Bapak Elza Peldi Taher
Sumber Gambar; elzataher.blogspot.com
Manusia grobak adalah salah satu karya Elza Peldi Taher yang berbentuk puisi esai, sebuah puisi yang menyentuh dan akan membuat anda meneteskan air mata jika anda betul-betul merasi setiap kata-kata yang tersusun rapi dan mengandung arti yang mendalam dari puisi tersebut. Manusia Gerobak Vs Pasal 34 UUD 45, didiskusikan dengan menarik oleh stasiun televisi (TVRI) pada tanggal 13 mey 2013, dengan moderator Soegeng Sarjadi, DR. Ichsanuddin Noorsy dan Budiarto Shambazy dr KOMPAS serta bapak Elza Peldi Taher sendiri.
Luluh
lantak sudah kalbu atmo
Mulut
pun tiada terucap
Getir
terasa perih
Pedih
tak terhingga
Atmo
terus mengayunkan langkah kaki
Menyusuri
jalan ramai
Hiruk
pikuk tak dihiraukan
Dia
terus melangkah
Berselimut
sarung kumal
Digendongnya
jasad itu
Ditutup
rapi
Ditaruh
di depan dadanya yang datar kurus
Membawa
jenazah anak balita
Seperti
seorang bapak yang menuju tanah perkuburan
(Sumber;
http://elzataher.blogspot.com/)
Melihat
diskusi yang menarik itu, membuat saya terfokus dan tak ingin menonton film
barat yang lagi seru-serunya di trans, apalagi ketika melihat DR. Ichsanuddin Noorsy berbicara masalah manusia gerobak
dan mengkaitkan dengan pasal 34 UUD 45 yang berbunyi ”fakir miskin dan
anak telantar dipelihara oleh negara”, beliau mencoba mengkritik
pemerintah dengan begitu semangatnya sehingga saya merasa lebih semangat lagi
melihat beliau berbicara, apalagi ketika beliau mengatakan bahwa pasal 34 UUD
45 salah diterjemahkan dari
dulu oleh Pemerintah dan oleh hampir semua lapisan masyarakat, sampai ada
istilah Jaminan Sosial untuk rakyat miskin, dll.
Menurut beliau, baru Jokowi satu-satunya yang
melakukan jaminan kesehatan untuk rakyat miskin tanpa harus iyuran atau tanpa
melalui proses menjadi anggota asuransi. Begitu banyak perusahaan swasta saat
ini yang melakukan trobosan dengan mencoba memberian jaminan kesehatan,
kecelakaan, serta jaminan-jaminan yang lain, namun tidak semua rakyat miskin
bisa merasakan hal tersebut, alih-alih tidak punya modal untuk menjadi anggota
dari program tersebut. Tidak hanya itu, menurut DR.
Ichsanuddin Noorsy bahwa saat ini fakir
miskin dan anak telantar tidak lagi dipelihara oleh Negara melainkan
mereka harus memelihara diri mereka sendiri. Dan pasal ini jarang sekali
dibahas oleh pemerintah bahkan hanya sebagai pajangan UUD saja.
Berhenti di depan
sebuah stasiun kereta
Tanpa bekal uang
sedikit pun
Kereta rakyat,
kereta ekonomi
Bisa menumpang
tanpa bayar
Bisa duduk merdeka
diatas gerbong
Kereta itu akan
mengantarkan atmo
Ketempat tujuan
Atmo meraih jasad
putrinya
Diselimuti sarung
kumal
Lalu dibopongnya
Diraihnya tangan
mungil anak laki-lakinya
Gerobak yang setia
menemaninya
Ditinggalkan begitu
saja
Tak ada harta yang
berguna didalamnya
(Sumber; http://elzataher.blogspot.com/)
Harapan yang menarik yang saya dengar dari bapak Soegeng Sarjadi
tentang puisi esai manusia gerobak ini bahwa buku ini bisa menjadi oleh-oleh
untuk para pejabat dari tingkat desa sampai tingkat kota bahkan presiden sekalipun
agar kemiskinan dan anak-anak terlantar tidak ada lagi di indonesia yang makmur
ini, yang disesuaian dengan pancasila, sila kelima. Semoga tulisan ini
bermanfaat buat anda dan terutama buat saya pribadi sebagai bekal dalam
berjuang menggapai masa depan yang lebih baik. jika anda merasa tertarik dengan
puisi esai karya Elza Peldi Taher, segera cari di toko buku terdekat anda.
Hehehhehhehehe.
Post a Comment
komentar anda sangat berarti bagi kami, terima kasih telah membaca blog Rantauan Lombok Merantau