Sumber Gambar; http://nefosnews.com
Ini adalah berita yang paling menarik dan
berbeda di tahun 2014 pra-pemilu, karena hal ini adalah menyangkut tentang kebutuhan
pokok wanita, di mana kebutuhan ini adalah kebutuhan wajib dan dipakai sehari-hari.
Inilah berita yang saya ambil dari salah satu media online.
NEFOSNEWS,
Jakarta – Bra lekat perempuan. Dulu, bra dibawa saat aksi protes
simbolisasi sikap pengecut dan penakut. Kini, bra dijadikan “hadiah” caleg PKPI
buat konstituennya. Politik makin absurd?
Indri
Yuli Harti, caleg Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI), mengaku sudah
membagikan 10 ribu bra bertuliskan namanya. Bra itu dibagikannya saat
bertemu para wanita di daerah Batang dan Pekalongan, Jateng. Tentu saja untuk
kepentingan sosialisasi partai atau kampanye.
Apa
yang dilakukan Indri ini tentu membuat takjub. Apalagi, bra selama ini juga
dijadikan simbol ejekan saat orang melakukan aksi unjuk rasa. Misalnya yang
dilakukan oleh para aktivis Komite Aksi Pemuda Antikorupsi (Kapak) pada 15
Februari 2009. Mereka memberi hadiah istimewa kepada Pansus Hak Angket
Pengusutan Kasus Bank Century DPR.
Para
wakil rakyat itu, menerima hadiah istimewa yang isinya sepasang bra dan g-string
merah di dalam map merah. Mengapa bra dan g-string dijadikan hadiah
istimewa?
Inilah
jawaban, Hendri Tri, salah satu aktivis Kapak saat itu. “Idrus Marham sebagai
Ketua Pansus tidak boleh diintervensi. Kalau sampai diintervensi, pakai saja
bra dan celana dalam ini.” Menurut Hendri, Pansus harus bekerja secara
independen dan tidak boleh diintervensi oleh pihak manapun.
Tak
hanya di Jakarta, di daerah, para pelaku demo juga membawa bra saat protes.
Contohnya Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang mengatasnamakan Forum Koalisi
Masyarakat Kediri (FKMK), di Jawa Timur. Mereka mengibarkan celana dalam dan
bra.
Demo
yang terjadi pada Desember 2009 silam itu, sedikitnya melibatkan 500 massa yang
kecewa dan menduga adanya korupsi pada pembangunan Monumen Simpang Lima Gumul
(SLG).
Aksi
massa ini dilakukan di area SLG dengan didahului upacara bendera singkat. Pada
saat itulah, massa mengibarkan masing-masing 4 CD dan bra untuk selanjutnya
dihormati. "CD dan bra, kan penutup kemaluan. Ini kami ambil sebagai
simbol, kalau memang penegak hukum sudah tidak bisa menegakkan hukum secara
baik, kenapa kemaluannya ditutupi? Karena sama artinya mereka sudah tidak punya
malu," kata Zamroni, koordinator aksi tersebut .
Belum lama ini, bra kembali dijadikan alat demo oleh ratusan pekerja perkebunan kelapa sawit PT Mitra Ogan yang mendatangi DPRD Ogan Komering Ulu (OKU), Sumatera Selatan, pada Senin (10/2/2014). Para lelaki itu melakukan aksi demo dengan memakai bra di dada. Mereka menuntut ke DPRD agar menekan perusahaan memberikan kepastian penerimaan karyawan yang tak kunjung direalisasikan.
Belum lama ini, bra kembali dijadikan alat demo oleh ratusan pekerja perkebunan kelapa sawit PT Mitra Ogan yang mendatangi DPRD Ogan Komering Ulu (OKU), Sumatera Selatan, pada Senin (10/2/2014). Para lelaki itu melakukan aksi demo dengan memakai bra di dada. Mereka menuntut ke DPRD agar menekan perusahaan memberikan kepastian penerimaan karyawan yang tak kunjung direalisasikan.
"Kami
serahkan bra ini kepada DPRD sebagai simbol anggota dewan banci dan tak
berwibawa lagi. Tidak berani membela rakyat, padahal tugasnya menyalurkan
aspirasi rakyat. Ini juga sebagai simbul hukum telah mati," kata Sakirin
Ketua Solidaritas Persatuan Buruh Remaja (SPBR) Mitra Ogan, di gedung DPRD OKU
(10/2/2014).
Dari
tahun ke tahun, agaknya simbol bra mempunyai makna tetap. Pengecut, penakut,
atau tak tahu malu.
Namun
kini, menjelang Pemilu 2014, bra tiba-tiba dimanfaatkan oleh seorang caleg
untuk menggaet hati para perempuan di daerah pemilihannya. Indri Yuli
Harti, caleg Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI), mengaku sudah
membagikan 10 ribu bra bertuliskan namanya, buat para wanita di daerah
Batang dan Pekalongan, Jateng.
Indri
beralasan, namanya akan mudah diingat dengan membagikan bra tersebut.
Harapannya, saat Pileg, masyarakat akan teringat dan mencoblos namanya.
Caleg
berwajah cantik ini pun bercerita, menggunakan bra sebagai alat kampanyenya
karena ketidaksengajaan. Saat itu, saat dia ingin membagikan barang-barang
seperti kerudung atau kebutuhan perempuan lainnya kepada konstituennya. Mereka
menanyakan apa saja barang yang dibawa oleh Indri. Spontan, Indri mengeluarkan
berbagai barang belanjaan di tasnya. Dan salah satunya terdapat bra.
"Terus
mereka langsung bilang, Ih mbak, saya juga mau dong dibawain bra," kata
Indri menirukan ucapan warga. Sejak itulah, Indri terpikir untuk
membagi-bagikan bra yang bertuliskan namanya.
"Pernah
juga saya bawain kerudung, tapi mereka kurang ingat. Ternyata mereka lebih
ingat kalau saya bawa bra. Memang tabu sih, tapi yang tabu kan hanya laki-laki.
Hingga saat ini, sudah membagikan sekitar 10 ribu bra," ujar Indri, caleg
dari Dapil Jateng X itu, di Kantor Pusat PKPI, pada Senin (10/2/2014).
Jika
dulu bra menjadi simbol kekecewaan terhadap anggota dewan yang dianggap gagal
menyalurkan aspirasi rakyat, kini justru sebaliknya. Bra dijadikan “sogokan”
oleh calon wakil rakyat, agar rakyat memberikan suara kepadanya. Politik memang
seringkali absurd.
Lalu
akankah “sogokan” bra bakal mengantar Indri Yuli Harti ke Senayan? Entahlah.
Hal yang pasti, bra bakal tetap berfungsi memperindah bagian tubuh terindah
wanita. (yt astuti/kukuh bhimo nugroho)
Sumber Artikel: http://nefosnews.com/post/berita-analisa/dulu-hadiah-bagi-pengecut-kini-bra-hadiah-kampanye
Post a Comment
komentar anda sangat berarti bagi kami, terima kasih telah membaca blog Rantauan Lombok Merantau