Tuesday, July 9, 2013

0 Masyarakat Miskin = Masyarakat Yang Terisolasi




Sebagian masyarakatnya indonesia dewasa ini, masih dalam angka kemiskinan, masyarakat miskin yang masih membutuhkan uluran tangan untuk dapat bertahan hidup, selain itu, pemahaman kita tentang kaum miskin tidak dapat dilepaskan dari filosofi tentang buruh, kerja, dan nilai. Hal inilah yang kemudian menjadi landasan dasar bagi pemerintah bahwa masyarakat miskin harus diutamakan dan diberdayakan, agar tidak menjadi parasit ditengah-tengah kemajuan indonesia.

Seperti yang diungkapkan oleh Marx bahwa; kaum miskin adalah parasit sosial yang merugikan. Di satu sisi, kaum miskin dianggap kelompok berbahaya karena mereka parasit sosial yang tidak produktif. Pencoleng, pekerja seks, pencandu narkoba, dan sejenisnya adalah kelompok yang membahayakan secara politik karena tidak terorganisasi, tak dapat diprediksi, dan cenderung reaksioner. Kata “lumpenproletariat” pun dipakai untuk mendemonisasi kaum miskin secara keseluruhan (http://indonesiaindonesia.com).

Di sisi lain, kaum miskin dianggap tenaga cadangan bagi industri. Kaum miskin adalah tenaga cadangan yang sementara tidak bekerja, tetapi sewaktu-waktu dapat diintegrasikan ke dalam produksi industrial. Kaum miskin sebagai tenaga cadangan adalah ancaman permanen bagi kelas pekerja atau buruh. Pertama, penderitaan yang dialami kaum miskin memberikan contoh yang mengerikan kepada buruh mengenai apa yang juga dapat terjadi atas mereka. Kedua, kaum miskin adalah kelebihan pasokan tenaga kerja yang dapat menurunkan upah dan sekaligus posisi tawar buruh terhadap majikannya.

Selain itu, kemunculan perbudakan yang terjadi beberapa bulan lalu menjadi sebuah cambuk yang menyakitkan bagi pemerintah, indonesia yang berlandaskan demokrasi dan kebebasan malah menjadi tuan rumah perbudakan. Ini semua bak pengemis dirumah sendiri, masyarakat indonesia dijadikan sebagai bahan kemewahan dan sumber kekayaan karena tidak memiliki keuletan dan keterampilan dalam memenuhi kebutuhan hidup. Yang pada dasarnya sebagai satu kesatuan Negara Repoblik Indonesia harus sama-sama membantu dalam menumbuh kembangkan sumber daya manusia yang ada.

Namun Antonio Negri (2004) menolak premis Man mengenai kaum miskin. Pertama, tenaga cadangan industri sesungguhnya sudah tidak ada lagi mengingat buruh tidak lagi membentuk kesatuan yang padat dan koheren. Buruh industri saat ini hanyalah satu jenis kerja di antara berbagai jenis lainnya di dalam jejaring yang dimaknai oleh paradigma imaterial. Keterbelahan sosiai antara buruh dan penganggur menjadi semakin suniir. Di epos pasca-Fordisme seperti sekarang tidak ada lagi pekerjaan yang stabil dan terjamin. Tidak ada pekerjaan yang aman, segalanya bersifat tentatif, kontrak, out-source, dan musiman. (http://indonesiaindonesia.com)

Kedua, tidak ada “cadangan” dalam pengertian tenaga kerja yang berada di luar proses produksi sosial. Kaum miskin, pengangguran atau tunawisma pada dasarnya subyek yang berperan aktif dalam produksi sosial masih tidak diupah. Mereka bukan tidak melakukan apa-apa. Strategi yang mereka lakoni untuk bertahan hidup sungguh luar biasa dan perlu kreativitas dan sumber daya. Kaum miskin di sebuah desa tertinggal di Jawa Tengah, misalnya, membuat aturan memasak dengan pemakaian minyak goreng bersama. Strategi mereka untuk menghemat minyak goreng bukan sekadar memproduksi masakan, melainkan juga hubungan sosial berbasis afeksi dan solidaritas.

Menuju masyarakat yang mandiri

Masyarakat adalah Masyarakat adalah sejumlah manusia yang merupakan satu kesatuan golongan yang berhubungan tetap dan mempunyai kepentingan yang sama. Seperti; sekolah, keluarga, perkumpulan, Negara semua adalah masyarakat. Sedangkan menurut Syaikh Taqyuddin An-Nabhani, sekelompok manusia dapat dikatakan sebagai sebuah masyarakat apabila memiliki pemikiran, perasaan, serta sistem/aturan yang sama. Dengan kesamaan-kesamaan tersebut, manusia kemudian berinteraksi sesama mereka berdasarkan kemaslahatan. Masyarakat sering diorganisasikan berdasarkan cara utamanya dalam bermata pencaharian.

Dari pengertian ini ada beberapa kata kunci bahwa masyarakat tidak boleh saling meninggalkan satu sama lain, baik dalam kesuksesan dunia dan akhirat maupun kebutuhan hidup sehari-hari, yakni; berhubungan, kepentingan yang sama, pemikiran, perasaan dan system atau aturan yang sama.

A.    Berhubungan

Sebagai masyarakat atau kelompok sosial yang saling membutuhkan satu sama lain, masyarakat dituntut untuk saling menjaga, menghormati, menghargai, menolong dan sama-sama menunjung ekonomi bersama untuk terciptanya masyarakat yang mandiri. Sebuah masyarakat layak yang tidak membutuhkan uluran tangan pemerintah. untuk mencapai kemandirian, perlunya kesadaran bersama seluruh elemen masyarakat, tanpa menyadari akan sifat sosial yang dimiliki akan terjadi strata-strata sosial kecil yang akan semakin berkembang, dan ini tidak boleh dibiarkan terjadi.

Hubungan masyarakat yang satu dengan masyarakat yang lainnya, tentunya harus terjalin dengan baik, berkomunikasi secara terus menerus untuk menjaga keharmonisan dalam bermasyarakat menjadi penting untuk dilakukan, jika hubungan itu terkikis dengan perlahan, maka akan ada dua kemungkinan yang terjadi; persaingan yang ketat dan pendiskriminasian terhadap masyarakat lain. Sehingga dampak ini akan menyebabkan pertikaian dan permusuhan yang terus menerus (turun temurun).

B.      Kepentingan yang sama

Pada dasarnya masyarakat atau manusia memiliki kepentingan dan tujuan hidup yang sama, yakni kesuksesan dunia dan akhirat. Di dunia menjadi kaya raya dan di akhirat menjadi bagian dari isi surga. Tujuan inilah yang sebenarnya harus disadari dengan sungguh-sungguh, sebuah tujuan yang tidak boleh meninggalkan saudara atau sesama muslim dalam keadaan apa pun, karena kita semua memiliki ikatan yang kuat. Dari sisi inilah bahwa jika kita semua sadar maka tak akan ada saudara kita yang akan menjadi pengemis, generasi muda yang tinggal dijalanan, pemulung sampah dan manusia gerobak serta yang lainnya.

C.    Pemikiran

Kelebihan manusia dengan mahluk lainnya adalah diberikan akal oleh Allah SWT, sehingga manusia mampu berpikir mana yang baik dan mana yang buruk. Kelebihan ini tidak semesta-mesta menjadi sebuah kebanggaan namun juga bisa menghancurkan manusia dari derajatnya yang mulia disisi Tuhan. Karena semua ini sudah jelas bahwa jika manusia tidak menggunakan pikirannya dengan sebaik-baiknya maka akan lebih buruk dari mahluk Tuhan lainnya, begitu juga sebaliknya.

Banyak orang yang berpikir bersama-sama orang lain, namun memperkaya diri sendiri (penjual otak manusia), banyak yang bersilat lidah dengan manis, namun hanya untuk kepentingan pribadi (pembohong). Sehingga benar apa yang dikatakan oleh bang Haji Roma Irama bahwa “yang kaya akan semakin kaya, dan yang miskin akan semakin miskin”.


Solusi Dan Kesimpulan

1.    Solusi

“Jangan jadikan perbedaan ini menjadi kemakmuran sendiri dan sesaat namun mari kita jadikan perbedaan ini untuk kita bersama-sama dan untuk selamanya”

Solusi yang dapat saya tawarkan adalah sebagai berikut;

A.    Mari kita sama-sama membuat sebuah konsep yang matang untuk masyarakat seutuhnya. Konsep pembangunan kemandirian masyarakat yang menjamin kesejahteraan bersama, sesuaiyang tertuang dalam pancasila, alinea kelima “kesejahteraan bagi seluruh rakyat indonesia”

B.      Mari kita bersama-sama mengembangkan dan mendidik generasi muda menjadi calon generasi yang berakhlak mulia agar pemerataan kesejahteraan dapat terwujud.

C.    Mari kita sama-sama saling membantu untuk menjadikan masyarakat indonesia menjadi masyarakat yang cerdas dan memiliki keterampilan agar bisa memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari.

D.    mari kita saling merangkul dan memberi agar tak ada lagi angka kemiskinan yang selalu menghantui indonesia tercinta.

2.    Kesimpulan

Sebagai mahluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lain, tentunya kita tidak boleh berpikir picik atau mau menang sendiri dalam memenuhi kebutuhan hidup, karena secara dasar kebutuhan hidup semua manusia sama dan tidak berbeda, yakni; kebutuhan makan, minum, tidur, beraktivitas dan lainnya. Oleh karena itu, sebagai manusia yang darmawan dan tidak sombong dalam menjalani hidup, marilah kita sama-sama saling membantu satu sama lain, baik itu dalam teori maupun materi agar apa yang kita miliki di dunia ini dapat kita pertanggungjawabkan dengan sempurna dihadapan Tuhan nanti.


Jangan tersenyum namun berpaling, jangan melihat namun menoleh, jangan berbicara namun berbohong, akan tetapi marilah kita bergandengan tangan untuk terus bersama dalam menjalani hidup yang pahit ini. “Satu Darah, Satu Tanah Air Dan Satu Bahasa Kita” walaupun kita berbeda dari segi pisik maupun yang lainnya namun kita tetap sama, yaitu hamba dan mahluk Tuhan yang mulia.


Post a Comment

komentar anda sangat berarti bagi kami, terima kasih telah membaca blog Rantauan Lombok Merantau

Simak juga Post Sarjana Muda 45 Minggu ini

Hidup hanyalah sekedar jalan-jalan untuk menikmati kehidupan, hidup hanyalah sekedar hembusan nafas untuk melangkah menikmati jeruji Tuhan, hidup hanyalah gambaran Tuhan akan kehidupan yang lebih abadi. Oleh karena itu…, tak perlu rebut, tak perlu risau, tak perlu bingung, tak perlu galau, tak perlu merasa tertipu, tak perlu merasa bahwa hidup ini tak adil, tak perlu memberontak, tak perlu bangga, tak perlu sombong. Yang perlu kita lakukan adalah menikmati setiap proses yang ada, karena proses akan menentukan bahwa jalan-jalan dibumi yang kita lakukan sukses atau gagal. (Surga ataukah Neraka).

Data Pengunjung

Popular Posts

My Archive RLM

 

Negara Pengunjung RLM


PUTRA NTB MENULIS
SEO Stats powered by MyPagerank.Net

Statistic RLM

LOGO

LOGO
PUTRA LOMBOK MENULIS "BATUJAI"

Translate