Monday, April 7, 2014

0 Pemikiran Muhammad Yunus "Grameen Bank"

M. Yunus

Kemiskinan merupakan masalah kompleks yang dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling berkaitan, antara lain: tingkat pendapatan, kesehatan, pendidikan, akses terhadap barang dan jasa, lokasi, geografis, gender, dan kondisi lingkungan. Mengacu pada strategi nasional penanggulangan kemiskinan definisi kemiskinan adalah kondisi di mana seseorang atau sekelompok orang, laki-laki dan perempuan, tidak terpenuhi hak-hak dasarnya untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat.

Definisi ini beranjak dari pendekatan berbasis hak yang mengakui bahwa masyarakat miskin mempunyai hak-hak dasar yang sama dengan anggota masyarakat lainnya. Kemiskinan tidak lagi dipahami hanya sebatas ketidakmampuan ekonomi, tetapi juga kegagalan memenuhi hak-hak dasar dan perbedaan perlakuan bagi seseorang atau sekelompok orang dalam menjalani kehidupan secara bermartabat. Hak-hak dasar yang diakui secara umum meliputi terpenuhinya kebutuhan pangan, kesehatan, pendidikan, pekerjaan, perumahan, air bersih, pertanahan, sumberdaya alam, dan lingkungan hidup, rasa aman dari perlakukan atau ancaman tindak kekerasan dan hak untuk berpartisipasi dalam kehidupan sosial-politik, baik bagi perempuan maupun laki-laki.

Kemiskinan adalah salah satu kenyataan yang tidak bisa dipungkiri oleh setiap negara, hadirnya kemiskinan yang melanda ditengah-tengah kehidupan masyarakat menjadi tantangan dalam mewujudkan negara yang sejahtera dan maju. Selain itu, kemiskinan terjadi yang diakibatkan oleh berbagai faktor dan berkaitan satu sama lain, misalnya; ketidakmampuan dalam mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari, baik itu berupa makanan, pakaian, air, dan yang lainnya. Edi Suharto, mengatakan , kemiskinan merupakan masalah sosial yang bersifat global. Artinya, kemiskinan merupakan masalah yang dihadapi dan menjadi perhatian banyak orang di dunia ini. Meskipun dalam tingkat yang berbeda, tidak ada satu pun negara di jagat raya ini “kebal” dari kemiskinan. Semua negara di dunia ini sepakat bahwa kemiskinan merupakan problema kemanusiaan yang menghambat kesejahteraan dan peradaban.

Indonesia sendiri pada maret tahun 2013 masyarakat yang dinyatakan sebagai masyarakat miskin sebanyak 28,07 juta jiwa (11,37%), berkurang sebesar 0,52 juta orang dibandingkan dengan penduduk miskin pada September 2012 yang sebesar 28,59 juta orang (11,66 persen). Selama periode September 2012-Maret 2013, jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan berkurang 0,18 juta orang (dari 10,51 juta orang pada September 2012 menjadi 10,33 juta orang pada Maret 2013), sementara di daerah perdesaan berkurang 0,35 juta orang (dari 18,09 juta orang pada September 2012 menjadi 17,74 juta orang pada Maret 2013).

Selama periode September 2012-Maret 2013, persentase penduduk miskin di daerah perkotaan dan perdesaan tercatat mengalami penurunan. Persentase penduduk miskin di daerah perkotaan pada September 2012 sebesar 8,60 persen, turun menjadi 8,39 persen pada Maret 2013. Sementara penduduk miskin di daerah perdesaan menurun dari 14,70 persen pada September 2012 menjadi 14,32 persen pada Maret 2013. Peranan komoditi makanan terhadap Garis Kemiskinan jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan). Sumbangan Garis Kemiskinan Makanan terhadap Garis Kemiskinan pada Maret 2013 tercatat sebesar 73,52 persen, kondisi ini tidak jauh berbeda dengan kondisi September 2012 yang sebesar 73,50 persen.

Kemiskinan yang menyebabkan kelaparan yang terjadi tahun 1974 di Bangladesh merupakan sebuah kisah manis yang dialami oleh Muhammad Yunus, di mana Yunus mendedikasikan hidupnya untuk membantu kaum miskin. Kondisi kelaparan dan phenomena permasalahan sosial yang terjadi membuat Yunus teriris dan ingin membantu permasalahan tersebut. Bersama dengan murid-muridnya, ia mencoba menyelidiki permasalahan demi permasalahan yang ada, mulai dari tanah lapang yang tidak dijadikan sebagai lahan atau ladang pertanian, sampai pada pemberian bantuan pinjaman melalui “Bank Desa”.

Setelah melakukan pendekatan dari desa yang satu ke desa yang lain, Yunus mulai mempelajari hal-hal yang dianggap menjadi permasalahan utama, terutama pada ladang-ladang yang tidak dijadikan sebagai lahan pertanian, jawaban yang didapatkan adalah buruknya saluran irigasi. Bersama dengan murid-muridnya, Yunus bertanya kepada masyarakat miskin tentang keterampilan yang dimiliki, bagaimana cara mereka menjalankan kehidupan sehari-hari, dan bagaimana cara memenuhi kebutuhan hidup mereka setiap hari. Pada tahap ini dalam karirnya, Yunus merasa bahwa ia lebih menyukai pengalaman pribadi dan kontak secara langsung dengan masyarakat desa, dan menggabungkannya dengan mencoba mempelajari dari buku-buku dan dalam kelas. Hal ini ia lakukan untuk menggabungkannya dengan dunia akademis dengan dunia praktis

Dalam upaya ini, Yunus mendirikan Proyek Universitas Pembangunan Desa Chittagong, di mana siswa memperoleh kredit akademik sambil membantu masyarakat miskin setempat. Mereka berfokus pada teknologi irigasi dan membantu penduduk desa menanam padi dengan kwalitas tinggi. Yunus juga bereksperimen bersama koperasi pertanian, yang ia danai sendiri. Keberhasilan proyek ini, tidak menjadikan Yunus berhenti, bahkan ia berpikir bahwa ia tidak berbuat cukup untuk membantu yang termiskin dari yang miskin, misalnya; orang-orang yang tak bertanah, seperti Sufiya Begum, seorang ibu yang berusia 21 tahun, dari tiga yang membuat bangku bambu di dekat desa Jobra.

Selain itu, permasalahan yang dihadapinya adalah ketergantungan masyarakat pada pinjaman riba, serta bunga yang mencapai 10% seminggu sampai 10% per/hari dari rentenir lokal. Dengan data-data yang ia peroleh, Muhammad yunus bersama dengan mahasiswanya mencatat seluruh penduduk desa di Jobra yang meminjam uang di bank dan rentenir lokal, dan pada akhirnya Yunus memutuskan untuk memberikan pinjaman modal kepada penduduk miskin dengan uangnya sendiri tanpa dikenai bunga sepeser pun. Pada tahun 1976, Yunus mendekati cabang lokal dari Janata Bank, salah satu bank pemerintah terbesar di Bangladesh.

Salah satu alasan terbesar Muhammad Yunus dalam bekerja sama dengan janata bank adalah memberikan pinjaman modal kepada penduduk yang termiskin. Namun, tidak semudah yang dibanyangkan, permasalahan lain muncul sebagai tantangan berat bagi Yunus, misalnya; masyarakat miskin yang buta huruf, mereka tidak dapat mengisi formulis yang diperlukan, dan tidak memiliki jaminan yang jelas, sehingga pihak bank menjadikan ini adalah permasalahan yang krusial. Hal ini tidak menjadikan Muhammad Yunus putus asa, semangat memperjuangkan rakyat miskin semakin menguat. Setelah melakukan negosiasi, dan hal ini berlangsung selama enam bulan, akhirnya pihak bank setuju untuk memberikan pinjaman kepada Yunus, bukan kepada rakyat miskin yang tidak memiliki jaminan.

Di sisi lain, pihak bank mengharuskan dia untuk bertindak sebagai perantara, dokumen resmi yang diperlukan untuk setiap pinjaman tidak bisa dianggap sebagai bahan permainan, karena bank tidak mau berurusan dengan orang miskin secara langsung. Kenapa Yunus berpikir orang miskin akan mampu membayar pinjaman tanpa jaminan ini? Jawaban Muhammad Yunus sangat sederhana "Orang miskin tahu bahwa kredit ini adalah kesempatan mereka untuk keluar dari kemiskinan," katanya. "Jika mereka jatuh bertabrakan dengan pinjaman yang satu ini, mereka akan kehilangan satu-satunya kesempatan untuk keluar dari kemisnkinan".

Bank “Desa”

Bank desa adalah salah satu wadah sentuhan secara langsung yang dikelola oleh Muhammad Yunus, meskipun pada awalnya ia tidak memiliki pengalaman dalam pengelolaan bank, terutama pada pengelolaan untuk memberikan pinjaman kepada penduduk miskin. Salah satu cara yang dilakukannya adalah melihat secara langsung lembaga keuangan yang dioperasikan oleh bank-bank lain. Namun disisi lain, penemuan Yunus tentang keuntungan dari kesalahan peminjam seringkali bank tradisional melakukan hal-hal yang terbalik dari perjanjian biasanya, misalnya; keterlambatan pengembalian pinjaman membuat bank menaikkan suku bunga. Hal ini membuat Muhammad Yunus berpikir bahwa tumpukan pinjaman yang semakin besar akan menyulitkan peminjam untuk dapat mengembalikan pinjaman, dan Yunus mencoba memberikan pengarahan agar pinjaman dapat dilunasi sesegera mungkin.

Model awal dalam pinjaman yang diberikan oleh Muhammad Yunus berlangsung selama satu tahun, dan pinjaman harus dibayar dengan jumlah kecil setiap minggu sehingga tidak membebankan peminjam (penduduk miskin). Dalam hal ini, Yunus mencoba melakukan cara baru dan menemukan bahwa pembayaran akan lebih mudah dilakukan apabila para peminjam membentuk kelompok-kelompok, jika salah satu gagal maka peminjam yang lain tidak bisa mendapatkan pinjaman. Yunus juga memerlukan anggota untuk mengumpulkan tabungan, yang kemudian bisa dipinjamkan kepada anggota lain dari kelompok peminjam. Hasilnya, Pada tahun 1998 pinjaman senilai $100 Juta telah diselamatkan dengan cara ini. Ia melakukan semua transaksi ini ditempat terbuka, tidak ada rahasia, sehingga semua orang bisa melihat sistem pinjaman yang dilakukan, penerapan sistem yang diberlakukan oleh Yunus adalah self-policing, dan tidak pernah melibatkan pengadilan atau siapun di luar Grameen Bank.

Dalam keberlangsungan lain dari norma, Yunus meminjamkan uang hampir secara eksklusif untuk perempuan, hal ini dikarekanakan bawah Yunus menemukan sesuatu yang berbeda, pemberian kredit kepada perempuan lebih menciptakan banyak perubahan, lebih cepat, daripada meminjamkan uang kepada kaum laki-laki. “tidak hanya wanita yang merupakan gambaran mayoritas dari penduduk miskin, setengah pengangguran, dan yang kurang beruntung secara ekonomi dan sosial”. Ia menjelaskan, “tetapi mereka lebih muda dan berhasil dalam meningkatkan kesejahteraan anak-anak dan laki-laki”. Selain itu, perempuan cendrung lebih fokus pada peningkatan kehidupan anak-anak mereka. ketika ia mendapatkan uang tambahan, seorang wanita yang khas membeli alat-alat memasak, perbaikan rumah atau memperbaiki tempat tidur mereka. Sebaliknya, pria cendrung menghabiskan dana pinjaman untuk diri mereka sendiri. Banyak penelitian peminjam pria dan wanita menghasilkan pola ini.

Pertumbuhan, Perubahan dan Masa Depan Kemiskinan

Sejak akhir 1970-an, program pinjaman Yunus 'terus-menerus berubah dan berkembang untuk memenuhi kebutuhan masyarakat miskin. Pada tahun 1977, pertemuan dengan direktur Bangladesh Krishi ("Pertanian") Bank menyebabkan perluasan program pinjaman melampaui Jobra ke distrik Tangail, daerah miskin di Bangladesh dekat ibukota negara Dhaka. Dua tahun kemudian, Yunus mengambil cuti untuk mengajar dan membuka cabang resmi pertama dari Grameen Bank sebagai cabang dari Krishi Bank, ini tumbuh dengan pesat. Pada akhir 1981, pinjaman sebesar $ 13.400.000. Pada tahun 1982, dengan uang Ford Foundation serta pinjaman dari Dana Internasional untuk Pembangunan Pertanian, Grameen Bank pindah lebih dari lima kabupaten dan dicairkan lagi dana sebesar $ 10.500.000.

Pada tahun yang sama, sebuah kudeta menggulingkan pemerintahan sipil Bangladesh. Kudeta terjadi pada waktu Yunus menghadiri konferensi. Dengan darurat militer baru menyatakan, Yunus tidak dapat meninggalkan konferensi. Pria yang akan menjadi menteri keuangan pemerintah baru terjebak di sana juga. Yunus mengambil kesempatan untuk menjelaskan Grameen Bank untuk masa depan menteri, yang menjadi sekutu. Dengan bantuannya, Yunus merestrukturisasi Grameen Bank menjadi lembaga yang independen. Dengan kemerdekaan, bank tumbuh lebih cepat, menambah 100 cabang per tahun. Yunus mulai menawarkan berbagai jenis pinjaman yang berbeda dan diperluas ke negara-negara miskin lainnya, termasuk Malaysia, Filipina, India, Nepal, dan Vietnam. Grameen bahkan mulai beroperasi di AS Dengan dukungan Presiden Bill Clinton, Grameen mulai program di Arkansas. Program serupa diikuti di South Dakota, Oklahoma dan Illinois. Yunus memulai program antikemiskinan lainnya yang melibatkan budidaya ikan, produksi tekstil dan telepon seluler.

Lembaga yang dimulai di desa Jobra pada tahun 1976 dengan pinjaman $ 27 telah menjadi program antikemiskinan yang mengesankan. Grameen Bank memiliki hampir 2.000 cabang dan staf sekitar 11.000. besaran dana yang telah dipinjamkan sekitar $ 3900000000, dengan tingkat pemulihan 98%. Sekitar 90% dari pinjaman yang dibiayai dari dana sendiri, dengan menggunakan tabungan deposan, yang kebanyakan adalah juga peminjam. Sejak tahun 1998, Grameen Bank tidak menggunakan dana donor dalam program pinjaman. Berbeda halnya bila dibandingkan tahun pertama dan dua tahun kemudian ketika Bangladesh hancur oleh badai, Grameen Bank selalu membuat keuntungan tahunan.

Prestasi ini tampaknya sangat tidak mungkin pada tahun 1976, namun Yunus percaya bahwa “sebelum kita benar-benar menerjemahkan sesuatu menjadi kenyataan, kita harus mampu untuk bermimpi tentang hal itu. Setiap mimpi sosial ekonomi tersebut tidak lain adalah langkah pertama dalam proses pemetaan menuju ke tujuan”. Oleh karena itu, Yunus membayangkan sebuah dunia yang bebas dari kemiskinan pada tahun 2050. “Kemiskinan tidak termasuk dalam masyarakat manusia yang beradab, tempat yang tepat adalah di museum”, katanya. “Kami telah menciptakan sebuah dunia tanpa perbudakan, dunia tanpa cacar, sebuah dunia tanpa perbedaan ras.


Post a Comment

komentar anda sangat berarti bagi kami, terima kasih telah membaca blog Rantauan Lombok Merantau

Simak juga Post Sarjana Muda 45 Minggu ini

Hidup hanyalah sekedar jalan-jalan untuk menikmati kehidupan, hidup hanyalah sekedar hembusan nafas untuk melangkah menikmati jeruji Tuhan, hidup hanyalah gambaran Tuhan akan kehidupan yang lebih abadi. Oleh karena itu…, tak perlu rebut, tak perlu risau, tak perlu bingung, tak perlu galau, tak perlu merasa tertipu, tak perlu merasa bahwa hidup ini tak adil, tak perlu memberontak, tak perlu bangga, tak perlu sombong. Yang perlu kita lakukan adalah menikmati setiap proses yang ada, karena proses akan menentukan bahwa jalan-jalan dibumi yang kita lakukan sukses atau gagal. (Surga ataukah Neraka).

Data Pengunjung

Popular Posts

 

Negara Pengunjung RLM


PUTRA NTB MENULIS
SEO Stats powered by MyPagerank.Net

Statistic RLM

LOGO

LOGO
PUTRA LOMBOK MENULIS "BATUJAI"

Translate