“ada keramaian maka akan ada pengamen” hal
tersebut adalah satu yang tidak bisa lepas. Namun ada juga yang tidak ada
pengamennya, seperti; diskotik dan tempat-tempat yang memang memiliki
pengamanan yang ketat terhadap pengamen, namun jika situasi rame dan bebas maka
akan wajib ada pengamen, jadi siap-siap saja bawa uang recehan, agar tidak
repot. Jika tidak maka ketika anda menemukan pengamen yang betul-betul membuat
hati anda meraa iba, maka anda akan bingung mau ngasih apa? Karena mungkin uang
anda semuanya warna merah dan hijau
sehingga anda harus menahan rasa iba itu serta hanya bisa melihat kesedihan
diwajah pengamen tersebut. Namun banyak juga pengamen-pengamen yang terkadang
membuat jengkel karena tingkah laku yang begitu rock and roll sehingga tak ada
rasa kasihan sama sekali.
Malam itu adalah malam yang berbeda, kami
bertujuh dengan menggunakan tiga sepeda motor meluncur ke (Monumen Serangan
Umum 1 Maret 1949) yang biasa dikenal dengan sebutan BENTENG. Setelah kami
selesai parkir motor, kami berjalan menuju arah depan monument tersebut,
tiba-tiba kami melihat para pedagang asongan berlari kesana kemari kayak
dikejar pejaga keamanan malam, namun sebelum itu kami merasa heran karena kami
tidak melihat pengejaran sama sekali. Penjual sate yang sedang berlari kearah
kami membuat kami minggir dan semakin keheranan, setelah beberapa menit
ternyata memang benar bahwa mereka berlari karena dikejar penjaga keamanan
malam.
Kami pun melanjutkan melihat-lihat kondisi dan
mengambil beberapa potho yang menarik buat kami, salah satunya adalah kaki
raksasa yang berada dipinggiran jalan besar dan salah satu tempat pengamen
mengais rezeki dengan mental yang kuat seperti terlihat pada gambar dibawah ini.
dalam hati aku merasa bingung, apakah ada perbedaan antara ibu-ibu yang berlari
tadi yang sedang mencari rezeki dengan jalan halal dengan pengamen-pengamen dan
para pelukis tato yang juga mencari rezeki dengan jalan halal. Namun pikiran
itu aku buang jauh-jauh dan berkata bahwa ini sudah biasa terjadi jika dalam
keadaan lapar dan tidak bisa beli rokok atau memang ini sudah kewajiban penjaga
malam untuk mengamankan kondisi.
Setelah mengambil beberapa potho yang menarik
sambil narsis, kami masuk kedalam monument untuk melihat lebih dekat lagi serta
berpotho lebih narsis lagi. Beberapa gambar pun sudah tersimpan didalam memori
dan kami duduk-duduk sambil melihat beberapa anak muda sedang bermain sepeda
skyboard, sebuah permainan yang asik namun terlihat hanya-hanya itu saja dan
tidak ada gaya lain yang lebih menarik.
Selang beberapa menit kemudian datang seorang
bapak-bapak penjual kopi, “mas…,mas…, beli kopi agar ada peneman yang asik?”
kata bapak itu kepada salah satu rombongan anak muda disampaing kami. Namun mereka
tidak membeli dan berjalan kearah kami. Namun sebelum ia menawarkan kami sudah
duluan memanggilnya karena kami ingin menghilangkan rasa ngantuk yang
menghampiri. “pak kopinya pak?” kata salah satu temen saya. Bapak itu pun duduk
dan menyiapkan empat gelas kopi. Inilah gambar bapak sang penjual kopi
tersebut.
Hidup bukanlah semata-mata untuk melihat dunia
dan menjadi orang yang tersukses dan terkaya sehingga bisa melakukan apa saja
yang kita inginkan, hidup hanyalah sebuah pelajaran tentang dunia dan memaknainya
dengan jalan agama agar kita tidak menyesal pada akhir yang kekal. Menggapai kesuksesan
hanyalah agar kita lebih bersyukur dan tidak menjadi orang sombong, karena
bagaimana pun anda hebat, anda pasti akan berbaring ditanah dengan menggunakan
kain kafan putih yang suci. Maka kita patut berdo’a “ya Allah, jika Engaku
mentakdirkan hamba menjadi orang yang sukses maupun tidak maka janganlah Engkau
tanamkan rasa sombong didalam diri hamba…”
Post a Comment
komentar anda sangat berarti bagi kami, terima kasih telah membaca blog Rantauan Lombok Merantau