Berbagi cerita adalah hal yang menarik, apalagi
ketika kita memiliki pengalaman yang unik dan lucu bikin orang terbahak-bahak
hingga gak karuan dan tak sadar diri bahwa cerita anda membuatnya bahagia. Kebahagiaan
itulah nilai poin penting bagi kita. Karena sudah membuat orang tersenyum
dengan lepas. Sahabat-sahabat, inilah cerita lucu dan unik menurut saya, sebuah
cerita yang mungkin membuat anda tidak akan tertawa dan lucu namun pengalaman
ini membuat kami tertawa dan tak terlupakan.
Malam itu saya (han’s), ridho, toyib, eyik dan
saprin pergi ke took buku dekat taman pintar Yogyakarta. Kami ingin membeli
beberapa buku sebabagai bahan bacaan kami. Namun sebelum kami berangkat, mereke
berempat (ridho, eyik, toy dan saprin) berangkat duluan kesana. Karena aku
masih asik nulis dan memuka facebook dan beberapa halaman lain. Mereka makai
trans karena ongkosnya lebih murah dan tidak bikin kantong kering, karena bayarnya
hanya tiga ribu rupiah perorang. Selang beberapa puluh menit, saya mencoba
menelpon toy menanyakan apakah mereka sudah datang atau tidak. dan ternyata
mereka masih dalam perjalanan, mereka masih menunggu di halte 2b. halte yang
menuju malioboro dan sekitarnya.
Saya pun masih asik menulis dan membuka facebook
dan menulis status. Beberapa menit kemudian, saya menelpon toy lagi, menanyakan
apakah sudah datang atau belum. “haloo, ente sudah datang”, Tanya ku. “belum
boy, sebentar lagi, ente sudah jalan.” Jawabnya. “mau berangkat boy, oke dah, kita
ketemu ditempat biasa aja”. Saya pun keluar, berjalan menuju jalan besar. “Taxi”
saya memanggil taksi sambil melambaikan tangan ku. taxi pun berhenti dan
bertanya “mau kemana, mas”. “taman pinter pak”, jawab ku. supir taxi pun
menancap gas dan jalan. Setelah nyampai di depan taman pinter, saya turun dan
berjalan menuju toko buku dimana saya dan temen-temen saya janji ketemu
ditempat biasa.
Kami pun bertemu disana kemudian mencari
beberapa buku yang kami ingin beli. Berkeliling dari toko buku yang satu ke toko
buku yang lain. Menanyakan buku-buku yang ingin kami cari. Setelah selesai
mencari buku kami pergi mencari tempat nangkring yang asik (Nasi Kucing (nasi sedikit + sambal + 2 teri kecil))
itulah yang dinamakan nasi
kucing. Seperti biasa, aku hanya memesan teh hangat dan beberapa gorengan yang
ada. Karena saya sudah makan duluan di kos. Setelah selesai, kami pergi depan
benteng dan duduk sambil melihat kesekeliling. Dan yang tak lupa adalah rokok.
Kami bercanda dengan menggunakan bahasa sasak,
agar orang-orang tak mengerti apa yang kami tertawakan. Yang mereka hanya tahu
bahwa kami sedang tertawa. Beberapa lama kemudian, setelah menghabiskan satu
sampai tiga batang rokok. Ada pengamen yang datang sambil membawa gitar dan
yang satunya tak membawa apa-apa. Saya, ridho dan saprin yang duluan lihat,
cepet-cepet pergi karena males berurusan dengan pengamen. Sudah muda, tampang
rock n roll, eh jadi pengamen. Sedangkan toyib sama eyik asik dinyayikan dengan
lagu yang sangar. Sebernarnya mereka mau mengkelit juga, akan tetapi tak kuasa
karena sudah bernyanyi langsung didepannya. Kata orang kalau tidak dikasih dan
kita pergi begitu saja, maka kita akan dituruti terus sampai kita kasih uang.
Selang beberapa menit dari kejauhan saya melihat
bapak-bapak yang pernah ngamen didepanku dan selalu bilang “merdeka, walau
sudah merdeka namun mari kita katakana merdeka terus, merdeka”. Waktu itu aku
tertawa terbahak-bahak mendengar perkataan bapak bapak itu. Saat melihatnya,
aku langsung duduk agak jauhan dengan temen-temen ku. toyib, eyik dan aku duduk
bertiga sekitar sepuluh meter dari ridho dan saprin. Saprin sedang asik
menelpon dan ridho sedang asik baca sms. Dalam hati aku berguman. “kena dah
kalian berdua”. Dan aku tertawa sendiri.
Bapak-bapak itu menghampiri ridho dan saprin. Dengan
membawa sebuah peralatan ngamen yang terbuat dari kayu bambu dan piring batre (aku
gak tau sebutannya apa). Akan tetapi sahabat-sahabat pasti tau apa maksud ku.
ridho dan saprin pun tak bisa mengelak dan menatap bapak-bapak itu yang
berjenggot lebat dan selalu memakai topi. Bapak-bapak itu pun mulai bernyanyi
dan saya hanya tertawa melihat aura mukanya ridho dan saprin yang kelihatannya lagi
menahan tertawa namun takut menyinggung perasaan bapak-bapak itu. Toy dan eyik
yang tak tau apa-apa sebelumnya, akhirnya tertawa menahan perut. Kira-kira
begini nyanyian bapak-bapak itu.
Aku
punya anjing kecil
Ku
beri nama dogi
Dogi…..gu…gu…guk
Dogi…..gu…gu…guk
Ayo
lari…lari…
Merdeka…merdeka…sambil
memainkan alat musiknya. Dan mengulang sampai dua kali.
Saya, toyib dan eyik, tertawa bukan menertawakan
bapak-bapak itu, tetapi menertawankan raut mukanya ridho dan saprin yang leleh
menahan tertawa sampai-sampai perutnya dipegang. Setelah bapak-bapak itu pergi,
kami bertiga mendekati ridho dan saprin sambil bilang. Dogi gu…gu…guk, dogi gu…gu…guk
sambil tertawa, saprin dan ridho pun akhirnya melepas tertawanya dengan puas
dan kami tertawa bersama-sama membuat orang-orang disekeliling kami melihat kami
yang sedang tertawa terbahak-bahak.
Post a Comment
komentar anda sangat berarti bagi kami, terima kasih telah membaca blog Rantauan Lombok Merantau