Monday, February 10, 2014

0 Gambaran Saya: Fakultas Dakwah dan Komunikasi IAIN Mataram






Teras Depan

Mengenal masa depan merupakan sisi yang harus dipelajari bagi generasi muda indonesia dewasa ini, khususnya dalam memilih jurusan pada perguruan tinggi. Karena masa depan yang lebih baik dengan jurusan pada perguruan tinggi memiliki keterkaitan yang erat, di mana perguruan tinggi akan mengantarkan generasi muda meraih impian atau cita-cita yang selama ini diharapkan.

Dalam konteks sejarah kemerdekaan indonesia 1945 (pasca-kemerdekaan), indonesia membutuhkan para pendidik bangsa untuk mendidik generasi muda dalam membangun indonesia yang lebih baik, terutama pada dunia pendidikan, sehingga dunia pendidikan menjadi salah satu sektor yang harus dikembangkan dan menjadi perhatian penuh guna pembangunan SDM untuk menghadapi dunia globalisasi saat ini, dan hal tersebut terbukti dan bisa kita rasakan saat ini.

Pada awal kemerdekaan indonesia, para pemimpin bangsa indonesia menjadikan pendidikan sebagai hak setiap warga negara, hal ini dilakukan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan menjadikannya sebagai salah satu tujuan nasional. Pada waktu itu, pemerintah berharap seluruh generasi muda indonesia bisa merasakan sekolah, setelah sekian lama sekolah hanya diperuntukkan bagi orang-orang tertentu, karena dampak dari penjajahan. Oleh sebab itu, pemerintah melakukan berbagai macam pembenahan, sperti; penambahan jumlah pengajar, pembangunan gedung sekolah, pengadaan alat-alat sekolah, dan lainnya. namun, dunia pendidikan pada awal kemerdekaan, pembelajaran yang diperuntukkan bagi setiap sekolah adalah ditekankan penanaman semangat nasionalisme dan pembelaan terhadap tanah air.

Pendidikan modern di Indonesia dimulai sejak akhir abad ke-18, ketika belanda mengakhiri politik “tanam paksa” menjadi politik etis, sebagai akibat kritik dari kelompok sosialis di negeri Belanda yang mengecam praktik tanam paksa yang menyebabkan kesengsaraan maha dasyat di Hindia Belanda. Pendidikan “ongko loro” diperkenalkan bukan saja sebagai elaborasi terhadap desakan kaum sosialis di negeri Belanda, namun juga didasari kebutuhan pemerintah pendudukan untuk mendapatkan pegawai negeri jajaran rendah di dalam administrasi pendudukannya. Pendidikan yang digerakkan oleh penjajah belanda kamudian ditiru kembangkan oleh kaum nasionalis Indonesia.

Sejarah pendidikan di Indonesia modern dimulai dengan lahirnya gerakan Boedi Oetomo di tahun 1908, “Pagoeyoeban Pasoendan” di tahun 1913, dan Taman Siswa di tahun 1922. Perjuangan kemerdekaan menghasilkan kemerdekaan RI tahun 1945. Soekarno, presiden pertama Indonesia membawa semangat “nation and character building” dalam pendidikan Indonesia. Di seluruh pelosok tanah air didirikan sekolah, dan anak-anak dicari untuk disekolahkan tanpa dibayar. Untuk meningkatkan kualitas guru, didirikan pendidikan guru yang  diberi nama KPK-PKB, SG 2 tahun, SGA/KPG, kursus B-1 dan kursus B-2.[1]

Dalam sejarah diatas, sudah barang tentu dan relavan bahwa cita-cita generasi muda pada saat itu adalah menjadi pengajar, dokter, tentara dan lainnya, karena indonesia baru saja merdeka, dan banyak memerlukan para tentara yang akan melindungi bangsa, dokter sebagai pemerhati kesehatan, dan pengajar sebagai pendidik generasi muda. Akan tetapi, generasi muda saat ini sebagai penerus bangsa perlu berbenah dan merefleksikan diri untuk melangkah sebelum terlanjur berjalan di dunia pendidikan, dalam kaitannya memilih jurusan yang terbaik untuk mengantarnya menjadi generasi muda yang sukses dan menjadi kebanggaan orang tua, serta bangsa dan negara. Karena kita masih bisa bertanya bahwa, relevankah cita-cita generasi muda indonesia dulu dengan sekarang?


[1] Rianti Nugroho. Pendidikan Indonesia: Harapan, Visi,dan Strategi, (Jogjakarta: Pustaka Pelajar, 2008), hlm. 15-16


Gambaran Saya: Fakultas Dakwah dan Komunikasi IAIN Mataram[2]


Sumber Gambar; dakwahiainmataram.ac.id 



Fakultas Dakwah dan Komunikasi adalah salah satu Fakultas yang ada di IAIN Mataram, dengan jurusan; Komunikasi Penyiaran Islam (KPI), Pengembangan Masyarakat Islam (PMI), dan Bimbingan Konseling Islam (BKI). Dengan visi dan misi yang luar biasa dalam mencetak sarjana muda Fakultas Dakwah dan Komunikasi.

Pada dasarnya dan banyak orang yang mengatakan bahwa; jurusan hanyalah pengantar, yang terpenting adalah bagaimana mahasiswa memahami jurusan sebagai pengantar untuk kesuksesannya. Karena ketika mahasiswa tidak memahami jurusan yang diambil dalam membawanya menjadi mahasiswa yang sukses, maka sama saja dengan mengharapkan ijazah tanpa memikirkan masa depan, dan lebih baik pulang membantu orang tua untuk menanam padi di sawah.

Fakultas dakwah dan komunikasi merupakan fakultas yang berbeda dari fakultas-fakultas yang lainnya, tidak hanya dari nama fakultas yang berbeda, namun mata kuliah juga merupakan perbedaan yang nyata, di mana perbedaan ini akan menggambarkan intelektual mahasiswa masing-masing. Akan tetapi, hal ini bukanlah sebuah masalah yang harus dibicarakan, dan diperdebatkan. Karena jurusan hanyalah pengantar, namun kembali lagi kepada mahasiswa masing-masing.


Sumber Gambar; dakwahiainmataram.ac.id 



Akan tetapi, saya ingin menceritakan pengalaman penting selama saya menjadi mahasiswa Fakultas Dakwah Dan Komunikasi, dengan jurusan Komunikasi Penyiaran Islam (KPI). Ketika saya masih menjadi mahasiswa, saya sering membanding-bandingkan mata kuliah yang ada untuk merelevankannya dengan dunia globalisasi dewasa ini, dari mata kuliah Fakultas Tarbiyah sampai pada mata kuliah Fakultas Syariah. Tujuan saya adalah untuk mencari titik temu, sejauh mana dunia pendidikan akan mengantarkan saya untuk menjadi mahasiswa yang memahami tentang dunia globalisasi atau dunia saat ini secara universal.

Satu tahun dalam mempelajari itu semua, banyak hal yang saya temukan, banyak perbedaan yang memiliki keunggulan dan kelemahan masing-masing, dan hal tersebut tidak terlepas dari sikap mahasiswa yang terkadang tidak memahami bahwa jurusan hanyalah pengantar. Namun yang membuat saya bangga adalah mata kuliah Fakultas Dakwah Dan Komunikasi jauh lebih relevan dengan dunia globalisasi dewasa ini. Namun sayang, mahasiswa terkadang acuh terhadap hal tersebut, mahasiswa lebih mengedepankan sisi formalitas yang pada dasarnya hanyalah mendapatkan gelas sarjana. Namun, saya juga tidak munafik bahwa formalitas sangat penting untuk menunjang masa depan yang lebih baik.

Tidak hanya berpatokan terhadap mata kuliah, namun banyak panduan-panduan lain yang saya coba kombinasikan, membuat saya merasa bahwa mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi memiliki nilai jual yang sangat tinggi, nilai jual yang saya maksud tidak berpatokan pada materi, melainkan pembinaan skill yang secara langsung oleh para dosen maupun secara tidak langsung dari mata kuliah yang didapatkan.

Oleh karena itu, hal yang perlu diperhatikan oleh Mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi IAIN Mataram, adalah; memahami jurusan sebagai pengantar kesuksesan, jadikan mata kuliah yang ada sebagai penantang produktif dalam memahami dunia globalisasi, serta tidak lupa akan arti penting dari “berdialog secara langsung dengan orang-orang sukses”. Maka dengan hal ini, saya yakin kualitas mahasiswa Fakultas Dakwah Dan Komunikasi akan memberi arti penting bagi generasi emas NTB, khusunya bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat Lombok.




[2] Saya tidak mencoba untuk membedakan kualitas Fakultas yang ada di IAIN Mataram. Namun hanya saja, apa yang saya gambarkan ini adalah hasil dari pengalaman saya pribadi menjadi mahasiswa Fakultas Dakwah Dan Komunikasi selama lima tahun setengah. Selama itu, saya banyak membanding-bandingkan mata kuliah guna mendapatkan apa yang ingin saya cari, ingin saya ketahui, dan ingin saya dapatkan dari hasil perbandingan saya. Dan hasil yang saya dapatkan sungguh membuat saya bangga menjadi Mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi.

Post a Comment

komentar anda sangat berarti bagi kami, terima kasih telah membaca blog Rantauan Lombok Merantau

Simak juga Post Sarjana Muda 45 Minggu ini

Hidup hanyalah sekedar jalan-jalan untuk menikmati kehidupan, hidup hanyalah sekedar hembusan nafas untuk melangkah menikmati jeruji Tuhan, hidup hanyalah gambaran Tuhan akan kehidupan yang lebih abadi. Oleh karena itu…, tak perlu rebut, tak perlu risau, tak perlu bingung, tak perlu galau, tak perlu merasa tertipu, tak perlu merasa bahwa hidup ini tak adil, tak perlu memberontak, tak perlu bangga, tak perlu sombong. Yang perlu kita lakukan adalah menikmati setiap proses yang ada, karena proses akan menentukan bahwa jalan-jalan dibumi yang kita lakukan sukses atau gagal. (Surga ataukah Neraka).

Data Pengunjung

Popular Posts

My Archive RLM

 

Negara Pengunjung RLM


PUTRA NTB MENULIS
SEO Stats powered by MyPagerank.Net

Statistic RLM

LOGO

LOGO
PUTRA LOMBOK MENULIS "BATUJAI"

Translate