Hampir diseluruh sekolah negeri maupun swasta
mengiyakan akan buruknya penyelenggaran ujian nasional ditahun ini, mulai dari
keterlambatan pengiriman soal ujian, lembar jawaban soal yang buruk sampai
penundaan ujian nasional. Permasalahan ini banyak menimbulkan konflik serta
ketakutan para wali murid dan wali sekolah akan anak didiknya tidak lulus ujian
sehingga mengakibatkan putus asa dan tidak memiliki masa depan yang baik maupun
tidak mampu melanjutkan kejenjang yang lebih tinggi lagi sesuai dengan harapan
para siswa-siswi SMA maupun SMP dan sederajat.
Seperti yang dikatakan oleh wamen dikbud (Musliar
Kasim) beberapa waktu lalu yang disiarkan secara langsung oleh media bahwa
bobroknya ujian nasional ini murni kesalahan percetakan dan merupakan sebuah
malapetakan bagi generasi bangsa indonesia saat ini. beliau juga sudah
menghimbau aparat hukum untuk mengusut tuntas akan permasalahan ini, jangan
sampai generasi bangsa harus terancam dan para perusak bebas berkeliaran
merasakan kemenangan akan permainan yang dilakukan. Tidak hanya itu, banyak
anggota DPR dan DPRD serta ORMAS mengiyakan bahwa tahun ini pelaksanaan UN sangat
buruk.
Seperti yang diungkapkan DPRD KALBAR (Martinus
Sudarno, selain pelaksanaan Ujian Nasional yang buruk juga meminta M. Nuh
selaku mentri Pendidikan dan Kebudayaan mundur dari jabatannya. Selaras dengan
ungkapan DPR Ri komisi X (Ahmad Zaenudin) yang menegaskan bahwa selain harus
bertanggung jawab terhadap buruknya pelaksanaan UN tahun ini, M. Nuh juga harus
minta maaf karena telah mencoreng wajah pendidikan di indonesia ini. namun
pernyataan dari M. Nuh selaku Mentri Pendidikan dan Kebudayaan sendiri akan
bertanggung jawab atas permasalahan ini dan tidak akan mundur dari jabatannya
karena menganggap bahwa dia tidak melakukan tindakan korupsi.
Dari berita-berita yang disiarkan secara
langsung oleh media televisi maupun media online (internet) ada tiga pernyataan
yang bisa kita ambil. Pertama; pernyataan keras yang dilontarkan kepada mentri
pendidikan dan kebudayaan, kedua; pernyataan sedang dan ketiga; pernyataan
biasa-biasa saja. Ketiga pernyataan ini merupakan pernyataan yang sudah biasa
terjadi, baik itu permasalahan korupsi, permasalahan kekerasan, permasalahan
pemerkosaan serta permasalahan-permasalahan yang lainnya yang terjadi di Negara
kita tercinta ini. sehingga orang yang bernasib naas maka akan langsung turun
dari jabatannya namun yang beruntung akan semakin hebat dimata elit politik
maupun generasi bangsa ini serta rakyat indonesia. dan saya yakin bahwa
permasalahan ini akan berakhir ketika semuanya sudah tutup mulut dan media
tidak menyiarkannya lagi. Dan berita baru yang lebih heboh akan lebih
diutamakan ketimbang permaslahan yang telah terjadi. Apalagi sebentar lagi aka
nada pesta rakyat, pemilihan presiden baru untuk indonesia yang lebih baik.
Coba kita ingat tentang kasus Bank Century yang
sampai saat ini belum selesai, kasus Hambalang, serta kasus-kasus yang lainnya
yang masih bebas tanpa ada kejelasan sama sekali, sedangkan kasus-kasus kecil
yang dianggap akan menjadi kebiasaan masyarakat yang buruk, misalnya mencuri
ayam, mencuri telur, mencuri bebek, serta kasus-kasur yang lainnya langsung
diusut tuntas dan dipernjara lebih lama dari kasus kasus-kasus besar lainnya
seperti kasus korupsi. Inilah perbedaan kecil antara pemerintah (pelaku elit
politik) dengan rakyat biasa.
Apalagi yang hanya sekedar kesalahan teknis dan
buruknya kwalitas lembar jawaban yang terjadi pada Ujian Nasional tahun ini.
menurut saya pribadi, ini hanya sebuah rekayasa politik yang dilakukan oleh
para leit politik yang akan mengorbankan generasi muda saat ini, namun generasi
juga banyak yang sudah mengorbankan masa depannya sendiri, misalnya;
pemerkosaan yang terjadi oleh bocah yang masih berumur rata-rata 14 tahun, kelakuan-kelakuan
generasi akan aksi nakalnya terhadap perempuan yang diunggah di youtube,
tawuran dan lain-lain.
Sehingga;
Pemerintah harus lebih memperhatikan generasi
muda indonesia serta kepentingan rakyat agar rakyat indonesia sejahtera seperti
yang tertera dalam pancasila, sila kelima “kesejahteraan bagi seluruh rakyat
indonesia”
Generasi muda indonesia harus sadar akan dirinya
sebagai generasi penerus bangsa dan tidak melakukan tindakan-tindakan yang akan
mencoreng nama baik generasi bangsa secara keseluruhan serta dirinya sendiri.
Rakyat juga harus lebih cerdas dalam memilih
pemimpin bangsa ini, jangan hanya karena uang, rakyat terlena dengan hal
tersebut sehingga memberikan kesempatan bagi pemimpin untuk merusak bangsa ini.
Post a Comment
komentar anda sangat berarti bagi kami, terima kasih telah membaca blog Rantauan Lombok Merantau