdalih bahwa bangsa saat ini sedang
dirundung duka yang besar dan harus segera diselesaikan demi rakyat, rakyat
sudah lama merasakan luka dan untuk saat ini harus disembukan agar luka
tersebut tidak berlarut-larut, rakyat sudah lama bosan dengan segala tingkah
laku para penguasa yang tidak bertanggungjawab, setelah mendapatkan keuntungan,
mereka lari bagaikan kuda liar yang dikejar dan tidak mau meyerahkan dirinya
begitu saja. Namun setelah ditangkap mereka bagaikan ayam yang sudah tidak bisa
berkokok lagi, bungkam dan tidak mau mengakui kesalahan yang telah diperbuat.
Iming-iming yang ditebarkan saat ini bagaikan
uang yang ditabur dan direbut oleh setiap orang namun setelah mereka menjadi
pemimpin, mereka menaburkan duri sehingga rakyat semakin sakit dan tersiksa,
malah harus mati karena merasakan kelaparan yang begitu menyakitkan. Para TKI
dan TKW tidak pernah diperhatikan, mereka hanya memperhatikan hasil dari
keringat yang harus mereka teteskan, padahal seselum mereka terpilih, para elit
politik berani datang kekandang ayam agar mendapatkan simpati dan dukungan,
karena tanpa ia berbuat seperti maka rakyat tak akan pernah memilihnya.
Hembusan “rakyat sudah pinter dan tidak bisa dibodoh-bodohi” hanyalah sebuah
hembusan belaka, mereka hanya saja mampu menjadi provokator ulung agar rakyat
terdiam dan merasa tersanjung dengan bahasa manis para politikus berdasi.
Satu tahun kedepan adalah masa-sama sensasi luar
biasa yang akan bergeming, bagaikan alunan nada musik dangdut Julia perez (Belah
Duren), mereka turun untuk menari, bertarung untuk memberikan tarian
yang terhebat sehingga rakyat bersorak dengan gembira. Rakyat yang sudah
dikatakan pinter pun harus tergiur dan terhipnotis dengan tarian-tarian bahenol
yang dimainkan. Pencitraan baik terhadap partai akan terus dilakukan demi
mengharapkan dukungan, memohon dengan intelektual sopan agar terlihat lugu dan
baik hati, isu-isu baru (saling menjelekkan) akan muncul kepermukaan dan pahlawan
(partai) kesiangan akan muncul sebagai solusi yang hebat dalam pandangan
masyarakat indonesia, bahwa partai dan calon inilah yang mampu membawa rakyat menjadi
lebih baik.
Kesimpulan yang bisa diambil dari tingkah laku
partai politik dalam perjalanan satu tahun kedapan adalah kepentingan partai
lebih diutamakan dari permasalahan rakyat yang sudah lama mengeluarkan air mata
darah. Kemenangan partai dalam mengambil hati rakyat akan menjadi rencana yang
matang dalam menghadapi pemilu tahun depan. Karena jika tidak seperti ini maka
partai tidak akan mendapat suara dari rakyat. Namun setelah itu berakhir maka
akan berakhir pula pendekatan terhadap rakyat, mereka tinggal menata partai
menjadi partai yang lebih unggul dan menguras segala sesuatu yang bermanfaat
bagi kepentingan partai untuk pemilihan selanjutnya.
Terus, kapankah demokrasi yang sesungguhnya
muncul sebagai tonggak pemilihan pemimpin bangsa yang berkeadilan social bagi
seluruh rakyat indonesia? apakah disaat mau kiamat atau akan terus seperti ini?
Wait And See.
Post a Comment
komentar anda sangat berarti bagi kami, terima kasih telah membaca blog Rantauan Lombok Merantau