Selamat pagi dunia, selamat pagi kawan-kawan
blogger, semoga hari-hari kawan-kawan semuanya hapy and sukses selalu dalam
berkarya. Hari ini adalah hari yang menyenangkan buat saya, tidak seperti pagi
biasanya, dibangunin oleh sang kekasih tercinta walau hanya lewat sms, selain
itu, saya juga bertemu dia lewat mimpi, pokoknya bahagia banget deh. Dengan harapan
semoga kebahagiaan ini selalu ada buat saya yang sedang merantau dipulau orang.
Tak ada aktivitas dan agenda yang menarik dipagi ini, selain beradu dengan laptop
sambil membuka pikiran seluas-luasnya, tentunya sambil sms-an dengan sang
kekasih tercinta (My HaniloQ).
Namun ada yang menarik bagi saya pagi ini, sms-an
sambil baca Koran Tribun Jateng tentang sebuah pemerkosaan yang dilakukan oleh siswa
SMP terhadap adik kelasnya dikantin, koran ini terbit pada tanggal 8 mey 2013. Uniknya
dalam pemberitaan ini adalah pengungkapan dari seorang Kasubag Humas Polres
Klaten, bahwa 51% pelaku kasus PPA yang ditangani oleh Polres Klaten merupakan
anak dibawah umur. Jika anda ingin membaca beritanya lebih lengkap, klik link
ini http://jateng.tribunnews.com. Bagi
saya pribadi, berita ini lebih memilukan lagi ketimbang berita tentang
perbudakan yang terjadi disebuah pabrik pembuatan panci di Kampung Bayur Opak,
Desa Lebak Wangi, Kabupaten Tangerang.
Generasi muda adalah generasi penerus bangsa,
generasi yang akan memberikan cermin kekuatan dan kehebatan bangsa indonesia di
mata dunia, tentu saja jika generasi bangsa indonesia cerdas-cerdas dan
berwibawa, namun inilah kenyataan yang dihadapi saat ini, bahwa generasi muda
telah terbawa arus oleh zaman, sebuah zaman yang banyak dikatakan oleh orang
bahwa zaman saat ini adalah zaman edan. Zaman yang mengkumandangkan zaman
kebebasan hawa nafsu, sehingga perzinaan terjadi dimana-mana, baik yang masih
belum terungkap dan yang sudah terungkap oleh media, dari kalangan orang tua, orang
dewasa sampai pada usia dibawah umur (anak-anak).
Pemberantasan perbudakan bisa saja diatasi oleh
pemerintah dengan sigap, cepat dan tepat namun apakah moral generasi bangsa
bisa diselamatkan dengan sigap, cepat dan tepat? Tentu saja ini adalah sebuah
pertanyaan besar bagi kita semua. terus, siapa yang bertanggung jawab? Jawaban saya
kali ini adalah orang tua. Karena tidak semua sisi permasalahan berasal dari
pemerintah walau pada dasarnya pemerintah tidak bisa memberikan yang terbaik
bagi generasi bangsa indonesia. orang tua adalah pendidik utama dan pertama
bagi anak, pengajaran yang baik untuk keselamatan ahlak sang anak adalah
tanggung jawab orang tua. Namun bagaimana zaman ini terkelola dengan baik agar
generasi muda tidak rusak adalah tanggung jawab pemerintah (orang tua 40%, lingkungan
35% dan pemerintah 25%).
Tidak hanya itu, penelusuran-penelusuran yang
dilakukan media, misalnya trans dan trans7 tentang fakta penjualan gadis dan
menjadikannya sebagi PSK membuktikan bahwa generasi muda indonesia saat ini
membutuhkan ketegasan orang tua dan pemerintah dalam menjaga perkembangan
generai muda selanjutnya. Sehingga pemerintah harus betul-betul melirik dan
menjamin perubahan generasi muda dengan cara;
1. Pendidikan yang berkwalitas,
2. Kesejahteraan sosial seperti yang tercantum
dalam pancasila, sila kelima,
3. Penyediaan lapangan kerja,
4. Penyediaan kesehatan yang berkwalitas,
5. Mewujudkan demokrasi yang seutuhnya,
Mohon maaf bagi kawan-kawan jika ada yang merasa
tersinggung dengan tulisan ini, saya yakin bahwa tidak ada orang tua yang
menginginkan anaknya terjerumus ke hal-hal yang tidak baik, namun terkadang
lupa atau lalai karena kesibukan, sehingga biasanya pembantulah yang mengurusi.
Padahal kasih sayang orang tua lebih jauh kehebatannya dari apapun namun bisa
saja terjadi sebaliknya dengan pertumbuhan zaman yang semakin hebat dan
kebutuhan hidup yang semakin menghimpit bahwa kasih sayang pembantu lebih jauh
hebat ketimbang orang tua.
Post a Comment
komentar anda sangat berarti bagi kami, terima kasih telah membaca blog Rantauan Lombok Merantau