Sumber Gambar: haryono-id.blogspot.com
PEMILU 2014: Korupsi?
Kesejahteraan rakyat demi terwujudnya kemandirian
masyarakat Indonesia dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari adalah salah
satu tujuan utama setiap partai, para elit politik kembali turun gunung untuk
melihat kondisi rakyat dan membawa misi perubahan, tentunya perubahan akan
dilakukan ketika mereka terpilih menjadi pemimpin Indonesia. Hal tersebut,
sudah tentu rakyat Indonesia merasa bahagia dengan wajah yang berseri dalam
menyambut uluran suara yang keluar dari mulut para elit politik, namun kembali
lagi pada dua sisi yang selama ini terlihat dan terulang secara continue dalam beberpa pemilihan yang
sudah berlalu. Dua sisi ini adalah; pertama,
kebenaran ucapan. Kebenaran ucapan adalah aplikasi yang dikombinasikan dari
niat dan ucapan yang keluar setelah memberikan janji pra-pemilihan. kedua, kebenaran niat. Kebenaran niat
adalah kontradiksi antara ucapan dengan perbuatan yang diberikan setelah
pemilihan.
Kebenaran ucapan didasari oleh prinsif yang komitmen
dan sifat amanah yang dimiliki seseorang, baik dalam berjanji maupun yang
lainnya, karena janji bisa membuat orang menjadi benar dan bisa menjadi buruk
dimata orang lain. Selain itu, janji adalah hal yang harus dipenuhi sebagai
wujud dari ungkapan yang pernah diucapkan dan disepakati. Sehingga pada
dasarnya janji tidak boleh dilupakan atau diingkari, karena selain harus
dipertanggungjawabkan secara agama, juga harus dipertanggungjawabkan sebagai
mahluk sosial. Kebenaran ucapan inilah yang ditunggu-tunggu oleh masyarakat
Indonesia sebagai pemimpin yang amanah dan pro-rakyat. Kebenaran ucapan menjadi
standar penilaian yang lebih baik dari sekedar menebar uang namun hanya akan
menjadi masalah jangka panjang yang semakin rumit (korupsi, pro-pribadi atau
partai dan yang lainnya) sehingga rakyat kembali lagi harus menyesal memberikan
tanda tangan yang berharga dan ditandai dengan tinta hitam pada jari.
Salah satu yang berkaitan dengan kebenaran ucapan
adalah teori yang memandang jangka panjang lebih utama dibandingkan dengan
jangka pendek (Teori Mata). Teori Mata adalah sebuah perpaduan antara kenyataan
yang dilihat dengan presentasi kerja yang bersifat jangka panjang, yang
melibatkan unsur kesejahteraan bersama tanpa memandang status (miskin maupun
kaya), sehingga keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia dapat tercapai. Keadilan
yang memberikan pemahaman kepada seluruh rakyat Indonesia (tanpa terkecuali)
mengerti akan sisi-sisi yang berbeda dari setiap UU maupaun sisi-sisi
kemanusiaan sebagai mahluk sosial, sehingga rakyat tidak merasa terbelenggu
dengan kehadiran UU yang tidak dipahami dan penegak hukum yang terkadang
berteduh pada pohon yang rindang. Karena saya yakin bahwa ‘tidak semua
masyarakat Indonesia memahami UU RI’
Mungkin bagi anda Teori Mata adalah hal yang janggal
dan tidak pernah anda dengan selama ini, namun ada satu kenyakinan yang saya
percaya bahwa jika konsep ini lebih dipandang bagi setiap orang maka
kesejahteraan Indonesia dapat terwujud, sehingga kemiskinan, gelandangan dan
yang lainnya bisa dikurangi secara perlahan. Misalnya; salah satu harapan
bangsa adalah pemuda, karena ditangan pemuda bangsa menitipkan harapan besar
demi kemajuan dan kemandirian bangsa. Namun mari kita lihat bahwa bagaimana
bentuk pendidikan di Indonesia ini, baik dari proses pemberian nilai-nilai
serta karekter pemuda yang masih diragukan, misalnya pelecehan seksual yang
terjadi dewasa ini. Selain itu, bentuk fisik dan peralatan yang ada masih jauh
dari harapan bangsa Indonesia. Perbedaan begitu mencolok menjadi ciri khas bak
kubu-kubu yang slaing bertikai intelektual, pasilitasnya rendah ‘intelektualnya
juga rendah’, pasilitasnya cukup ‘intelektualnya juga cukup’. Dengan melirik
hal-hal sederhana ini, kita sudah bisa pastikan secara cepat bahwa “siapa yang
akan sukses dan siapa yang kembali pada identitas sebelumnya (orang tua)”.
Dengan demikian, teori mata bertolak belakang dengan
fenomena yang terjadi ditanah air kita sendiri, yakni masa depan jangka panjang
secara bersama walau pada esensinya masa depan jangka panjang tidak bisa
dirasakan oleh semua orang, namun paling tidak keberhasilan generasi bangsa
dalam memimpin Indonesia lebih baik dan tidak tumpang tindih. Karena Indonesia
bukan hanya milik pemegang kekuasaan sebagai pembuat kebijakan namun milik
setiap orang yang terdaftar sebagai warga Negara Indonesia. Lawan dari teori
mata adalah teori perut. Teori perut adalah perpaduan antara konsep dengan
kenyataan yang bertolak belakang dengan tujuan yang sesungguhnya, yakni jangka
panjang menjadi jangka pendek. Secara sederhana perut memiliki kondisi yang dibedakan
menjadi dua bagian, ‘lapar’ kemudian ‘kenyang’. Keduanya ini saling bergiliran
tanpa henti, jika sudah tidak bergilir lagi, sudah tentu orang yang tersebut
sudah tidak memiliki nyawa lagi. Inilah kemudian menjadi wajah Indonesia saat
ini, yakni ‘lapar, kenyang, lapar dan kenyang’ dan akan terus berjalan jika
kesadaran nyaris tidak dipikirkan.
Kebenaran niat merupakan hal yang tidak bisa
dipastikan, karena niat tidak bisa dibaca atau didenger oleh telinga orang lain
selain telinga diri sendiri. Tentu saja, ketika berada dalam kondisi yang
berbeda dari orang yang tidak mau merasakan perbedaan, terkadang niat tidak
selalu sama dengan ucapan yang dikeluarkan, khususnya dalam pemilu, karena pada
tulisan saya ini membahas tentang pemilu 2014. Niat adalah tolak ukur seseorang
dalam mencapai sesuatu, walau terkadang niat yang telah menjadi komitmen
berubah-ubah sesuai dengan keadaan yang dijumpai. Namun yang pasti, yang selalu
kita dengar adalah ketika bertanya seperti ini, apa niat anda mencalonkan diri
sebagai DPR RI? Jawaban positif pasti akan kita dapatkan, misalnya; saya ingin
merebut hak-hak rakyat yang selama ini tidak pernah didapatkan. Karena jawaban
negatif akan mengakibatkan secara pasti tidak akan lolos. Kondisi inilah yang
menjadi dilemma ketika seorang pemenang bertarung melawan niat awal yang mulia,
karena apa yang ditemukan dalam kursi DPR RI tidak sesuai dengan kombinasi bayangan
dan terkaan.
Bayangan dan terkaan umpama memegang sesuatu dengan
mata tertutup, misalnya; si A memberikan si B sebuah emas dengan besarnya
seperti ‘bola kasti’ dengan syarat bahwa ia harus menutup mata. Si A hanya
ingin mengetahui sejauh mana kemampuan si B dalam menjawab tanpa harus melihat.
Ketika si B disuruh menebak oleh si A. tentu saja akan menjawab seperti apa
adanya sesuai dengan terkaan si B, namun ketika matanya sudah terbuka, tanpa
disadari, niat akan muncul secara perlahan tanpa disadari oleh si A walau niat
itu dilakukan secara perlahan. Akan tetapi yang perlu diingat adalah niat tidak
selamanya buruk. Namun untuk menjadi niat yang baik, perlu menghadapi proses
yang terkadang merubah niat yang baik menjadi buruk. Akan tetapi niat buruk,
tidak akan pernah menjadi niat baik. dan sama halnya dengan menjadi calon DPR
RI atau yang lainnya. yang pada awalnya menganggap bahwa kursi DPR RI bisa
menjadi wadah dalam membangun masyarakat yang sejahtera namun terkadang bisa
menggerus seseorang menjadi koruptor.
Pertanyaannya
sekarang adalah apakah pemilu 2014 akan menghasilkan generasi baru yang anti
korup? Ataukah, koruptor akan semakin merajalela sehingga tidak mengenal kata
korup melainkan kata uang bersama? “Wait and See”
Ini akan menjadi sebuah tantangan yang harus
diperhatikan secara serius oleh masyarakat Indonesia, terutama bagi generasi
muda sebagai pengontrol yang berpihak pada masyarakat. namun, mari kita coba
melihat atau mengupas sejarah tentang bagaimana proses pemilu yang sudah lalu,
jikalau Suhardi (ketua umum partai gerindra) mengatakan bahwa ‘rakyatlah yang mengajarkan
para pembawa amanah menjadi koruptor’ (MetroTV, tanggal 13-11-2013, sekitar jam
19-an lebih). Namun pertanyaan saya, siapakan yang mengajari duluan, rakyat
ataukan elit politik?. Bersambung ke
bagian 2.
2 comments
apalagi Pemilu 2014, 4 pemilu lagi kita belum mampu melahirkan Pejabat Tan-Korup karena 90% politisi dan pejabat kita lahir melalui proses yang sangat sistematis dan terlembaga Pro-KORUPSI.
benar gan. korupsi sudah menjadi bagian yang tak dapat dipisahkan. good luck gan. moga sukses terus. terima kasih sudah mau berkunjung dan memberikan komentar.
Post a Comment
komentar anda sangat berarti bagi kami, terima kasih telah membaca blog Rantauan Lombok Merantau