Selamat dan sukses selalu buat senior
ku, semoga ilmu yang sudah didapatkan dapat berguna buat keluarga, masyarakat,
bangsa dan Negara. Amin.
“Tak terasa
perjalanan dua tahun lebih telah berakhir dengan kebahagiaan dan buah yang
sudah bisa dipetik dengan perlahan. Perjalanan selama dua tahun, kini menjadi
memori indah dan berharga, setipa kenangan menjadi anugrah yang terindah disaat
berjibaku dengan berbagai keadaan dan rintangan, di mana, semua itu menjadi
bagian penting dalam sejarah yang telah ditorehkan walau setiap detiknya
berlalu tanpa dokumentasi dalam setiap lembaran putih, namun telah
terdokumentasi pada memori otak yang tak bisa hilang untuk selamanya. Kamis, 30
Januari 2014 menjadi saksi dari kisah-kisah yang telah berlalu.”
Perjalanan
dari Yogyakarta menuju Semarang (Kontrakan
Bang Edi) untuk menghadiri wisudanya adalah perjalanan yang begitu
melelahkan namun mengasikkan ketika pandangan baru disetiap perjalanan menjadi
iringan yang menyejukkan, apalagi ini adalah awal saya mengenal Kota Semarang. Kota
yang indah namun padat akan pengguna jalan, sehingga perjalanan kami lebih lama
dari prediksi awal. Berangkat dari jam setengah satu, dan sampai dikontrakan
bang Edi kurang lebih sekitar jam enam (habis Adzan Magrib).
Perjalanan
yang melelahkan dan tikungan yang banyak, membuat perjalanan kami tak menentu,
hal ini dikarenakan kami tidak mengetahui jalan mana yang harus kami lewati
agar tidak salah jalan. Namun agar hal tersebut tidak terjadi, akhirnya saya mencoba
menghubungi Bang Edi untuk menjemput kami di bundaran Semarang (simpang lima), walau
pada dasarnya, menurut salah satu teman saya, bahwa tidak selayaknya seorang
senior untuk menjemput kadernya, hanya karena tidak tahu jalan. Akan tetapi,
dari pada harus tersesat dan lama sampai ditempat tujuan, apa boleh buat, dan Bang
Edi adalah senior yang tidak sombong atau gengsi akan hal tersebut. Lelah dan
badan terasa remuk karena perjalanan jauh adalah hal yang pertama aku rasakan,
namun itu terlupakan oleh sambutan hangat dan suguhan kopi Lombok.
Menjelang
pagi, Bang Edi bersiap-siap untuk melaksanakan momen bahagia, momen yang
ditungguh-tunggu selama dua tahun lebih, dan kami sebagai pengiring berangkat
sekitar jam 10 lebih. Saat berlangsungnya acara wisuda, saya dan temen-temen
jalan-jalan melihat situasi dan kondisi, serta sambil menunggu selesai acara
wisuda. Cuaca yang cerah berubah menjadi mendung, dan lama kelamaan hujan pun
turun dengan lebatnya, saat beberapa menit hujan berlansung, suara musik terdengar
dari arah barat, saya mengira bahwa musik tersebut adalah acara yang dibuat
oleh orang-orang wisuda sebagai iringan mereka, namun setelah semakin dekat,
ternyata musik tersebut berasal dari UKM IAIN Walisongo, dengan membawa
beberapa alat musik dan beberapa rekan-rekan mereka sebagai pengiring. Tak lama
kemudian, UKM yang lain pun bermunculan satu persatu.
Namun…,
yang paling asik terdengar ditelinga ku adalah ketika nyanyian yang dikenal
oleh seluruh mahasiswa gerakan, datang dengan penuh semangat, sebuah nyanyian
pembebasan untuk rakyat. Dan ini tidak lain adalah sahabat-sahabat PMII IAIN
Walisongo, dengan membawa bendera PMII, mereka bernyanyi dengan penuh semangat
dan khidmat.
“Di sini negeri kami
Tempat padi terhampar
Samuderanya kaya raya
Negeri kami subur, Tuhan
Di negeri permai ini
Berjuta rakyat bersimbah luka
Anak kurus tak sekolah
Pemuda desa tak kerja
Mereka dirampas haknya
Tergusur dan lapar
Bunda relakan darah juang kami
Untuk membebaskan rakyat
Mereka dirampas haknya
Tergusur dan lapar
Bunda relakan darah juang kami
Padamu kami berbakti”
setelah selesai semua
sesi acara, mulai dari berphoto bersama, makan bersama, dan menghadiri salah
satu undagan dari Buk Murjenah, salah satu Putri NTB (Lombok) yang menjadi POLWAN
di Semarang selama 30 tahun lebih.
Post a Comment
komentar anda sangat berarti bagi kami, terima kasih telah membaca blog Rantauan Lombok Merantau