Saturday, January 25, 2014

0 Komunikasi Anak dengan Orang Tua






 
Salah satu sifat manusia yang tak bisa dipungkiri adalah keinginan yang tak pernah puas (berubah-ubah) baik ditinjau dari ekonomi, hubungan seks, maupun kebutuhan-kebutuhan hidup yang lainnya. Berdasarkan hal tersebut menjadikan manusia selalu beruha mendapatkan segala sesuatu yang menjadi kebutuhan bahkan dengan menggunkan segala cara agar keinginan tersebut dapat tercapai dengan baik walau tidak maksimal.


Secara mendasar kebutuhan hidup itulah yang membuat manusia berubah-ubah, terkadang berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain demi memenuhi kebutuhan hidup secara normal, yang dimana hal ini diartikan sebagai transmigrasi, baik melalui pemerintah maupun keinginan pribadi untuk menemukan hidup yang lebih baik. Pemenuhan kebutuhan hidup, baik makanan maupun kebutuhan yang lainnya, tentu saja tidak mudah dilakukan seperti membalikkan telapak tangan namun membutuhkan perjuangan yang keras bahkan harus banting tulang dari pagi ke pagi lagi.

Menikah bukan hanya sekedar melarikan anak gadis orang (tradisi lombok) atau melamar (tradisi jawa) namun memiliki pengertian luas, baik itu secara sederhana maupun secara luas. Menikah adalah bersatunya dua insan dalam ikatan suci atau menikah adalah mempertemukan dua buah keluarga dalam ikatan yang sama sehingga memiliki ikatan keluarga baru dalam kehidupan yakni keluarga perempuan dan keluarga laki-laki, sehingga tali silaturrahmi akan semakin meluas.

Komunikasi antara orang tua dengan anak harus dibangun secara harmonis untuk menanamkan pendidikan yang baik pada anak. Buruknya kualitas komunikasi orang tua dengan anak berdampak buruk bagi keutuhan dan keharmonisan keluarga. Seperti contoh, faktor penyebab anak kecanduan rokok sehingga mengakibatkan menjadi perokok aktif yang merupakan akibat dari buruknya komunikasi interpersonal yang terjalin dalam keluarga.

Bentuk-bentuk komunikasi dalam keluarga menurut Pratikto (dalam Prasetyo, 2000), salah satunya adalah komunikasi orang tua dengan anak. Komunikasi yang terjalin antara orang tua dan anak dalam satu ikatan keluarga di mana orang tua bertanggung jawab dalam mendidik anak. Hubungan yang terjalin antara orang tua dan anak di sini bersifat dua arah, disertai dengan pemahaman bersama terhadap sesuatu hal di mana antara orang tua dan anak berhak menyampaikan pendapat, pikiran, informasi atau nasehat.

Keluarga adalah sebagai suatu sistem yang terdiri atas individu-individu yang berinteraksi dan saling bersosialisasi dan mengatur. Keluarga merupakan tempat dimana sebagian besar dari kita mempelajari komunikasi. Definisi ini menekankan hubungan-hubungan interpersonal yang saling terkait antara para anggota keluarga, walau hanya berdasarkan pada ikatan darah atau kontrak-kontrak yang sah sebagai dasar bagi sebuah keluarga (Brommel, 1986).

Komunikasi yang berorientasi konsep adalah komunikasi yang mendorong anak-anak untuk mengembangkan pandangan dan mempertimbangkan masalah. Komunikasi yang berorientasi konsep lebih memperhatikan aspek fungsi dan mendorong anak menimbang semua alternatif sebelum mengambilan keputusan serta membiarkan anak berada dalam kontroversi dengan mendiskusikan permasalahan secara terbuka. Dimensi konsep ini mencerninkan diskusi terbuka dari permasalahan-permasalahan dan mempertanyakan pendapat orang lain. Dalam komposisi tinggi rendahnya kedua orientasi tersebut, baik sosial maupun konsep, maka melahirkan empat tipe pola komunikasi keluarga sebagai berikut;

Komunikasi keluarga dengan pola laissez-faire, ditandai dengan rendahnya komunikasi yang berorientasi konsep, artinya anak tidak diarahkan untuk mengembangkan diri secara mandiri, dan juga rendah dalam komunikasi yang berorientasi sosial. Artinya anak tidak membina keharmonisan hubungan dalam bentuk interaksi dengan orang tua. Anak maupun orang tua kurang atau tidak memahami obyek komunikasi, sehingga dapat menimbulkan komunikasi yang salah.

Komunikasi keluarga dengan pola protektif, ditandai dengan rendahnya komunikasi dalam orientasi konsep, tetapi tinggi komunikasinya dalam orientasi sosial. Kepatuhan dan keselarasan sangat dipentingkan. Anak-anak yang berasal dari keluarga yang menggunakan pola protektif dalam berkomunikasi mudah dibujuk, karena mereka tidak belajar bagaimana membela atau mempertahankan pendapat sendiri.

Komunikasi keluarga dengan pola pluralistik merupakan bentuk komunikasi keluarga yang menjalankan model komunikasi yang terbuka dalam membahas ide-ide dengan semua anggota keluarga, menghormati minat anggota lain dan saling mendukung.

Komunikasi keluarga dengan pola konsensual, ditandai dengan adanya musyawarah mufakat. Bentuk komunikasi keluarga ini menekankan komunikasi berorientasi sosial maupun yang berorientasi konsep. Pola ini mendorong dan memberikan kesempatan untuk tiap anggota keluarga mengemukakan ide dari berbagai sudut pandang, tanpa mengganggu struktur kekuatan keluarga.

Dari uraian tersebut diatas yang dimaksud pola komunikasi dalam penelitian ini adalah pola komunikasi yang sering dipakai terhadap penerapan fungsi sosialisasi keluarga dalam memperhatikan tumbuh kembang anak, yang meliputi, pola laissez faire, pola protektif, pola pluralistik dan pola konsensual. 

Salah satu contoh dari isu terbaru dimana diskomunikasi antara anak dengan orang tua “seorang anak kandung menuntut ibunya ke meja hijau” manisa adalah salah satu anak kandung dari ibu artija yang sudah berkeluarga, perkara dimulai ketika manisa melaporkan kakak kandungnya ismail dan keponakan syafi’I (anak ismail) kepada pihak kepolisian sektor sumbesari, jember, yang pada akhirnya pihak kepolisian menetapkan ismail, safi’I dan ibu artija (ibu kandung ismail) sebagai tesangka namun ketiganya tidak di tahan.

Post a Comment

komentar anda sangat berarti bagi kami, terima kasih telah membaca blog Rantauan Lombok Merantau

Simak juga Post Sarjana Muda 45 Minggu ini

Hidup hanyalah sekedar jalan-jalan untuk menikmati kehidupan, hidup hanyalah sekedar hembusan nafas untuk melangkah menikmati jeruji Tuhan, hidup hanyalah gambaran Tuhan akan kehidupan yang lebih abadi. Oleh karena itu…, tak perlu rebut, tak perlu risau, tak perlu bingung, tak perlu galau, tak perlu merasa tertipu, tak perlu merasa bahwa hidup ini tak adil, tak perlu memberontak, tak perlu bangga, tak perlu sombong. Yang perlu kita lakukan adalah menikmati setiap proses yang ada, karena proses akan menentukan bahwa jalan-jalan dibumi yang kita lakukan sukses atau gagal. (Surga ataukah Neraka).

Data Pengunjung

Popular Posts

My Archive RLM

 

Negara Pengunjung RLM


PUTRA NTB MENULIS
SEO Stats powered by MyPagerank.Net

Statistic RLM

LOGO

LOGO
PUTRA LOMBOK MENULIS "BATUJAI"

Translate