Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD
menilai pemerintah tidak berhasil memerangi kemiskinan yang sebenarnya menjadi
tugas utama. Program sudah banyak, anggaran sudah disediakan banyak, tetapi
keadaan tidak beranjak membaik. “Semua program dan anggaran ternyata dikorupsi
dan disalahgunakan. Dan, kita tidak berdaya untuk melawan. Birokasi
pemerintahan kita menjustifikasi sebagai birokrasi yang korup, bukan birokrasi
yang melayani,” kata Mahfud sewaktu menerima penghargaan Masyarakat Ilmu
Pemerintahan Indonesia (MIPI) di Jakarta, Sabtu (25/5) malam.
Sesungguhnya ada tiga hal yang menjadi dasar
untuk menjalankan tugas-tugas pemerintahan, yakni kepemimpinan yang efektif,
pengambilan keputusan yang cermat dan cepat dan penetapan prioritas kebijakan.
Namun, selama ini justru yang terjadi adalah kurangnya kepemimpinan yang
efektif serta lambannya pengambilan keputusan. Menurut Mahfud, secara makro,
ekonomi Indonesia memang tumbuh bagus dan cukup mendapatkan pujian. Namun
kemiskinan masih terlihat di depan mata. Ada kesenjangan dan banyak yang
menilai pertumbuhan ekonomi hanya dinikmati kelompok menengah ke atas.
Akibat kemiskinan, kata Mahfud, terjadi
tindakan-tindakan tidak masuk akal, seperti bunuh diri sekeluarga karena beban
hidup yang merasa tak bisa ditanggung lagi, ada orangtua membunuh anak, anak
membunuh orangtua, peminta-minta masih banyak di pinggir jalan, dan penghuni
gubuk reyot pun bertebaran. Disharmoni sosial pun kerap kali menyeruak. http://forumkeadilan.com/read/2013/05/27/birokrasi-pemerintahan-kita-korup/.
Namun
dibalik lontaran tersebut, banyak isu yang muncul tentang JKS yang diprogramkan
oleh Gubernur DKI Jakarta, permasalahan-permasalahan satu perastu muncul
dipermukaan public. Baik dari ketidak sukaan terhadap program sampai pada
alih-alih bahwa program JKS tidak teratur dan perlu direncakan ulang ulang
Jokowi-Ahok. Namun Jokowi dengan tegas mengatakan bahwa siap dipanggil kapan
pun oleh DPR RI, serta orang-orang yang mempermasalahkan JKS adalah orang-orang
yang tidak memiliki prikemanusiaan dan jiwa sosial yang tinggi. “Dalam
peperangan saja, orang yang sakit harus disembuhkan, ini kok malah rakyat harus
ditinggalkan”.
Sungguh
mengherankan, para elit politik indonesia, ada yang edan bahkan tidak waras
sama sekali, mereka hanya mementingkan kehidupan perut yang harus selalu
kenyang dengan uang, tidak mementingkah kehidupan rakyat yang selama ini harus
tertindas dengan segala aturan yang berlaku. Namun secara pribadi, saya salut
dan bangga terhadap Gubernur DKI Jakarta Jokowi-Ahok, walau ada kepentingan
yang lebih besar namun tidak lupa dengan rakyat yang telah memilihnya, rakyat
yang telah memberikan amanah dan tanggung jawab besar terhadap perubahan Jakarta,
baik dari kemacetan serta yang lainnya.
Namun bagaimanakah
nasib indonesia. apakah rakyat akan terus tertindas? Apakah rakyat akan mendapatkan
perubahan besar? Apakah rakyat akan mendapatkan kesejahteraan? Apakah tidak aka
nada lagi manusia grobak? Apakah tidak aka nada lagi pengemis, intelektual
pengangguran? WAIT AND SEE
Post a Comment
komentar anda sangat berarti bagi kami, terima kasih telah membaca blog Rantauan Lombok Merantau