M. Yunus
Kemiskinan
merupakan masalah kompleks yang dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling
berkaitan, antara lain: tingkat pendapatan, kesehatan, pendidikan, akses
terhadap barang dan jasa, lokasi, geografis, gender, dan kondisi lingkungan.
Mengacu pada strategi nasional penanggulangan kemiskinan definisi kemiskinan
adalah kondisi di mana seseorang atau sekelompok orang, laki-laki dan
perempuan, tidak terpenuhi hak-hak dasarnya untuk mempertahankan dan
mengembangkan kehidupan yang bermartabat.
Definisi
ini beranjak dari pendekatan berbasis hak yang mengakui bahwa masyarakat miskin
mempunyai hak-hak dasar yang sama dengan anggota masyarakat lainnya. Kemiskinan
tidak lagi dipahami hanya sebatas ketidakmampuan ekonomi, tetapi juga kegagalan
memenuhi hak-hak dasar dan perbedaan perlakuan bagi seseorang atau sekelompok
orang dalam menjalani kehidupan secara bermartabat. Hak-hak dasar yang diakui
secara umum meliputi terpenuhinya kebutuhan pangan, kesehatan, pendidikan,
pekerjaan, perumahan, air bersih, pertanahan, sumberdaya alam, dan lingkungan
hidup, rasa aman dari perlakukan atau ancaman tindak kekerasan dan hak untuk
berpartisipasi dalam kehidupan sosial-politik, baik bagi perempuan maupun
laki-laki.
Kemiskinan
adalah salah satu kenyataan yang tidak bisa dipungkiri oleh setiap negara,
hadirnya kemiskinan yang melanda ditengah-tengah kehidupan masyarakat menjadi
tantangan dalam mewujudkan negara yang sejahtera dan maju. Selain itu,
kemiskinan terjadi yang diakibatkan oleh berbagai faktor dan berkaitan satu
sama lain, misalnya; ketidakmampuan dalam mencukupi kebutuhan hidup
sehari-hari, baik itu berupa makanan, pakaian, air, dan yang lainnya. Edi
Suharto, mengatakan , kemiskinan merupakan masalah sosial yang bersifat global.
Artinya, kemiskinan merupakan masalah yang dihadapi dan menjadi perhatian
banyak orang di dunia ini. Meskipun dalam tingkat yang berbeda, tidak ada satu
pun negara di jagat raya ini “kebal” dari kemiskinan. Semua negara di dunia ini
sepakat bahwa kemiskinan merupakan problema kemanusiaan yang menghambat
kesejahteraan dan peradaban.
Indonesia
sendiri pada maret tahun 2013 masyarakat yang dinyatakan sebagai masyarakat
miskin sebanyak 28,07 juta jiwa (11,37%), berkurang sebesar 0,52 juta orang dibandingkan dengan penduduk miskin
pada September 2012 yang sebesar 28,59 juta orang (11,66 persen). Selama
periode September 2012-Maret 2013, jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan
berkurang 0,18 juta orang (dari 10,51 juta orang pada September 2012 menjadi
10,33 juta orang pada Maret 2013), sementara di daerah perdesaan berkurang 0,35
juta orang (dari 18,09 juta orang pada September 2012 menjadi 17,74 juta orang
pada Maret 2013).
Selama
periode September 2012-Maret 2013, persentase penduduk miskin di daerah
perkotaan dan perdesaan tercatat mengalami penurunan. Persentase penduduk
miskin di daerah perkotaan pada September 2012 sebesar 8,60 persen, turun
menjadi 8,39 persen pada Maret 2013. Sementara penduduk miskin di daerah
perdesaan menurun dari 14,70 persen pada September 2012 menjadi 14,32 persen
pada Maret 2013. Peranan komoditi makanan terhadap Garis Kemiskinan jauh lebih
besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan (perumahan, sandang,
pendidikan, dan kesehatan). Sumbangan Garis Kemiskinan Makanan terhadap Garis
Kemiskinan pada Maret 2013 tercatat sebesar 73,52 persen, kondisi ini tidak
jauh berbeda dengan kondisi September 2012 yang sebesar 73,50 persen.
Kemiskinan
yang menyebabkan kelaparan yang terjadi tahun 1974 di Bangladesh merupakan
sebuah kisah manis yang dialami oleh Muhammad Yunus, di mana Yunus
mendedikasikan hidupnya untuk membantu kaum miskin. Kondisi kelaparan dan
phenomena permasalahan sosial yang terjadi membuat Yunus teriris dan ingin
membantu permasalahan tersebut. Bersama dengan murid-muridnya, ia mencoba menyelidiki
permasalahan demi permasalahan yang ada, mulai dari tanah lapang yang tidak
dijadikan sebagai lahan atau ladang pertanian, sampai pada pemberian bantuan
pinjaman melalui “Bank Desa”.
Setelah
melakukan pendekatan dari desa yang satu ke desa yang lain, Yunus mulai
mempelajari hal-hal yang dianggap menjadi permasalahan utama, terutama pada
ladang-ladang yang tidak dijadikan sebagai lahan pertanian, jawaban yang
didapatkan adalah buruknya saluran irigasi. Bersama dengan murid-muridnya,
Yunus bertanya kepada masyarakat miskin tentang keterampilan yang dimiliki,
bagaimana cara mereka menjalankan kehidupan sehari-hari, dan bagaimana cara
memenuhi kebutuhan hidup mereka setiap hari. Pada tahap ini dalam karirnya,
Yunus merasa bahwa ia lebih menyukai pengalaman pribadi dan kontak secara
langsung dengan masyarakat desa, dan menggabungkannya dengan mencoba
mempelajari dari buku-buku dan dalam kelas. Hal ini ia lakukan untuk
menggabungkannya dengan dunia akademis dengan dunia praktis
Dalam
upaya ini, Yunus mendirikan Proyek Universitas Pembangunan Desa Chittagong, di
mana siswa memperoleh kredit akademik sambil membantu masyarakat miskin
setempat. Mereka berfokus pada teknologi irigasi dan membantu penduduk desa
menanam padi dengan kwalitas tinggi. Yunus juga bereksperimen bersama koperasi
pertanian, yang ia danai sendiri. Keberhasilan proyek ini, tidak menjadikan
Yunus berhenti, bahkan ia berpikir bahwa ia tidak berbuat cukup untuk membantu
yang termiskin dari yang miskin, misalnya; orang-orang yang tak bertanah,
seperti Sufiya Begum, seorang ibu yang berusia 21 tahun, dari tiga yang membuat
bangku bambu di dekat desa Jobra.
Selain
itu, permasalahan yang dihadapinya adalah ketergantungan masyarakat pada
pinjaman riba, serta bunga yang mencapai 10% seminggu sampai 10% per/hari dari
rentenir lokal. Dengan data-data yang ia peroleh, Muhammad yunus bersama dengan
mahasiswanya mencatat seluruh penduduk desa di Jobra yang meminjam uang di bank
dan rentenir lokal, dan pada akhirnya Yunus memutuskan untuk memberikan
pinjaman modal kepada penduduk miskin dengan uangnya sendiri tanpa dikenai
bunga sepeser pun. Pada tahun 1976, Yunus mendekati cabang lokal dari Janata
Bank, salah satu bank pemerintah terbesar di Bangladesh.
Salah
satu alasan terbesar Muhammad Yunus dalam bekerja sama dengan janata bank
adalah memberikan pinjaman modal kepada penduduk yang termiskin. Namun, tidak
semudah yang dibanyangkan, permasalahan lain muncul sebagai tantangan berat
bagi Yunus, misalnya; masyarakat miskin yang buta huruf, mereka tidak dapat
mengisi formulis yang diperlukan, dan tidak memiliki jaminan yang jelas,
sehingga pihak bank menjadikan ini adalah permasalahan yang krusial. Hal ini
tidak menjadikan Muhammad Yunus putus asa, semangat memperjuangkan rakyat
miskin semakin menguat. Setelah melakukan negosiasi, dan hal ini berlangsung
selama enam bulan, akhirnya pihak bank setuju untuk memberikan pinjaman kepada Yunus,
bukan kepada rakyat miskin yang tidak memiliki jaminan.
Di
sisi lain, pihak bank mengharuskan dia untuk bertindak sebagai perantara,
dokumen resmi yang diperlukan untuk setiap pinjaman tidak bisa dianggap sebagai
bahan permainan, karena bank tidak mau berurusan dengan orang miskin secara
langsung. Kenapa Yunus berpikir orang miskin akan mampu membayar pinjaman tanpa
jaminan ini? Jawaban Muhammad Yunus sangat sederhana "Orang miskin tahu bahwa
kredit ini adalah kesempatan mereka untuk keluar dari kemiskinan,"
katanya. "Jika mereka jatuh bertabrakan dengan pinjaman yang satu ini,
mereka akan kehilangan satu-satunya kesempatan untuk keluar dari kemisnkinan".
Bank “Desa”
Bank
desa adalah salah satu wadah sentuhan secara langsung yang dikelola oleh Muhammad
Yunus, meskipun pada awalnya ia tidak memiliki pengalaman dalam pengelolaan
bank, terutama pada pengelolaan untuk memberikan pinjaman kepada penduduk
miskin. Salah satu cara yang dilakukannya adalah melihat secara langsung
lembaga keuangan yang dioperasikan oleh bank-bank lain. Namun disisi lain,
penemuan Yunus tentang keuntungan dari kesalahan peminjam seringkali bank
tradisional melakukan hal-hal yang terbalik dari perjanjian biasanya, misalnya;
keterlambatan pengembalian pinjaman membuat bank menaikkan suku bunga. Hal ini
membuat Muhammad Yunus berpikir bahwa tumpukan pinjaman yang semakin besar akan
menyulitkan peminjam untuk dapat mengembalikan pinjaman, dan Yunus mencoba
memberikan pengarahan agar pinjaman dapat dilunasi sesegera mungkin.
Model
awal dalam pinjaman yang diberikan oleh Muhammad Yunus berlangsung selama satu
tahun, dan pinjaman harus dibayar dengan jumlah kecil setiap minggu sehingga
tidak membebankan peminjam (penduduk miskin). Dalam hal ini, Yunus mencoba
melakukan cara baru dan menemukan bahwa pembayaran akan lebih mudah dilakukan
apabila para peminjam membentuk kelompok-kelompok, jika salah satu gagal maka
peminjam yang lain tidak bisa mendapatkan pinjaman. Yunus juga memerlukan
anggota untuk mengumpulkan tabungan, yang kemudian bisa dipinjamkan kepada
anggota lain dari kelompok peminjam. Hasilnya, Pada tahun 1998 pinjaman senilai
$100 Juta telah diselamatkan dengan cara ini. Ia melakukan semua transaksi ini ditempat
terbuka, tidak ada rahasia, sehingga semua orang bisa melihat sistem pinjaman yang
dilakukan, penerapan sistem yang diberlakukan oleh Yunus adalah self-policing, dan tidak pernah
melibatkan pengadilan atau siapun di luar Grameen Bank.
Dalam
keberlangsungan lain dari norma, Yunus meminjamkan uang hampir secara eksklusif
untuk perempuan, hal ini dikarekanakan bawah Yunus menemukan sesuatu yang
berbeda, pemberian kredit kepada perempuan lebih menciptakan banyak perubahan,
lebih cepat, daripada meminjamkan uang kepada kaum laki-laki. “tidak hanya
wanita yang merupakan gambaran mayoritas dari penduduk miskin, setengah
pengangguran, dan yang kurang beruntung secara ekonomi dan sosial”. Ia
menjelaskan, “tetapi mereka lebih muda dan berhasil dalam meningkatkan
kesejahteraan anak-anak dan laki-laki”. Selain itu, perempuan cendrung lebih
fokus pada peningkatan kehidupan anak-anak mereka. ketika ia mendapatkan uang
tambahan, seorang wanita yang khas membeli alat-alat memasak, perbaikan rumah
atau memperbaiki tempat tidur mereka. Sebaliknya, pria cendrung menghabiskan
dana pinjaman untuk diri mereka sendiri. Banyak penelitian peminjam pria dan
wanita menghasilkan pola ini.
Pertumbuhan, Perubahan dan Masa Depan Kemiskinan
Sejak
akhir 1970-an, program pinjaman Yunus 'terus-menerus berubah dan berkembang
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat miskin. Pada tahun 1977, pertemuan dengan
direktur Bangladesh Krishi ("Pertanian") Bank menyebabkan perluasan
program pinjaman melampaui Jobra ke distrik Tangail, daerah miskin di Bangladesh
dekat ibukota negara Dhaka. Dua tahun kemudian, Yunus mengambil cuti untuk
mengajar dan membuka cabang resmi pertama dari Grameen Bank sebagai cabang dari
Krishi Bank, ini tumbuh dengan pesat. Pada akhir 1981, pinjaman sebesar $
13.400.000. Pada tahun 1982, dengan uang Ford Foundation serta pinjaman dari
Dana Internasional untuk Pembangunan Pertanian, Grameen Bank pindah lebih dari
lima kabupaten dan dicairkan lagi dana sebesar $ 10.500.000.
Pada
tahun yang sama, sebuah kudeta menggulingkan pemerintahan sipil Bangladesh.
Kudeta terjadi pada waktu Yunus menghadiri konferensi. Dengan darurat militer
baru menyatakan, Yunus tidak dapat meninggalkan konferensi. Pria yang akan
menjadi menteri keuangan pemerintah baru terjebak di sana juga. Yunus mengambil
kesempatan untuk menjelaskan Grameen Bank untuk masa depan menteri, yang
menjadi sekutu. Dengan bantuannya, Yunus merestrukturisasi Grameen Bank menjadi
lembaga yang independen. Dengan kemerdekaan, bank tumbuh lebih cepat, menambah
100 cabang per tahun. Yunus mulai menawarkan berbagai jenis pinjaman yang
berbeda dan diperluas ke negara-negara miskin lainnya, termasuk Malaysia,
Filipina, India, Nepal, dan Vietnam. Grameen bahkan mulai beroperasi di AS
Dengan dukungan Presiden Bill Clinton, Grameen mulai program di Arkansas.
Program serupa diikuti di South Dakota, Oklahoma dan Illinois. Yunus memulai
program antikemiskinan lainnya yang melibatkan budidaya ikan, produksi tekstil
dan telepon seluler.
Lembaga
yang dimulai di desa Jobra pada tahun 1976 dengan pinjaman $ 27 telah menjadi
program antikemiskinan yang mengesankan. Grameen Bank memiliki hampir 2.000
cabang dan staf sekitar 11.000. besaran dana yang telah dipinjamkan sekitar $
3900000000, dengan tingkat pemulihan 98%. Sekitar 90% dari pinjaman yang
dibiayai dari dana sendiri, dengan menggunakan tabungan deposan, yang
kebanyakan adalah juga peminjam. Sejak tahun 1998, Grameen Bank tidak menggunakan
dana donor dalam program pinjaman. Berbeda halnya bila dibandingkan tahun pertama
dan dua tahun kemudian ketika Bangladesh hancur oleh badai, Grameen Bank selalu
membuat keuntungan tahunan.
Prestasi
ini tampaknya sangat tidak mungkin pada tahun 1976, namun Yunus percaya bahwa “sebelum
kita benar-benar menerjemahkan sesuatu menjadi kenyataan, kita harus mampu
untuk bermimpi tentang hal itu. Setiap mimpi sosial ekonomi tersebut tidak lain
adalah langkah pertama dalam proses pemetaan menuju ke tujuan”. Oleh karena
itu, Yunus membayangkan sebuah dunia yang bebas dari kemiskinan pada tahun
2050. “Kemiskinan tidak termasuk dalam masyarakat manusia yang beradab, tempat yang
tepat adalah di museum”, katanya. “Kami telah menciptakan sebuah dunia tanpa
perbudakan, dunia tanpa cacar, sebuah dunia tanpa perbedaan ras.
Post a Comment
komentar anda sangat berarti bagi kami, terima kasih telah membaca blog Rantauan Lombok Merantau