Suatu
negara bangsa tetap mampu bersaing, para pemimpinnya (aparatur negara) harus
menciptakan suatu bangunan sosial yang mampu menghasilkan modal intelektual
atau kekuatan pikiran. Kepemimpinan aparatur negara akan menjadi mata uang Abad
ke-21. Kita harus menginvestasikannya dengan bijak bagi
generasi sekarang dan masa datang. Para pemimpin harus bersedia berbagi
semangat dan keahlian yang dimiliki dalam memberdayakan orang lain, supaya menjadi
pemimpin yang efektif. Para pemimpin aparatur negara, sebaiknya dapat menjadi
inspirasi bagi anak buahnya khususnya dan masyarakat pada umumnya, sehingga
mampu memicu dan memacu potensi manusiawi mereka yang besar, menantang gagasan konvensional,
mengambil resiko dalam upaya mengejar sasaran dan impian, menciptakan
antusiasme kesempurnaan, dan memfokuskan diri pada visi yang memimpin organisasi
maupun negara kita serta merangkul umat manusia.
Kunci
paradigma baru kepemimpinan aparatur negara adalah, kepemimpinan yang transformasional,
transaksional, resonan dan memiliki jiwa pelayanan kepada masyarakat serta
keberanian untuk hidup berdasarkan visi yang kuat. Salah satu tema visi yang
paling sering dijumpai, yaitu membuat perbedaan. Hal lain yang tidak kalah penting
adalah serangkaian harga diri, nilai-nilai yang di dasarkan pada standar
kesempurnaan tertinggi yang mungkin diraih. Sebagian nilai yang paling memiliki
sifat pemberdayaan diri adalah integritas, kejujuran, kepercayaan, sikap
optimis, tanggung jawab pribadi, menghormati semua orang, dan terbuka terhadap perubahan.
Nilai-nilai ini membawa dampak mendalam terhadap kesehatan, kemakmuran, dan kesuksesan
hidup kita.
Masalah
yang menghadang hampir semua pemimpin di masa mendatang adalah bagaimana mengembangkan
arsitektur social organisasi mereka, sehingga dia sungguh mampu menciptakan
modal intelektual. Pada kebanyakan organisasi termasuk organisasi pemerintah,
tidak memiliki cara untuk mengukur apa yang disebut sebagai modal intelektual.
Tetapi, apabila kita menanyakan orangorang di berbagai organisasi mengenai
seberapa besar pikiran mereka dimanfaatkan dalam tugastugasnya, jawaban
standarnya kirakira 20 persen. Karena itu, apabila kita menambahkan 10 persen
saja kepadanya, coba bayangkan akan seperti apa organisasi-organisasi kita.
Apa
yang harus dipelajari untuk dilakukan oleh para pemimpin adalah mengembangkan
arsitektur sosial yang mendorong orang-orang yang amat cerdas, yang kebanyakan memiliki
ego yang besar untuk bekerja bersama dengan berhasil, dan memanfaatkan
kreativitas mereka sendiri. Karena itu, tantangan besar bagi para pemimpin di
Abad ke-21 adalah bagaimana membebaskan kekuatan pikiran dari organisasi mereka.
Saya kira, ini merupakan tantangan yang mendasar dan cukup berbeda dari
tantangan yang dihadapi oleh para pemimpin Abad ke-21.
Lebih
dari itu, mengingat untuk membangun kepemimpinan yang berbasis pelayanan selain
menuntut cukup banyak persyaratan, juga melalui suatu proses panjang. Paradigma
lama yang ingin cepatcepat mendudukan seseorang menjadi pimpinan, tetapi tidak mempertimbangkan
kualifikasi dan kompetensinya, hanya akan menghasilkan para pemimpin yang tidak
memiliki kepemimpinan yang dibutuhkan organisasi. Masa sekarang cukup banyak
pemimpin tetapi sulit mencari sosok pemimpin yang memiliki kepemimpinan dengan
persyaratan sebagai telah dikemukakan (transformasi, transaksional,
resonan/primal, dan berhati pelayanan). Dengan kata lain, kita sedang
menghadapi krisis kepemimpinan aparatur negara yang sudah pada tingkat
membahayakan.
Belajar
dari pengalaman negara dan bangsa lain yang telah berhasil dan maju berkembang,
maka sudah saatnya kita menyiapkan kader bangsa untuk pemimpin masa depan.
Masalah pemimpin tidak hanya sekedar melalui pilkada dan sejenisnya, yang perlu
dilakukan adalah apakah para pemimpin yang mengikuti kontes tersebut sudah dipersiapkan
dengan baik. Sudah cukup lama masyarakat mengalami penderitaan sebagai akibat
para pemimpin yang tidak memiliki hati memberikan pelayanan dan kasih kepada
masyarakat. Mengingat membentuk sosok kepemimpinan yang kita harapkan, memerlukan
suatu proses maka penyiapannya harus benar-benar baik dan direncanakan dengan mantap.
Salah satu instrumen yang handal adalah melalui jalur pendidikan, yang didukung
oleh tingkat kesejahteraan, ekonomi, kesehatan, kenyamanan serta keamanan yang
mantap. Dengan kata lain, membangun ke pemimpinan nasional menuntut komitmen
pribadi, organisasional dan sosial yang tinggi dari semua pihak.
Kita
harus yakin bahwa bangsa Indonesia yang telah teruji melalui masa perjuangan
melawan penjajah dan krisis yang lain, harus mampu juga membangun paradigma baru
kepemimpinan aparatur negara demi bangsa dan negara yang aman, makmur dan
berkeadilan. Dengan demikian paradigma baru kepemimpinan aparatur negara adalah,
kombinasi dari konsep kepemimpinan transformasional, transaksional, resonan,
memiliki jiwa pelayanan kepada masyarakat serta keberanian untuk hidup
berdasarkan visi yang kuat yang dilengkapi keunggulan prima (superleadership) dan
mampu mengelola beragam budaya (multicultural leadership), yang diharapkan
mampu hidup dan berkembang serta eksis dalam lingkungan yang hiperkompetisi.
Untuk
dapat berada dalam barisan kader pimpinan bangsa yang handal dan terpercaya,
terdapat sejumlah persyaratan lain kompetensi kepemimpinan aparatur negara
disamping berbagai kemampuan profesional berupa knowledge, technical know-how,
dan managerial know-how, yaitu konsistensi perilaku berupa komitmen dan kemampuan
menerjemahkan falsafah hidup negara bangsa menjadi sikap hidup dan cara hidup
individual, serta kebijakan-kebijakan institusional dalam sistem, proses, dan
kebijakan-kebijakan pemerintahan dan pembangunan, dalam perjuangan mewujudkan
cita-cita dan tujuan berbangsa dan bernegara.
Post a Comment
komentar anda sangat berarti bagi kami, terima kasih telah membaca blog Rantauan Lombok Merantau