Teras Depan
Mengenal masa depan merupakan sisi yang harus dipelajari
bagi generasi muda indonesia dewasa ini, khususnya dalam memilih jurusan pada
perguruan tinggi. Karena masa depan yang lebih baik dengan jurusan pada
perguruan tinggi memiliki keterkaitan yang erat, di mana perguruan tinggi akan
mengantarkan generasi muda meraih impian atau cita-cita yang selama ini
diharapkan.
Dalam konteks sejarah kemerdekaan indonesia 1945
(pasca-kemerdekaan), indonesia membutuhkan para pendidik bangsa untuk mendidik
generasi muda dalam membangun indonesia yang lebih baik, terutama pada dunia
pendidikan, sehingga dunia pendidikan menjadi salah satu sektor yang harus
dikembangkan dan menjadi perhatian penuh guna pembangunan SDM untuk menghadapi
dunia globalisasi saat ini, dan hal tersebut terbukti dan bisa kita rasakan
saat ini.
Pada awal kemerdekaan indonesia, para pemimpin
bangsa indonesia menjadikan pendidikan sebagai hak setiap warga negara, hal ini
dilakukan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan menjadikannya sebagai salah
satu tujuan nasional. Pada waktu itu, pemerintah berharap seluruh generasi muda
indonesia bisa merasakan sekolah, setelah sekian lama sekolah hanya
diperuntukkan bagi orang-orang tertentu, karena dampak dari penjajahan. Oleh sebab
itu, pemerintah melakukan berbagai macam pembenahan, sperti; penambahan jumlah
pengajar, pembangunan gedung sekolah, pengadaan alat-alat sekolah, dan lainnya.
namun, dunia pendidikan pada awal kemerdekaan, pembelajaran yang diperuntukkan
bagi setiap sekolah adalah ditekankan penanaman semangat nasionalisme dan
pembelaan terhadap tanah air.
Pendidikan modern di Indonesia dimulai sejak
akhir abad ke-18, ketika belanda mengakhiri politik “tanam paksa” menjadi
politik etis, sebagai akibat kritik dari kelompok sosialis di negeri Belanda
yang mengecam praktik tanam paksa yang menyebabkan kesengsaraan maha dasyat di
Hindia Belanda. Pendidikan “ongko loro” diperkenalkan bukan saja sebagai
elaborasi terhadap desakan kaum sosialis di negeri Belanda, namun juga didasari
kebutuhan pemerintah pendudukan untuk mendapatkan pegawai negeri jajaran rendah
di dalam administrasi pendudukannya. Pendidikan yang digerakkan oleh penjajah
belanda kamudian ditiru kembangkan oleh kaum nasionalis Indonesia.
Sejarah pendidikan di Indonesia modern dimulai
dengan lahirnya gerakan Boedi Oetomo di tahun 1908, “Pagoeyoeban Pasoendan” di
tahun 1913, dan Taman Siswa di tahun 1922. Perjuangan kemerdekaan menghasilkan
kemerdekaan RI tahun 1945. Soekarno, presiden pertama Indonesia membawa
semangat “nation and character building” dalam pendidikan Indonesia.
Di seluruh pelosok tanah air didirikan sekolah, dan anak-anak dicari untuk
disekolahkan tanpa dibayar. Untuk meningkatkan kualitas guru, didirikan
pendidikan guru yang diberi nama KPK-PKB, SG 2 tahun, SGA/KPG, kursus B-1
dan kursus B-2.[1]
Dalam sejarah diatas, sudah barang tentu dan
relavan bahwa cita-cita generasi muda pada saat itu adalah menjadi pengajar,
dokter, tentara dan lainnya, karena indonesia baru saja merdeka, dan banyak
memerlukan para tentara yang akan melindungi bangsa, dokter sebagai pemerhati
kesehatan, dan pengajar sebagai pendidik generasi muda. Akan tetapi, generasi
muda saat ini sebagai penerus bangsa perlu berbenah dan merefleksikan diri
untuk melangkah sebelum terlanjur berjalan di dunia pendidikan, dalam kaitannya
memilih jurusan yang terbaik untuk mengantarnya menjadi generasi muda yang
sukses dan menjadi kebanggaan orang tua, serta bangsa dan negara. Karena kita
masih bisa bertanya bahwa, relevankah cita-cita generasi muda indonesia dulu
dengan sekarang?
[1] Rianti Nugroho. Pendidikan Indonesia: Harapan, Visi,dan
Strategi, (Jogjakarta: Pustaka Pelajar, 2008), hlm. 15-16
Gambaran
Saya: Fakultas Dakwah dan Komunikasi IAIN Mataram[2]
Sumber Gambar; dakwahiainmataram.ac.id
Fakultas Dakwah dan Komunikasi adalah salah satu
Fakultas yang ada di IAIN Mataram, dengan jurusan; Komunikasi Penyiaran Islam (KPI),
Pengembangan Masyarakat Islam (PMI), dan Bimbingan Konseling Islam (BKI). Dengan
visi dan misi yang luar biasa dalam mencetak sarjana muda Fakultas Dakwah dan
Komunikasi.
Pada dasarnya dan banyak orang yang mengatakan
bahwa; jurusan hanyalah pengantar, yang terpenting adalah bagaimana mahasiswa
memahami jurusan sebagai pengantar untuk kesuksesannya. Karena ketika mahasiswa
tidak memahami jurusan yang diambil dalam membawanya menjadi mahasiswa yang
sukses, maka sama saja dengan mengharapkan ijazah tanpa memikirkan masa depan,
dan lebih baik pulang membantu orang tua untuk menanam padi di sawah.
Fakultas dakwah dan komunikasi merupakan
fakultas yang berbeda dari fakultas-fakultas yang lainnya, tidak hanya dari
nama fakultas yang berbeda, namun mata kuliah juga merupakan perbedaan yang
nyata, di mana perbedaan ini akan menggambarkan intelektual mahasiswa
masing-masing. Akan tetapi, hal ini bukanlah sebuah masalah yang harus
dibicarakan, dan diperdebatkan. Karena jurusan hanyalah pengantar, namun
kembali lagi kepada mahasiswa masing-masing.
Sumber Gambar; dakwahiainmataram.ac.id
Akan tetapi, saya ingin menceritakan pengalaman
penting selama saya menjadi mahasiswa Fakultas Dakwah Dan Komunikasi, dengan
jurusan Komunikasi Penyiaran Islam (KPI). Ketika saya masih menjadi mahasiswa,
saya sering membanding-bandingkan mata kuliah yang ada untuk merelevankannya
dengan dunia globalisasi dewasa ini, dari mata kuliah Fakultas Tarbiyah sampai
pada mata kuliah Fakultas Syariah. Tujuan saya adalah untuk mencari titik temu,
sejauh mana dunia pendidikan akan mengantarkan saya untuk menjadi mahasiswa
yang memahami tentang dunia globalisasi atau dunia saat ini secara universal.
Satu tahun dalam mempelajari itu semua, banyak
hal yang saya temukan, banyak perbedaan yang memiliki keunggulan dan kelemahan
masing-masing, dan hal tersebut tidak terlepas dari sikap mahasiswa yang
terkadang tidak memahami bahwa jurusan hanyalah pengantar. Namun yang membuat
saya bangga adalah mata kuliah Fakultas Dakwah Dan Komunikasi jauh lebih
relevan dengan dunia globalisasi dewasa ini. Namun sayang, mahasiswa terkadang
acuh terhadap hal tersebut, mahasiswa lebih mengedepankan sisi formalitas yang
pada dasarnya hanyalah mendapatkan gelas sarjana. Namun, saya juga tidak
munafik bahwa formalitas sangat penting untuk menunjang masa depan yang lebih
baik.
Tidak hanya berpatokan terhadap mata kuliah,
namun banyak panduan-panduan lain yang saya coba kombinasikan, membuat saya
merasa bahwa mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi memiliki nilai jual yang
sangat tinggi, nilai jual yang saya maksud tidak berpatokan pada materi,
melainkan pembinaan skill yang secara langsung oleh para dosen maupun secara
tidak langsung dari mata kuliah yang didapatkan.
Oleh karena itu, hal yang perlu diperhatikan
oleh Mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi IAIN Mataram, adalah; memahami
jurusan sebagai pengantar kesuksesan, jadikan mata kuliah yang ada sebagai
penantang produktif dalam memahami dunia globalisasi, serta tidak lupa akan
arti penting dari “berdialog secara langsung dengan orang-orang sukses”. Maka dengan
hal ini, saya yakin kualitas mahasiswa Fakultas Dakwah Dan Komunikasi akan
memberi arti penting bagi generasi emas NTB, khusunya bagi peningkatan
kesejahteraan masyarakat Lombok.
[2] Saya tidak mencoba untuk
membedakan kualitas Fakultas yang ada di IAIN Mataram. Namun hanya saja, apa
yang saya gambarkan ini adalah hasil dari pengalaman saya pribadi menjadi
mahasiswa Fakultas Dakwah Dan Komunikasi selama lima tahun setengah. Selama itu,
saya banyak membanding-bandingkan mata kuliah guna mendapatkan apa yang ingin
saya cari, ingin saya ketahui, dan ingin saya dapatkan dari hasil perbandingan
saya. Dan hasil yang saya dapatkan sungguh membuat saya bangga menjadi Mahasiswa
Fakultas Dakwah dan Komunikasi.
Post a Comment
komentar anda sangat berarti bagi kami, terima kasih telah membaca blog Rantauan Lombok Merantau