Wednesday, November 13, 2013

2 PEMILU 2014: Korupsi? bagian pertama

Sumber Gambar: haryono-id.blogspot.com 




PEMILU 2014: Korupsi?

Kesejahteraan rakyat demi terwujudnya kemandirian masyarakat Indonesia dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari adalah salah satu tujuan utama setiap partai, para elit politik kembali turun gunung untuk melihat kondisi rakyat dan membawa misi perubahan, tentunya perubahan akan dilakukan ketika mereka terpilih menjadi pemimpin Indonesia. Hal tersebut, sudah tentu rakyat Indonesia merasa bahagia dengan wajah yang berseri dalam menyambut uluran suara yang keluar dari mulut para elit politik, namun kembali lagi pada dua sisi yang selama ini terlihat dan terulang secara continue dalam beberpa pemilihan yang sudah berlalu. Dua sisi ini adalah; pertama, kebenaran ucapan. Kebenaran ucapan adalah aplikasi yang dikombinasikan dari niat dan ucapan yang keluar setelah memberikan janji pra-pemilihan. kedua, kebenaran niat. Kebenaran niat adalah kontradiksi antara ucapan dengan perbuatan yang diberikan setelah pemilihan.

Kebenaran ucapan didasari oleh prinsif yang komitmen dan sifat amanah yang dimiliki seseorang, baik dalam berjanji maupun yang lainnya, karena janji bisa membuat orang menjadi benar dan bisa menjadi buruk dimata orang lain. Selain itu, janji adalah hal yang harus dipenuhi sebagai wujud dari ungkapan yang pernah diucapkan dan disepakati. Sehingga pada dasarnya janji tidak boleh dilupakan atau diingkari, karena selain harus dipertanggungjawabkan secara agama, juga harus dipertanggungjawabkan sebagai mahluk sosial. Kebenaran ucapan inilah yang ditunggu-tunggu oleh masyarakat Indonesia sebagai pemimpin yang amanah dan pro-rakyat. Kebenaran ucapan menjadi standar penilaian yang lebih baik dari sekedar menebar uang namun hanya akan menjadi masalah jangka panjang yang semakin rumit (korupsi, pro-pribadi atau partai dan yang lainnya) sehingga rakyat kembali lagi harus menyesal memberikan tanda tangan yang berharga dan ditandai dengan tinta hitam pada jari.

Salah satu yang berkaitan dengan kebenaran ucapan adalah teori yang memandang jangka panjang lebih utama dibandingkan dengan jangka pendek (Teori Mata). Teori Mata adalah sebuah perpaduan antara kenyataan yang dilihat dengan presentasi kerja yang bersifat jangka panjang, yang melibatkan unsur kesejahteraan bersama tanpa memandang status (miskin maupun kaya), sehingga keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia dapat tercapai. Keadilan yang memberikan pemahaman kepada seluruh rakyat Indonesia (tanpa terkecuali) mengerti akan sisi-sisi yang berbeda dari setiap UU maupaun sisi-sisi kemanusiaan sebagai mahluk sosial, sehingga rakyat tidak merasa terbelenggu dengan kehadiran UU yang tidak dipahami dan penegak hukum yang terkadang berteduh pada pohon yang rindang. Karena saya yakin bahwa ‘tidak semua masyarakat Indonesia memahami UU RI’

Mungkin bagi anda Teori Mata adalah hal yang janggal dan tidak pernah anda dengan selama ini, namun ada satu kenyakinan yang saya percaya bahwa jika konsep ini lebih dipandang bagi setiap orang maka kesejahteraan Indonesia dapat terwujud, sehingga kemiskinan, gelandangan dan yang lainnya bisa dikurangi secara perlahan. Misalnya; salah satu harapan bangsa adalah pemuda, karena ditangan pemuda bangsa menitipkan harapan besar demi kemajuan dan kemandirian bangsa. Namun mari kita lihat bahwa bagaimana bentuk pendidikan di Indonesia ini, baik dari proses pemberian nilai-nilai serta karekter pemuda yang masih diragukan, misalnya pelecehan seksual yang terjadi dewasa ini. Selain itu, bentuk fisik dan peralatan yang ada masih jauh dari harapan bangsa Indonesia. Perbedaan begitu mencolok menjadi ciri khas bak kubu-kubu yang slaing bertikai intelektual, pasilitasnya rendah ‘intelektualnya juga rendah’, pasilitasnya cukup ‘intelektualnya juga cukup’. Dengan melirik hal-hal sederhana ini, kita sudah bisa pastikan secara cepat bahwa “siapa yang akan sukses dan siapa yang kembali pada identitas sebelumnya (orang tua)”.

Dengan demikian, teori mata bertolak belakang dengan fenomena yang terjadi ditanah air kita sendiri, yakni masa depan jangka panjang secara bersama walau pada esensinya masa depan jangka panjang tidak bisa dirasakan oleh semua orang, namun paling tidak keberhasilan generasi bangsa dalam memimpin Indonesia lebih baik dan tidak tumpang tindih. Karena Indonesia bukan hanya milik pemegang kekuasaan sebagai pembuat kebijakan namun milik setiap orang yang terdaftar sebagai warga Negara Indonesia. Lawan dari teori mata adalah teori perut. Teori perut adalah perpaduan antara konsep dengan kenyataan yang bertolak belakang dengan tujuan yang sesungguhnya, yakni jangka panjang menjadi jangka pendek. Secara sederhana perut memiliki kondisi yang dibedakan menjadi dua bagian, ‘lapar’ kemudian ‘kenyang’. Keduanya ini saling bergiliran tanpa henti, jika sudah tidak bergilir lagi, sudah tentu orang yang tersebut sudah tidak memiliki nyawa lagi. Inilah kemudian menjadi wajah Indonesia saat ini, yakni ‘lapar, kenyang, lapar dan kenyang’ dan akan terus berjalan jika kesadaran nyaris tidak dipikirkan.

Kebenaran niat merupakan hal yang tidak bisa dipastikan, karena niat tidak bisa dibaca atau didenger oleh telinga orang lain selain telinga diri sendiri. Tentu saja, ketika berada dalam kondisi yang berbeda dari orang yang tidak mau merasakan perbedaan, terkadang niat tidak selalu sama dengan ucapan yang dikeluarkan, khususnya dalam pemilu, karena pada tulisan saya ini membahas tentang pemilu 2014. Niat adalah tolak ukur seseorang dalam mencapai sesuatu, walau terkadang niat yang telah menjadi komitmen berubah-ubah sesuai dengan keadaan yang dijumpai. Namun yang pasti, yang selalu kita dengar adalah ketika bertanya seperti ini, apa niat anda mencalonkan diri sebagai DPR RI? Jawaban positif pasti akan kita dapatkan, misalnya; saya ingin merebut hak-hak rakyat yang selama ini tidak pernah didapatkan. Karena jawaban negatif akan mengakibatkan secara pasti tidak akan lolos. Kondisi inilah yang menjadi dilemma ketika seorang pemenang bertarung melawan niat awal yang mulia, karena apa yang ditemukan dalam kursi DPR RI tidak sesuai dengan kombinasi bayangan dan terkaan.

Bayangan dan terkaan umpama memegang sesuatu dengan mata tertutup, misalnya; si A memberikan si B sebuah emas dengan besarnya seperti ‘bola kasti’ dengan syarat bahwa ia harus menutup mata. Si A hanya ingin mengetahui sejauh mana kemampuan si B dalam menjawab tanpa harus melihat. Ketika si B disuruh menebak oleh si A. tentu saja akan menjawab seperti apa adanya sesuai dengan terkaan si B, namun ketika matanya sudah terbuka, tanpa disadari, niat akan muncul secara perlahan tanpa disadari oleh si A walau niat itu dilakukan secara perlahan. Akan tetapi yang perlu diingat adalah niat tidak selamanya buruk. Namun untuk menjadi niat yang baik, perlu menghadapi proses yang terkadang merubah niat yang baik menjadi buruk. Akan tetapi niat buruk, tidak akan pernah menjadi niat baik. dan sama halnya dengan menjadi calon DPR RI atau yang lainnya. yang pada awalnya menganggap bahwa kursi DPR RI bisa menjadi wadah dalam membangun masyarakat yang sejahtera namun terkadang bisa menggerus seseorang menjadi koruptor.

Pertanyaannya sekarang adalah apakah pemilu 2014 akan menghasilkan generasi baru yang anti korup? Ataukah, koruptor akan semakin merajalela sehingga tidak mengenal kata korup melainkan kata uang bersama? “Wait and See

Ini akan menjadi sebuah tantangan yang harus diperhatikan secara serius oleh masyarakat Indonesia, terutama bagi generasi muda sebagai pengontrol yang berpihak pada masyarakat. namun, mari kita coba melihat atau mengupas sejarah tentang bagaimana proses pemilu yang sudah lalu, jikalau Suhardi (ketua umum partai gerindra) mengatakan bahwa ‘rakyatlah yang mengajarkan para pembawa amanah menjadi koruptor’ (MetroTV, tanggal 13-11-2013, sekitar jam 19-an lebih). Namun pertanyaan saya, siapakan yang mengajari duluan, rakyat ataukan elit politik?.  Bersambung ke bagian 2.


2 comments

Anonymous
November 21, 2013 at 7:53 PM

apalagi Pemilu 2014, 4 pemilu lagi kita belum mampu melahirkan Pejabat Tan-Korup karena 90% politisi dan pejabat kita lahir melalui proses yang sangat sistematis dan terlembaga Pro-KORUPSI.

November 26, 2013 at 9:59 AM

benar gan. korupsi sudah menjadi bagian yang tak dapat dipisahkan. good luck gan. moga sukses terus. terima kasih sudah mau berkunjung dan memberikan komentar.

Post a Comment

komentar anda sangat berarti bagi kami, terima kasih telah membaca blog Rantauan Lombok Merantau

Simak juga Post Sarjana Muda 45 Minggu ini

Hidup hanyalah sekedar jalan-jalan untuk menikmati kehidupan, hidup hanyalah sekedar hembusan nafas untuk melangkah menikmati jeruji Tuhan, hidup hanyalah gambaran Tuhan akan kehidupan yang lebih abadi. Oleh karena itu…, tak perlu rebut, tak perlu risau, tak perlu bingung, tak perlu galau, tak perlu merasa tertipu, tak perlu merasa bahwa hidup ini tak adil, tak perlu memberontak, tak perlu bangga, tak perlu sombong. Yang perlu kita lakukan adalah menikmati setiap proses yang ada, karena proses akan menentukan bahwa jalan-jalan dibumi yang kita lakukan sukses atau gagal. (Surga ataukah Neraka).

Data Pengunjung

Popular Posts

 

Negara Pengunjung RLM


PUTRA NTB MENULIS
SEO Stats powered by MyPagerank.Net

Statistic RLM

LOGO

LOGO
PUTRA LOMBOK MENULIS "BATUJAI"

Translate