Monday, December 2, 2013

0 Pertarungan Politik Kekuasaan






Ku rangkai kata-kata agar engkau terus membaca, membaca dengan perlahan, baris demi baris. Ingin rasanya memotong dan mengganggumu namun kau begitu asik sehingga tak peduli dengan orang lain. Matamu menatap dengan tajam, bibir anda berguman seirama dengan bait-bait tulisan yang kau baca ini. rasanya ingin memotong lagi namun kau terus memaksa. Memaksa untuk membaca sampai akhir. Tak ada alasan lagi, yang ada hanya tarian tangan memainkan keyboard dengan pelan. Sedangkan otak terus berpikir kata-kata apa yang akan ditulis. Perasaan bahagia dan bangga beradu, bertarung dengan sengitnya. Perasaan bahagia menantang dengan sombong sedangkan perasaan bangga tak mau kalah. Tertawa terbahak-bahak dengan membusungkan dada.

Perasaan takut yang begitu kuat menjadi penengah dalam pertarungan. Memisahkan agar tidak menyakiti satu sama lain. Padahal rasa takut hanya ingin memperlihatkan kesombongan dirinya. Merasa sok pinter dan pemberani. Seakan-akan tak dapat dikalahkan oleh perasaan bahagia dan bangga. Rasa keberanian hanya terkulai lemas tak berdaya, malu dan tidak berani berkata apa-apa. Yang ia bisa hanya berteduh dan mengeluh akan kelemahannya. Ia datang dengan wajah memelas seolah-olah kalah sebelum berperang. Datang diantara persaingan sengit yang terjadi antara rasa bahagia dan bangga serta rasa takut. Menundukkan kepala sehingga membuat mereka tertawa terbahak-bahak.

Tak berakhir seperti itu, kini kau mulai semakin asik dalam membaca, dengan penuh penasaran apa yang akan terjadi. Mulai bingung dengan kata-kata yang tak berguna ini. rasa berani yang datang dengan wajah memelas, apakah kalian tidak kasihan dengan ku. aku yang seharusnya melebihi kalian malah tak punya nyali untuk memperlihatkan keberanian ku. kalian selalu menjadi penghalang ku, ketika aku sudah mulai berani, kau (rasa takut) muncul sebagai hantu yang mematikan. Disaat aku mulai berani kau (rasa bahagia) muncul sebagai penggoda yang dahsyat, bagaikan goyangan surge dunia. Ketika rasa berani ku telah datang kau (rasa bangga) muncul sebagai pengecoh, bersilat lidah sehingga membuat ku sombong dan paling benar sendiri. Sehingga aku bertanya, kenapa kalian harus ada dalam diriku yang seperti itu. Bukan membantu ku dalam memenangkan pertarungan hidup melalui jalan_Nya. Malah membuatku menjadi sengsara.

Kini, apakah aku harus bertarung melawan kalian dengan ke tidak beranian ku. apakah aku harus melenyapkan kalian dengan ke tidak berdayaan ku. sungguh tak tahu malu dan berterima kasih. Padahal kalian sebagai benteng pertahanan ku yang kokoh. Sebagai kekuatan utama menjadi pemenang, menjadi garda depan yang tak pantang menyerah. Sungguh kau adalah orang yang paling menyesatkan. Kini kau semakin asik dalam membaca tulisan ini. walau tidak bermakna bagi mu. Mereka pun tertegun sejenak mendengar perkataan rasa berani. Kemudian terdengar, hay, kau rasa berani: apakah sepantasnya kau berbicara begitu pada kami, apakah kau tidak sadar dengan ucapan mu bahwa kau telah kalah sendiri. Kau ini kuat namun sungguh lemah.

Pertarungan pisik pun berubah menjadi pertarungan kata-kata. Berdebat seolah-olah bagikan ksatria pilosofis dan para ksatria pujangga. Memainkan kata-kata yang penuh dengan kekasaran. Lidah mereka bergoyang dan menari bagaikan penari dangdut, merangkai kata-kata dengan penuh ketajaman. Sungguh tidak tahu malu.

Entah sampai kapan
Entah sampai dimana
Berkelahi bagaikan anak kecil
Sampai tak kenal waktu
Terus, terus dan terus.
Mereka tidak pernah puas
Mereka tidak pernah mau mengalah
Yang ada hanya rasa ingin menang
Benarkan ini yang sesungguhnya
Ataukah hanya sebuah rekayasa
Namun ini sungguh nyata bagi ku

Mereka datang tanpa diundang
Tiba-tiba muncul, merasa sebagai pahlawan
Ingin menjadi garda depan
Namun terus ingin saling dahului
Walau dengan menghalalkan cara.
Sehingga kau pun terpaku
Tak bisa berbuat apa-apa
Selain hanya terdiam dan bingung.

Pikiran buntu
Bertindak, antara ya dan tidak
Padahal itu sederhana
Hanya menempatkan mereka pada posisi yang asik

Dan masih kah kau asik membaca?

Post a Comment

komentar anda sangat berarti bagi kami, terima kasih telah membaca blog Rantauan Lombok Merantau

Simak juga Post Sarjana Muda 45 Minggu ini

Hidup hanyalah sekedar jalan-jalan untuk menikmati kehidupan, hidup hanyalah sekedar hembusan nafas untuk melangkah menikmati jeruji Tuhan, hidup hanyalah gambaran Tuhan akan kehidupan yang lebih abadi. Oleh karena itu…, tak perlu rebut, tak perlu risau, tak perlu bingung, tak perlu galau, tak perlu merasa tertipu, tak perlu merasa bahwa hidup ini tak adil, tak perlu memberontak, tak perlu bangga, tak perlu sombong. Yang perlu kita lakukan adalah menikmati setiap proses yang ada, karena proses akan menentukan bahwa jalan-jalan dibumi yang kita lakukan sukses atau gagal. (Surga ataukah Neraka).

Data Pengunjung

Popular Posts

 

Negara Pengunjung RLM


PUTRA NTB MENULIS
SEO Stats powered by MyPagerank.Net

Statistic RLM

LOGO

LOGO
PUTRA LOMBOK MENULIS "BATUJAI"

Translate