Salah satu fakta yang unik tentang indonesia
adalah rakyat yang menderita namun masih bisa membantu orang lain, mengajak
para sesamanya untuk terus berjuang dan pantang menyerah, hal inilah yang
kemudian menjadi sorotan utama media, dari awalnya hanya satu media kemudian
berbondong-bondong media lain meliputnya dengan detail, karena memang hal
tersebut dijadikan berita unik, bahkan dijadikan sebagai ajang award di
beberapa media tentang pahlawan berjasa yang ikut memberikan motivasi agar dapat
merasakan kesejahteraan bersama, dan ini terbukti bahwa hal tersebut merupakan
hal besar yang akan merubah ekonomi masyarakat. Dan hal uniknya dalam
pemerintahan adalah menjadikan momentum tersebut menjadi pelajaran berharga namun
tidak pernah diaplikasikan serta menjad pancingan untuk pemerintah agar mau
berbaik hati untuk kesejahteraan rakyat.
Misalnya; Kategori
Pemberdayaan Masyarakat (EULIS ROSMIATI), Kategori Pendidikan (SUGIYANTO), Kategori
Kemanusiaan (IRMA SURYATI), Kategori Lingkungan Hidup (SISILIA MBIMBUS) dan Kategori
Inovasi (Drg. ANTO BAGUS, Sp.Pro) dalam Peraih Liputan6 Awards 2012 sumber; (http://subsite.liputan6.com/liputan6awards/index.php?page=5). Salah satu alasan yang menarik bagi saya untuk
melihat realita ini adalah ternyata rakyatlah yang harus berjuang untuk dirinya
sendiri bukan pemerintah seperti yang dikatakan oleh DR. Ichsanuddin Noorsy dalam perbincangan di TVRI Nasional malam
selasa tanggal 13 mey 2013. Pemerintah seolah-olah tidak bisa menangis dan
tidak tahu cara menangis.
Coba deh anda buktikan, jika anda berhasil
menjadi penggerak dalam masyarakat dan membuahkan hasil yang lumayan walau
tidak maksimal dan apa yang anda lakukan terekspos oleh media maka siap-siaplah
masyarakat anda atau anda sendiri akan mendapat sorotan dari pemerintah bahwa
anda adalah pahlawan dalam menumbuhkan ekonomi masyarakat dan pemerintah tidak
akan bersusah payah untuk membuat masyarakatnya sejahtera. Yang artianya bahwa,
dewasa ini rakyat tidak membutuhkan tangan pemerintah melainkan keinginan kuat untuk
mencapai kemakmuran, namun pemerintah membutuhkan tangan-tangan masyarakat
untuk melakukan perubahan. Pemerintah seolah-olah hanya berkewajiban pada
pembangunan, baik itu jalan, pembangunan gedung-gedung mewah, tempat-tempat
wisata yang semua itu ada pulus (uang) untuk melaksanakannya. Karena pada
dasarnya pemerintah tidak mau rugi, jika merugi maka siap-siap semuanya akan
berubah, contoh kecil dengan menaikkan BBM namun memberikan uang kepada rakyat
miskin sebesar Rp. 1.800.000/tahun.
Salah satu sorotan media tentang hal ini adalah
masyarakat yang memiliki kekurangan (tuna rungu dan tuna-tuna lainnya), mereka
berjuang untuk mendapatkan masa depan, walau pada akhirnya akan ada bantuan
dari pemerintah ketika telah terekspos oleh media namun jika tidak maka tidak aka
nada penghargaan sama sekali. Contok yang lain; pemulung sampah (Mak Yati)
karena dengan perjuangannya untuk bisa berkurban dengan cara menabung selama kurang
lebih tiga tahun dan berhasil, mak Yati menjadi sorota utama seluruh media yang
ada. Mak Yati kemudian diundang di Hitam Putih Trans7 dan sejak itu mak yati
menjadi artis dadakan, sampai-sampai dibangunkan rumah.
Menteri Sosial Salim Segaf Al Jufri
mengatakan, Mak Yati seorang pemulung yang ikut berkurban pada Idul Adha 2012
lalu, harus menjadi contoh bagi masyarakat. “Kita harapkan Mak Yati bisa jadi
contoh saudara-saudara kita pemulung yang lain, asal punya kemauan pasti bisa
keluar dari kemiskinannya,” kata Mensos di gedung Kementerian Sosial di
Jakarta, Senin (18/2/2013), saat melepas kepulangan Mak Yati ke kampung
halamannya. Sumber; http://salam-online.com/2013/02/dibangunkan-rumah-dan-dapat-bantuan-modal-pemulung-yang-berqurban-2-kambing-akhirnya-pulang-kampung.html.
Ini adalah bukti bahwa
pemerintah memang tidak bisa menangis bahkan lupa bagaimana cara untuk
menangis. Ketika diberitahu oleh rakyatlah pemerintah bisa menangis dan tahu
bagaimana cara untuk menangis.
Post a Comment
komentar anda sangat berarti bagi kami, terima kasih telah membaca blog Rantauan Lombok Merantau