Sumber Gambar; uranelowbet.blogspot.com
Terlihat tersudut dalam kebingunan, membisu
bagai dikejar hutang, lemah tak berdaya melihat realita kehidupan yang tak
karuan, sambil berguman ‘dunia sudah sempit’, Dengan wajah semeraut, kusam dan
penuh kegelisahan Bersandar pada tembok megah dibalik dinding-dinding hati
manusia yang sudah buta akan identitas. Berjalan tanpa batas, bergaul dengan
kebebasan yang diberikan sama Tuhan, tanpa mengenal kemana, dimana, sampia
kapan kebebasan itu direnggut. Apakah Tuhan tersenyum? apakah dunia menangis? Apakah
waktu sudah bersahabat?
Dan kini…, dibiarkan begitu saja berlalu tanpa
ada rasa takut dalam jiwa, hidup adalah hidup, hidup adalah mati, mati adalah
hidup semuanya pasti akan terjadi. Kini, apakah?
Gila dengan tatapan mata...?
Ataukah gila dengan akal
pikiran...?
biarlah semua berlalu dengan arti yang tak
dimengerti, hidup terkadang mudah, hidup terkadang bahagia, hidup terkadang
harus berbenturan dengan rasa emosi dunia yang tak karuan. Duduk termenung
bukanlah satu-satu alasan untuk merenung, duduk termenung bukanlah kepastian
akan kepasrahan, duduk memberi arti akan arti yang tak dimengerti, dengang
melihat aktivitas kontradiktif yang gila akan kemewahan dunia.
Kemunafikan
akan realitas kini telah menjadi tren, kesenangan, kebahagiaan, bahkan
diagung-agungkan karena membawa berkah kehidupan yang mewah. Kini…, hanya bisa
terdiam dengan sudut pandang yang rendah, tak berarti, tak memiliki makna,
karena semua sudah tidak berguna lagi. Mengurus dan diurus kini sudah menjadi
bagian yang tak lazim (kepentingan), karena mengurus dan diurus sudah ada porsi
dan keuntungan masing-masing. Kini…, biarlah dunia yang memutuskan dengan
tangan-tangan Tuhan sebagai pelaksana keadilan yang tak ada kepentingan. Karena
dengan begitu, maka kita akan mulai mengenal siapa diri kita yang dilahirkan ke
dunia ini?
“Selamat menikmati kehidupan”
Post a Comment
komentar anda sangat berarti bagi kami, terima kasih telah membaca blog Rantauan Lombok Merantau