Kemiskinan merupakan sebuah cerita yang tak
pernah usai, selalu menjadi sejarah yang mengharukan bagi Negara Indonesia,
kebijakan-kebijakan pro-rakyat demi membangun rakyat Indonesia yang mandiri
hanya sebuah dongengan suara merdu dan tinta hitam belaka, namun kenyataan yang
ada, Indonesia masih dibawah garis kemiskinan. Beberapa bulan yang lalu, Indonesia
mengucurkan dana bagi rakyat miskin, lewat BLSM pasca kenaikan harga BBM,
dengan harapan dan impian para pemegang kebijakan, rakyat miskin mampu berjalan
dan bertahan hidup diatas melonjaknya harga sembako. Selain itu, pemerintah
berharap pemberian BLSM tepat sasaran namun sayang, BLSM hanya sebuah
keuntungan semata yang dibanggakan oleh para pemuja uang.
Melihat fenomena media akhir-akhir ini, mungkin
bagi sebagian orang, tontonan-tontonan yang berganti setiap hari, itu sudah
biasa dan tidak ada masalah. Namun bagi sebagian orang termasuk saya semua itu
begitu ganjal, baik dari berita-berita yang disajikan, karena isu yang dibangun
selalu berubah-ubah sehingga tidak ada kejelasan dan keterbukaan yang rill
terlihat untuk masyarakat. Misalnya, beberapa minggu yang lalu, ketika masih
dalam keadaan atau suasa puasa, ketua KPK (Abraham Samad) membuat statement tentang
kasus hambalang yang akan segera diselesaikan, bahkan orang-orang yang terlibat
dalam kasus ini akan segera dijerat setalah lebaran ini. Ketua KPK dengan tegas
tanpa ada rasa takut sedikitpun meminta dukungan penuh masyarakat Indonesia agar
kasus hambalang yang merugikan Negara dan rakyat tersebut dapat segera
dituntaskan.
Tidak hanya itu, banyak kasus-kasus korupsi yang
lebih besar lagi masih tersembunyi. Rakyat Indonesia dinina-bobokkan dengan
kasus kasus yang hal tersebut dianggap penting dan rakyat Indonesia harus
mengetahuinya sehingga kasus-kasus korupsi tertutup dan tidak dapat
diselesaikan sesuai dengan janji para pemegang kebijakan. Sehingga rakyat
terdoktrin dengan sibuknya agenda pemerintah demi mengamankan Negara ini,
padahal hal tersebut hanya sebuah mainan atau drama yang sedang disajikan dan
diperuntukkan bagi rakyat.
Tertangkapnya kepala SKK migas adalah salah
bukti pengalihan isu oleh pemerintah untuk meredam keadaan sehingga para
penghabis uang Negara atau rakyat (koruptor) dengan bebas berkeliaran dan
memberikan mereka kesempatan untuk memperkuat diri. Sungguh jauh berbeda ketika
tertangkap basahnya kepala SKK migas atas menerima suap dengan koru'ptor-koruptor
yang menghabiskan uang Negara seperti kasus hambalang, bank century dan yang
lainnya. Jika kita berpikir secara sederhana “suap Vs koruptor” yang paling
membahayakan Indonesia adalah koruptor atau orang-orang yang menghabiskan uang Negara
atau rakyat demi kepentingan ekonomi pribadi. Namun alangkah baiknya jika kedua
hal tersebut tidak terjangkit pada pemerintah dan intelektual-intelektual hebat
yang ada di Indonesia ini.
Dari fenomena-fenomena yang ada saat ini, salah
satu yang dilupakan walau para pemegang kebijkan inget akan tugas tanggungjawab
mereka adalah kasus kemiskinan yang tak pernah dapat terselesaikan, pembangunan
yang didengung-dengungkan untuk kesejahteraan rakyat, ternyata menjadi penyakit
baru yang tidak bias dimunafikkan, pembangunan hanya menjadi keuntungan
segelintir orang dan bukan untuk rakyat miskin semata. Semakin banyak
pembangunan terjadi, semakin banyak rakyat yang harus berjuang hidup lebih
keras lagi, bahkan mereka harus tinggal ditempat yang tidak layak karena rumah
mereka digusur dan mereka harus tinggal diemperan took bahkan dimana pun badan
mereka bisa direbahkan.
BERSAMBUNG
Post a Comment
komentar anda sangat berarti bagi kami, terima kasih telah membaca blog Rantauan Lombok Merantau